Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Janganlah Sia-siakan Joko Widodo

16 Februari 2018   01:42 Diperbarui: 16 Februari 2018   20:23 1749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Twitter Resmi @jokowi)

Kita lupa :

'Iman', peradaban, maupun tata laksana yang terbentuk dan berlaku, adalah buah 'perselingkuhan' politik dan kekuasaan sebelumnya; yang beralaskan pengejawantahan cita-cita demokrasi; yang prematur dan terburu nafsu.'

Jokowi memang mampu mengungguli pesaingnya. Tapi dengan selisih yang tak bertaut mantap. Padahal, rivalnya jelas-jelas warisan 'zaman old' dengan catatan sejarah yang berkabut dan gelap.

Prabowo adalah mantan perwira tinggi Angkatan Darat yang pernah menikahi salah seorang putri Suharto. Menyusul peristiwa berdarah yang memicu Reformasi 1998, karir militernya kemudian dihentikan secara tidak terhormat. Lalu ia sempat menyingkir dari Indonesia selama beberapa tahun dan tinggal di benua lain. Sebelum akhirnya kembali dan mendirikan partai politik yang disiapkan untuk mendukungnya mencalonkan diri sebagai Presiden RI.

Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa yang sejak Reformasi selalu menduduki berbagai jabatan strategis. Hatta yang terakhir kali menjabat sebagai Sekretaris Negara, kemudian menjadi besan SBY setelah kedua anak mereka menikah. Dia adalah salah seorang sosok yang sangat pantas ditanya soal pertanggung jawaban Gerakan Reformasi. Sebab, sejak awal hingga periode kepemimpinan SBY berakhir, lulusan ITB itu tak pernah absen menempati salah satu kursi kabinet pemerintahan yang berkuasa.

Meskipun kalah, perolehan suara Prabowo-Hatta sesungguhnya bersaing ketat dengan Joko Widodo dan JK. Hal yang sesungguhnya menyisakan pertanyaan serius: sungguhkah sebagian masyarakat Indonesia telah 'melupakan' --- bahkan memaklumi --- rekam jejak mereka?

Apakah mungkin segala hal yang telah dipertontonkan Prabowo maupun Hatta sebelumnya, telah dianggap sebagai keniscayaan berpolitik kita?

Fenomena di atas kemudian memperkuat latar belakang yang kedua.

Jika dihitung sejak Sukarno pertama kali mengumandangkan konsep Demokrasi Terpimpin saat membuka sidang konstituante tanggal 10 November 1956,  hingga hari ini, kekisruhan politik dan kekuasaan di Indonesia sesungguhnya telah berlangsung lebih dari 60 tahun. Hampir sepanjang Indonesia merdeka.

Pada dasarnya, apapun cara maupun pendekatan yang digunakan setiap Kepala Negara, sejatinya adalah wujud dari 'strategi' yang dianggapnya jitu. Baik untuk mengatasi permasalahan yang berkembang pada zamannya, maupun untuk menghadapi tantangan masa depan yang dihadapi saat itu. Setiap pilihan yang kemudian mewarnai gaya kepemimpinan mereka, pada mulanya ditujukan untuk kemudahan memujudkan semua impian.

Tapi keberagaman cara pandang dan kepentingan yang mengitari mereka-lah yang sering membelokkan ke arah yang keliru, bahkan sesat. Baik dalam hal yang dengan sadar dimakluminya, maupun yang berlangsung tanpa sengaja. Bisa juga akibat ulah orang-orang kepercayaan di sekeliling mereka yang berkhianat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun