Dia seperti ingin menyatakan, sebagai sesama warga negara Indonesia, semuanya dirangkul dengan penuh kehangatan demi satu tujuan dan kepentingan: Indonesia Raya. Tak sekalipun terbetik ucapan, gerak tubuh, ataupun tatapan mata beliau yang menyatakan, "kita dulu berbeda tapi sekarang bersama-sama". Sebaliknya, kita menyaksikan kesantunan yang paripurna sebagai sesama warga negara Indonesia yang mencintai kedamaian.
Joko Widodo bukan tak memperdulikan para pendukungnya yang tercekat, bingung, kecewa, bahkan frustasi melihat seluruh sepak terjang itu. Indonesia ini milik bersama anak bangsa yang mencita-citakan Bhineka Tunggal Ika berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Selama sepakat terhadap pandangan tersebut, maka segala perbedaan yang terjadi sesungguhnya karena cara dan sudut pandang semata. Tak ada yang mampu mengubah cita-cita mulia tersebut.
+++
Saya pribadi sempat kecewa dengan sikap dan langkah yang ditempuh Presiden Joko Widodo. Sejak pengangkatan Ali Mochtar Ngabalin pada Kantor Staf Presiden, penetapan Ma'ruf Amin sebagai calon wakil yang bakal mendampinginya kelak jika terpilih sebagai Presiden lagi, hingga susunan yang tergabung dalam Tim Sukses yang akan memperjuangkan kemenangannya dalam pemilihan presiden nanti.
Semua itu melengkapi kekecewaan yang berkembang sebelumnya. Seperti ketika beliau mengangkat begitu banyak kader partai politik dalam kabinet lalu terbukti sebagian tak becus bekerja, hingga gejala "dwi fungsi" Polri yang menurut hemat saya memang kebablasan.
Perlahan saya menyadari, semua itu memang demikianlah adanya. Semua persekutuan yang dilakukan tak dimaksudkan sedikitpun sebagai "politik dagang sapi" ataupun "pengistimewaan". Melainkan semata ajakan bekerja-sama untuk mewujudkan cita-cita luhur tadi.
Sepanjang sepakat dan amanah, segala sesuatu tentu tak ada masalah. Tapi jika ternyata curang bahkan culas, lalu berurusan dengan penegak hukum yang menjalankan tugas pokok dan fungsi mereka --- misalnya KPK --- maka beliau tak akan mencampurinya sama sekali.
Kita sudah melihat sendiri bagaimana leluasa dan lancar-jayanya Komisi Pemberantasan Korupsi menjalankan amanah tersebut. Seseorang yang baru saja akrab atau mengakrabkan diri dengannya, tak menjadi penghalang bagi komisi anti rasuah yang kita banggakan itu menjalankan tugasnya.
Tak secuilpun kepentingan Joko Widodo digunakan untuk menghalang-halangi apalagi menghambat kerjanya. Seperti juga tak ada sedikitpun kecurigaannya menerima kehadiran mereka ketika ingin bekerja sama.
Apakah hal yang sama terlihat jelas juga di pandangan Anda?