Mestinya dia sadar bahwa segala capaian yang telah ditorehkannya dapat berakhir sia-sia jika :
PERTAMA, kekuasaannya berakhir pada tahun 2019 mendatang dan beralih kepada calon lain yang mampu mengunggulinya tapi tak memliki kepribadian, tekad dan keikhlasan bekerja untuk nusa dan bangsa, yang lebih baik dari dirinya.
Apalagi jika yang memimpin bangsa ini kemudian adalah bagian dari 'penjajah' Orde Baru yang besejarah itu. Seluruh karya Joko Widodo sepanjang 2014-2019 justru berkemungkinan besar dimanfaatkan mereka sebagai modal utama untuk semakin mengembangkan masalah mental tersebut dengan lebih canggih.
KEDUA, seandainya beliau terpilih lagi pada 2019 nanti, tapi tetap harus berkompromi dengan partai-partai politik beserta politikus yang berniat busuk dan selalu mementingkan diri sendiri, bukan bangsa dan negara. Tanpa upaya keras dan tegas --- meskipun tak populer --- waktu yang tersedia selama 5 tahun untuk mrmperbaiki kesepuluh permasalahan mental itu, sangatlah sempit.
Jika demikian, tahun 2024 kemungkinan kita kembali ke zaman kegelapan jika tak ada sosok sepadan yang muncul ke permukaan dan mampu menggantikannya. Sebab pada tahun 2024 nanti, Joko Widodo tak mungkin maju dan terpilih lagi.
Dengan kata lain, di sinilah pertaruhan dan pentingnya sosok Wakil Presiden yang terpilih mendampinginya.
Jangan main-main, Bapak Presiden!
Ratusan juta pemilih Indonesia menggantungkan harapan dan masa depannya yang kritis ini, di pundakmu. Sekarang bukan waktunya membiarkan mental pecundang --- betapa pun tipisnya --- merajalela.
Anda harus memperjuangkan dengan jiwa dan raga. Yakinlah bahwa masih banyak di antara bangsa ini yang berbaris di sisi mu.
Jilal Mardhani, 21-7-2018