Pada umumnya, intimidasi dan kekuasaan penjajah, selalu disertai teror yang menakutkan bagi segenap masyarakat jajahan. Termasuk kepada mereka yang memiliki mental preman dan bossy sekalipun. Jadi, mental penakut (terhadap penjajah dan kekuasaan) tersebut berkembang sejalan dengan hirarkinya.
Semakin bossy sebetulnya mereka semakin takut kehilangan pengaruh terhadap penjajah dan kekuasaan. Akibatnya, apapun bersedia mereka lakukan demi mempertahankan posisi sekaligus kemewahan yang diperoleh. Mental inilah yang menjadi salah satu latar belakang tidak kapok-kapoknya aparat melakukan tindak pidan korupsi hingga hari ini. Bahkan yang berada di lembaga penegakan hukum sekali pun. Termasuk kehakiman.
Kesembilan, mental pengkhianat.
Perebutan posisi untuk mendekati pusat kekuasaan para 'penjajah' yang cenderung tunggal dan sentralistis, sering disertai persaingan yang keras. Karena pada dasarnya mereka berangkat dari kondisi yang sudah mengkhianati saudara sebangsa, pengkhianatan terhadap sejawat yang sama-sama penjahat --- demi perhatian dan kepercayaan yang lebih besar dari sang penjajah --- adalah hal yang biasa. Di antara mereka memang berlaku hukum rimba.
Kesepuluh, mental pecundang.
Puncak dari keseluruhan masalah mental tersebut adalah soal kepecundangan. Di tengah suasana represif di sekitar penjajah yang hadir di bumi pertiwi sebelum maupun sesudah kemerdekaan, sulit sekali berkembang semangat inovasi dan kreatifitas. Meski untuk memudahkan keadaan dan menyelesaikan persoalan sehari-hari sekalipun. Apalagi untuk bersaing dan mengungguli suatu keadaan. Penjajah sendiri tak mungkin membiarkannya berkembang.
***
Tanpa merinci fakta-fakta yang berkembang sepanjang 4 tahun kekuasaan Joko Widodo berjalan --- meskipun sejumlah kemajuan yang berhasil ditorehnya dalam pemerataan keejahteraan, pembangunan infrastruktur, dan penguasaan kembali sejumlah asset Nasional yang strategis --- harus diakui perkembangan bangsa kita dalam penyembuhan ke sepuluh masalah mental yang diuraikan di atas, sesungguhnya hampir tak terjadi.
Salahkah Joko Widodo?
Tidak.
Penyakit atau masalah mental itu tak mungkin dikerjakannya sendiri. Kemampuannya memang hanya menghimbau. Mungkin dalam perhitungan beliau --- betapa pun inginnya ia memyembuhkan penyakit atau memperbaiki masalah mental itu --- tak mungkin dapat dilakukannya saat ini.