Dengan adanya pandemi COVID-19 yang sedang melanda di Indonesia, pandemi COVID-19 ini telah memberikan dampak terhadap dunia kesehatan, pendidikan, dan perekonomian negara. Terlebih pada bidang pendidikan, adanya COVID-19 ini memberikan banyak dampak terhadap para pelajar yang ada di Indonesia.
Proses pembelajaran yang terganggu akibat wabah pandemi dapat mempengaruhi sistem pendidikan di Indonesia. Anak-anak terpaksa harus melakukan pembelajaran dari rumah dan guru pun harus memutar otak agar kegiatan belajar mengajar dapat tetap berjalan dengan efektif meskipun kegiatan belajar mengajar secara daring.
Ibu Andita An Nadhari, guru IPA SMP Al-Azhar Kelapa Gading menjelaskan bahwa saat ini tidak seluruhnya murid diizinkan ke sekolah, tetapi hanya separuh jumlah murid di sekolah dan itu pun harus melewati berbagai penilaian.
“Kondisi sekolah pada saat pandemi khususnya sebelum diberlakukan peraturan 50-50 yaitu saat diberlakukannya 100% pembelajaran jarak jauh, lalu berangsur-angsur mulai diadakan nya penilaian pada tiap-tiap sekolah untuk membuka sekolahnya lagi yaitu untuk melakukan pembelajaran tatap muka,” jelas Ibu Andita.
“Jika 50% memenuhi standar penilaian maka akan diberlakukan 50% pembelajaran tatap muka dan akan dilakukannya evaluasi jika selama satu minggu atau dua minggu berjalannya pembelajaran tatap muka tersebut berjalan dengan baik, tidak ada yang terpapar maka akan dinaikkan menjadi 75% pembelajaran tatap muka,” sambungnya.
Tentu ada kendala yang dirasakan dari berbagai pihak, baik dari guru, murid maupun orang tua. Para guru harus benar-benar memikirkan bagaimana cara siswa yang dirumah ini bisa mengikuti pembelajaran yang efektif.
Para murid yang cenderung merasa cepat bosan dikarenakan pembelajaran secara daring akibat tidak adanya interaksi dengan teman atau lingkungan sekitar.
“Saat diberlakukan sistem 50-50 itu guru mengalami kesulitan untuk memberikan pembelajaran bagi siswa yang berada di rumah. Guru juga terhambat saat ingin membentuk sebuah kelompok belajar, dikarenakan tidak diperbolehkannya berkerumun dan sebagian murid berada di rumah.” ujarnya.
Dampak yang timbul tentu ada dan tidak sedikit dari kita yang merasakan. Bagi para guru dampaknya yaitu kesulitan mengontrol anak-anak yang berada di rumah, mau seketat apapun peraturannya, sebagai guru tidak bisa menjamin apapun.
Saat mengajar pun guru harus berhati-hati dalam memilih tutur bahasa dan perkataan saat mengajar. Begitupun para murid yang mungkin kehilangan semangat, lost learning dan banyaknya interupsi jika pembelajaran daring. Namun tidak sepenuhnya berdampak negatif, siswa juga dapat terhindar dari pengaruh pergaulan secara langsung.
Perubahan terbesar yang dialami Ibu Andita dari pembelajaran di masa pandemi adalah “everything is digital”, semua harus belajar dan adaptasi sama hal ini karena pasti siswa sudah pasti lebih jago dari kita, tinggal bagaimana kita sebagai guru meng-upgrade skill, karena hakikatnya digital itu mempermudah.