Joko Widodo pun tak tahu tentang akar permasalahan yang menggerogoti 4 karakter bangsa yang disebutkannya. Yakni santun, berbudi pekerti, ramah, dan gotong-royong.
Keempat hal itu katanya telah tergerus dan bermasalah sehingga perlu dilakukan revolusi mental. Caranya melalui pembenahan pendidikan dan penegakan hukum yang tak pandang bulu.
***
Setelah berjalan hampir 4 tahun dan menyaksikan berbagai hal yang berlangsung di depan mata sehari-hari, saya berkesimpulan Joko Widodo keliru mendefinisikan 4 karakter bangsa itu.
Bagaimana mungkin disebut santun jika menghasut dan menebar fitnah --- bahkan oleh tokoh dan pemimpin masyarakat terkemuka yang sebelumnya pernah dihormati dan berpendidikan tinggi --- merupakan gejala yang kini semakin menjadi-jadi?
Siapa pun pasti bingung menjelaskan makna santun yang dimaksud.
Begitu juga tentang budi pekerti. Bagaimana mungkin bangsa ini memilikinya jika orang-orang pilihan yang duduk mewakili rakyat di lembaga-lembaga Negara maupun pemerintahan, tak pernah jera dan semakin tak tahu malu melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme?
Menurut saya, Joko Widodo terlalu ramah dalam berbasa-basi. Apapun yang terlalu, selalu tak baik. Sebab faktanya, banyak diantara masyarakat hari ini yang berprilaku semakin brutal terhadap sesama. Hanya gara-gara persoalan pilihan dan selera pribadi. Seperti perbedaan dalam keimanan, rezeki, status sosial, bahkan pilihan budaya yang dilakoni selama ini.
Gotong-royong?
Karakter ini justru semakin sulit dipahami apakah betul pernah bersemayam di sanubari bangsa kita. Sebab yang selalu dipertontonkan dan kita saksikan adalah semangat saling menjegal dan ingin menjatuhkan --- atau menggagal-totalkan --- setiap upaya penegakan kedaulatan yang ingin dilakukan.
Atau sebaliknya.