Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menang Bukan Tujuan, tapi Persatuan

19 September 2018   11:42 Diperbarui: 19 September 2018   12:22 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia seperti ingin menyatakan, sebagai sesama warga negara Indonesia, semuanya dirangkul dengan penuh kehangatan demi satu tujuan dan kepentingan: Indonesia Raya. Tak sekalipun terbetik ucapan, gerak tubuh, ataupun tatapan mata beliau yang menyatakan, "kita dulu berbeda tapi sekarang bersama-sama". Sebaliknya, kita menyaksikan kesantunan yang paripurna sebagai sesama warga negara Indonesia yang mencintai kedamaian.

Joko Widodo bukan tak memperdulikan para pendukungnya yang tercekat, bingung, kecewa, bahkan frustasi melihat seluruh sepak terjang itu. Indonesia ini milik bersama anak bangsa yang mencita-citakan Bhineka Tunggal Ika berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Selama sepakat terhadap pandangan tersebut, maka segala perbedaan yang terjadi sesungguhnya karena cara dan sudut pandang semata. Tak ada yang mampu mengubah cita-cita mulia tersebut.

+++

Saya pribadi sempat kecewa dengan sikap dan langkah yang ditempuh Presiden Joko Widodo. Sejak pengangkatan Ali Mochtar Ngabalin pada Kantor Staf Presiden, penetapan Ma'ruf Amin sebagai calon wakil yang bakal mendampinginya kelak jika terpilih sebagai Presiden lagi, hingga susunan yang tergabung dalam Tim Sukses yang akan memperjuangkan kemenangannya dalam pemilihan presiden nanti.

Semua itu melengkapi kekecewaan yang berkembang sebelumnya. Seperti ketika beliau mengangkat begitu banyak kader partai politik dalam kabinet lalu terbukti sebagian tak becus bekerja, hingga gejala "dwi fungsi" Polri yang menurut hemat saya memang kebablasan.

Perlahan saya menyadari, semua itu memang demikianlah adanya. Semua persekutuan yang dilakukan tak dimaksudkan sedikitpun sebagai "politik dagang sapi" ataupun "pengistimewaan". Melainkan semata ajakan bekerja-sama untuk mewujudkan cita-cita luhur tadi.

Sepanjang sepakat dan amanah, segala sesuatu tentu tak ada masalah. Tapi jika ternyata curang bahkan culas, lalu berurusan dengan penegak hukum yang menjalankan tugas pokok dan fungsi mereka --- misalnya KPK --- maka beliau tak akan mencampurinya sama sekali.

Kita sudah melihat sendiri bagaimana leluasa dan lancar-jayanya Komisi Pemberantasan Korupsi menjalankan amanah tersebut. Seseorang yang baru saja akrab atau mengakrabkan diri dengannya, tak menjadi penghalang bagi komisi anti rasuah yang kita banggakan itu menjalankan tugasnya. 

Tak secuilpun kepentingan Joko Widodo digunakan untuk menghalang-halangi apalagi menghambat kerjanya. Seperti juga tak ada sedikitpun kecurigaannya menerima kehadiran mereka ketika ingin bekerja sama.

Apakah hal yang sama terlihat jelas juga di pandangan Anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun