Mohon tunggu...
Jilan NafiisaMuthia
Jilan NafiisaMuthia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi

If you never try, you will never know.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Transformasi Pendidikan SMP Al-Azhar Selama Masa Pandemi

10 Maret 2022   16:00 Diperbarui: 10 Maret 2022   16:00 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dengan adanya pandemi COVID-19 yang sedang melanda di Indonesia, pandemi COVID-19 ini telah memberikan dampak terhadap dunia kesehatan, pendidikan, dan perekonomian negara. Terlebih pada bidang pendidikan, adanya COVID-19 ini memberikan banyak dampak terhadap para pelajar yang ada di Indonesia.

Proses pembelajaran yang terganggu akibat wabah pandemi dapat mempengaruhi sistem pendidikan di Indonesia. Anak-anak terpaksa harus melakukan pembelajaran dari rumah dan guru pun harus memutar otak agar kegiatan belajar mengajar dapat tetap berjalan dengan efektif meskipun kegiatan belajar mengajar secara daring.

Ibu Andita An Nadhari, guru IPA SMP Al-Azhar Kelapa Gading menjelaskan bahwa saat ini tidak seluruhnya murid diizinkan ke sekolah, tetapi hanya separuh jumlah murid di sekolah dan itu pun harus melewati berbagai penilaian.

“Kondisi sekolah pada saat pandemi khususnya sebelum diberlakukan peraturan 50-50 yaitu saat diberlakukannya 100% pembelajaran jarak jauh, lalu berangsur-angsur mulai diadakan nya penilaian pada tiap-tiap sekolah untuk membuka sekolahnya lagi yaitu untuk melakukan pembelajaran tatap muka,” jelas Ibu Andita.

“Jika 50% memenuhi standar penilaian maka akan diberlakukan 50% pembelajaran tatap muka dan akan dilakukannya evaluasi jika selama satu minggu atau dua minggu berjalannya pembelajaran tatap muka tersebut berjalan dengan baik, tidak ada yang terpapar maka akan dinaikkan menjadi 75% pembelajaran tatap muka,” sambungnya.

Tentu ada kendala yang dirasakan dari berbagai pihak, baik dari guru, murid maupun orang tua. Para guru harus benar-benar memikirkan bagaimana cara siswa yang dirumah ini bisa mengikuti pembelajaran yang efektif. 

Para murid yang cenderung merasa cepat bosan dikarenakan pembelajaran secara daring akibat tidak adanya interaksi dengan teman atau lingkungan sekitar.

“Saat diberlakukan sistem 50-50 itu guru mengalami kesulitan untuk memberikan pembelajaran bagi siswa yang berada di rumah. Guru juga terhambat saat ingin membentuk sebuah kelompok belajar, dikarenakan tidak diperbolehkannya berkerumun dan sebagian murid berada di rumah.” ujarnya.

Dampak yang timbul tentu ada dan tidak sedikit dari kita yang merasakan. Bagi para guru dampaknya yaitu kesulitan mengontrol anak-anak yang berada di rumah, mau seketat apapun peraturannya, sebagai guru tidak bisa menjamin apapun. 

Saat mengajar pun guru harus berhati-hati dalam memilih tutur bahasa dan perkataan saat mengajar. Begitupun para murid yang mungkin kehilangan semangat, lost learning dan banyaknya interupsi jika pembelajaran daring. Namun tidak sepenuhnya berdampak negatif, siswa juga dapat terhindar dari pengaruh pergaulan secara langsung.

 Perubahan terbesar yang dialami Ibu Andita dari pembelajaran di masa pandemi adalah “everything is digital”, semua harus belajar dan adaptasi sama hal ini karena pasti siswa sudah pasti lebih jago dari kita, tinggal bagaimana kita sebagai guru meng-upgrade skill, karena hakikatnya digital itu mempermudah.

“Inovasi pembelajaran lebih ke menjalankan pembelajaran kolaborasi biar efektif, misal jurusan IPA dikolaborasikan dengan jurusan IPS mengenai dinamika populasi dan dampaknya dalam bentuk penulisan makalah atau pembuatan poster, atau jurusan IPA dikolaborasikan dengan jurusan Matematika untuk membuat rangkaian listrik, jurusan IPA dari segi teknik merangkainya, jurusan Matematika dari segi menghitung arus, dan memperkirakan biaya pemakaian listrik. Jadi sekali berjalannya suatu pembelajaran, terdapat 2 nilai mata pelajaran yang bisa dipelajari atau didapatkan,” tuturnya.

Dari seluruh hambatan dan kesulitan yang dialami, ada beberapa solusi yang ibu Andita berikan yaitu harus ada komunikasi 2 arah antara guru dan siswa. Untuk siswa janganlah sungkan untuk berkabar dengan guru. Jika hambatannya di teknologi, berarti harus untuk upgrading skill. Jika hambatan mengenai character building, harus dikomunikasikan dengan orang tua agar turut andil.

Saran dari Ibu Andita untuk para siswa yang kesulitan dengan proses pembelajaran daring adalah tetap fokus dan rajin mencatat.

“Sarannya, harus belajar fokus gimana caranya, coba challenge diri kamu untuk menemukan dan  mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru saat belajar, atau jika sulit, bisa diawali dengan catat apa yang di share screen, jangan hanya screenshot,” katanya.

“Karena pasti akan ada yg membekas kalau ditulis, dan juga bikin catatan itu tidak rugi, karena itu membantu otak. Kalau kamu lupa, kamu jangan menyalahkan otak, tetapi bisa lihat di catatan. Saran terpenting adalah tumbuhkan kesadaran belajar kamu, kamu harus sadar kalau belajar itu kebutuhan. Karena tidak selamanya google itu akurat,” tutupnya.

Kita semua dapat menghadapi tantangan dan mengurangi rasa kecemasan kita terhadap dunia pendidikan di masa pandemi COVID-19, dengan cara selalu berpikir secara positif dan selalu bekerja sama mengikuti prosedur atau proses belajar mengajar dengan baik. Agar kita semua tidak hanya merasakan dampak buruk dari adanya pandemi COVID-19, tetapi kita juga bisa merasakan dampak baiknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun