Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Dialog Imajiner yang Asyik: Agus-Silvi-Ahok-Jarot-Anies-Sandi

31 Januari 2017   22:26 Diperbarui: 2 Februari 2017   11:00 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SANDI/ Prestasi kita bahkan bisa di tingkat Asia dan juga Dunia. Selama ini kan banyak yg mencibir. Penduduknya ratusan juta tapi kok sulit banget meraih peringkat terbaik dibanding yg kecil kayak Singapur.

SILVI/ Ruang-ruang yang dipakai pertemuan, diskusi, pelatihan, dan belajar bersama itu bisa digunakan untuk melatih bakat-bakat seni juga ya? Wah, keren banget. Tapi biaya organisasi pemerintah lokal apa tidak kegedean nantinya? 

AHOK/ Makanya perlu dibongkar total. Supaya masyarakat swadaya, juga intervensi. Bukan hanya pendanaan tapi juga turun tangan langsung. Selama ini segala sesuatu cuma kita selesaikan pakai uang. Apa saja main bayar. 

ANIES/ Wah bener. Bagaimana caranya supaya bisa seperti gerakan Indonesia Mengajar. Bahkan lebih luas. Setiap kepala keluarga diwajibkan ambil bagian dalam organisasi Komunitas Jakarta Millenial. Apapun asal berfungsi untuk kepentingan masyarakatnya. 

JAROT/ Iya. Boleh jadi ada yang mangurus pemantauan kemajuan pendidikan anak-anak di lingkungannya. Nanti ada lagi yang volunteer ngajarin yg di sekolah ketinggalan. Ada juga yg mengurus aktivitas olahraga anak-anak. Juga yang berkesenian. Pokoknya semua jadi kewajiban warga untuk memantau dan mendampingi anak-anak di lingkungan masing-masing. 

AHOK/ Bahkan saya juga ingin usulkan supaya dibikin Peraturan Daerah agar setiap kepala keluarga wajib melibatkan anak-anaknya pada aktivitas lingkungan yang tersedia. Bahkan mereka harus mendampingi. Jika ada yang tak bisa maka harus mencari tetangga yang bisa mewakilkan. Nanti dikaitkan dengan Iuran Warga dan PBB yang menjadi tanggung jawabnya. Semacam stick and carrot lingkungan terhadap warganya. 

AGUS/ Maksudnya bagaimana tuh, koh? Kan semua warga sibuk bekerja tiap hari dari pagi sampai malam? Apa mungkin? 

ANIES/ Makanya saya usulkan agar Jakarta harus memiliki sistem angkutan umum yang terintegrasi mulai dari kantong pemukiman terkecil. Dengan hanya 5 ribu mereka sudah terlayani dari mana pun dan kemana pun. Jadi, pertama, jalanan tidak macet seperti sekarang. Kedua, mereka bisa tiba di rumah tidak terlalu malam. 

AHOK/ Soal angkutan terintegrasi itu memang penting, bang Anies. Malah saya juga ingin usulkan kepada DPRD agar seluruh warga Jakarta dikenakan Iuran Jaminan Transportasi Publik. Terserah apakah sehari-hari menggunakannya atau tidak. Sebab masih menggunakan kendaraan pribadinya. 

JAROT/ Nah, kalau ada Iuran Jaminan Transportasi Publik berarti Pemda DKI bakal mempunyai pemasukan tetap yg cukup untuk membiayai investasi dan operasional angkutan umum massal yang terintegrasi itu ya, koh? 

SANDI/ Betul! Seandainya setiap warga hanya dibebani 20 sampai 50 ribu rupiah per bulan, pemasukan DKI berkisar setengah triliun per bulan ya? Anak-anak balita dan mereka yg berusia di atas 60 tahun digratiskan, pelajar sekolah hingga SMP 20 ribu, SMA hingga mahasiswa 30 ribu, ibu rumah tangga 40 ribu, sedang laki-laki dewasanya 50 ribu. Keren tuh, koh Ahok! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun