Setiap pemimpin mestinya memiliki kemampuan mengevaluasi atau mengaudit kinerja mereka yang dipilih, diangkat, dan diminta membantu.
Kemampuan itu memang berkait erat dengan keluasan wawasan yang dimiliki. Dibalik gagasan yang baik, memang selalu dibutuhkan wawasan yang luas. Hal yang mungkin terjadi setelah kita memiliki penahaman komprehensif terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi maupun dipengaruhinya.
Sebaliknya, gagasan mungkin terbayangkan ciamik semata karena imaji-imaji permukaannya saja. Tanpa kesadaran terhadap implikasi yang bakal berlangsung pada faktor-faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhinya.
Setelah 1 tahun menduduki kursi Presiden (4 November 2015), Joko Widodo meluncurkan program tol laut. Dia menjanjikan penurunan biaya logistik hingga 30 persen. Kala itu, berbagai kalangan masyarakat berdecak kagum. Gagasan itu seakan jawaban tentang poros maritim yg dikumandangkannya. Juga harapan untuk mengurangi disparitas wilayah di Nusantara.
Sayangnya, gagasan itu terbukti tak dipertimbangan secara komprehensif dan terintegrasi. Terhadap setiap unsur yang mempengaruhi maupun dipengaruhinya.
Hal itu memang sering berlangsung pada sesuatu yang bersifat impulsif. Kosmetika. Bukan 'inner beauty'.
Mardhani, Jilal
7 Maret 2020
Catatan:
Tulisan ini telah dipublikasikan melalui akun facebook saya dan media online Cek-n-Ricek
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H