Seperti yang dikatakan Stoik dan Socrates pada kutipan di atas. Pergaulan di tengah masyarakat yang terlanjur 'berbudaya jahat', akan sangat mempengaruhi suburnya sifat jahat itu berkembang di tengah kita.
Sementara itu, di tengah 'euforia' yang pernah sedemikian lama merayakannya kemarin, harapan seperti yang disampaikan Plotinus pun semakin jauh panggang dari api. Sebab, unsur 'pembinaan dan pendidikan' selama periode tumbuh-kembangnya 'budaya KKN' yang jahat itu, justru merupakan bagian yang turut terzolimi dan terlanjur porak poranda.
+++
Bagian terbesar dari setiap masyarakat di dunia ini, adalah mereka yang disibukkan dengan keseharian untuk sekedar bertahan hidup. Mereka adalah kelompok yang tak memiliki kemewahan waktu --- juga 'ruang' memadai --- untuk sabar dan telaten memahami hal yang sesungguhnya sedang berlangsung.
Mereka adalah 'suara Tuhan' yang ingin mempercayakan kehidupannya pada kearifan dan kebijaksanaan pemimpin yang baik.
Jika tak ada 'sosok yang realis' maka tentulah tak sulit bagi mereka untuk menemukannya pada 'dogma yang imajiner'.
Algoritma mereka memang sangat sederhana untuk memaknai suatu keabu-abuan itu. Sesederhana menuding dan menyimpulkan warna dasar dari mana 'pemimpin' atau 'dogma' itu bergerak: hitam atau putih.
Jadi sesungguhnya, algoritma 'distributed ledger technology' yang dkuasai segelintir manusia dan sedang melanda berbagai sendi kehidupan kita akhir-akhir ini, akan segera menjadi senjata pemusnah yang jauh lebih mematikan dibanding nuklir yang ditakuti itu. Tentu saja jika di tangan manusia yang berangkat dari niat yang jahat.
Sebaliknya jika hal tersebut berada di tangan 'pemimpin' yang baik. Bahkan 'dogma imajiner' itu-pun mungkin akan tersingkirkan.
Kita memang sedang berada diujung perjudian hidup yang terdahsyat.
Jilal Mardhani, 16 Juni 2018