Seandainya pun kesetaraan suara setiap warga negara yang memiliki hak politik --- termasuk memilih wakil dan pemimpinnya --- perlu di ketengahkan, bagaimana rumusan pengejawantahan kebijaksanaan dalam permusyawatan dan perwakilan yang perlu dikembangkan lebih lanjut?
4 periode kekuasaan legislatif telah mengisi kehidupan kita sejak Orde Baru berakhir, tapi di manakah narasi pembahasan hal tersebut pernah berlangsung di sana?
Saya justru lebih menyaksikan wacana, pemikiran, dan langkah-langkah para wakil rayat --- yang proses pemilihannya selalu menyita energi besar bangsa ini --- yang selalu mengedepankan kepentingan golongan atau pribadi masing-masing, dibanding mengupayakan perbaikan, perubahan, maupun penyempurnaan keberadaan lembaga yang kita amanahkan pada mereka, sehingga lebih bersesuaian dengan semangat persatuan dan kesatuan yang menjadi nafas utama Pancasila yang diagung-agungkan itu.
Bahkan, berbagai ketidak patutan demi ketidak patutan, tanpa malu dan terang-terangan mereka pertontonkan kepada kita semua. Daftar sosok-sosok wakil rakyat yang mencakup semua partai politik berkuasa yang satu per satu selama ini telah diciduk KPK, telah lebih dari cukup untuk membuktikan kebenaran hipotesa absurd itu.
+++
Penjelasan singkat di atas adalah untuk mempertegas alasan saya tak menggunakan hak pilih legislatif kali ini. 20 tahun pengalaman hidup terakhir dan memiliki wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga-lembaga legislatif itu, telah membuktikan kesia-siaan belaka.
Mengapa saya tak memberikan suara kepada partai baru yang sosoknya bagi sebagian kalangan mungkin dianggap menjanjikan?
Sebab, dari mereka pun, saya tak memperoleh gambaran konkrit tentang keprihatinan yang diutarakan di atas tadi. Saya pun tak ingin --- bahkan tak siap --- mendengar alasan klise mereka nanti, bahwa agenda tersebut tak bisa dijalankan karena wakil-wakil mereka hanyalah sebagian kecil diantaranya.
Ya, saya memang memimpikan kehadiran "Rambo" di lembaga-lembaga legislatif itu. Bukan para "pecundang" yang kelak mengangkat bendera putih ketika berhadapan dengan "tirani mayoritas".
+++
Kini, harapan saya satu-satunya hanya pada sosok Presiden yang kelak akan terpilih. Dalam kondisi seperti sekarang ini, walaupun bukan yang paling sempurna, Joko Widodo adalah pilihan yang terbaik.