Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

IA ITB : Belum 'Move On' dan Kurang 'Jihad'

23 Januari 2016   00:41 Diperbarui: 23 Januari 2016   00:54 3291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu, mengapa angka yang berminat dan terverifikasi hingga hari terakhir pendaftaran kali ini belum mencapai 10 persen dari perkiraan 160 ribu jumlah alumni yang ada?

Rupanya kami alpa, atau mungkin tak mengacuhkannya.

Persoalan ternyata bukan semata kemudahan menggunakan hak suara untuk menentukan pilihan pada sosok yang layak menjadi ketua ikatan alumni kami. Rendahnya angka pendaftaran yang akan berpartisipasi pada pesta demokrasi akhir pekan ini mengisyaratkan beberapa hal prinsip dan mendasar yang perlu segera difikirkan ‘proses rekayasa’-nya.

Pertama, apakah mayoritas alumni ITB itu tidak terinformasi dengan baik sehingga tak mengetahui hajatan tersebut?

Kedua, apakah mereka yang melek teknologi dan memiliki aksesibilitas internet hampir sempurna itu, sesungguhnya sudah tahu tapi - karena satu dan lain hal - tak berminat berpartisipasi pada proses pemilihan yang akan berlangsung besok?

Ketiga, apakah mereka yang tak sudi terlibat itu sesungguhnya tak menganggap lagi dirinya bagian dari paguyuban yang sedang heboh digembar-gemborkan?

INDIVIDUALISTIS

Jika karena tak terinformasi dengan baik seperti alasan pertama yang disebutkan, saya kira ini persoalan yang cukup serius. Lazimnya, diantara sesama alumni yang berasal dari angkatan dan jurusan yang sama, satu dengan yang lain masih memelihara silaturahmi. Apalagi setelah teknologi komunikasi digital dan sosial media berkembang pesat beberapa tahun terakhir ini. Reuni - anjang sana dengan sahabat maupun kerabat setelah sekian lama terpisah - sudah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari.

Jika ada penelitiannya, rata-rata frekuensi aktivitas reuni yang diikuti seseorang di era digital ini, sangat mungkin jauh lebih tinggi dibanding mereka yang hidup di era teknologi analog sebelumnya. Reuni sesama calon pembantu rumah tangga yang bertemu di kereta api ketika menuju suatu kota saja kini semakin jamak berlangsung.

Dari data alumni yang terdaftar di situs I-Vote IA ITB, dapat terlihat jelas bahwa setiap angkatan mulai dari tahun 1958 hingga yang termuda, sesungguhnya sudah ada yang mewakili. Tentulah wajar jika mereka yang sudah mendaftar dan terverifikasi meneruskan informasi kepada - atau mengajak rekan-rekan lain - yang memiliki kedekatan dengannya. Setidaknya kepada mereka yang berasal dari angkatan dan disiplin ilmu yang sama. Atau teman satu pondokan. Bekas pacar. Rekan yang sama-sama aktif di salah satu unit kegiatan atau organisasi ketika masih di kampus dulu. Dan seterusnya.

Jadi, jika fenomena rendahnya partisipasi alumni yang mendaftarkan diri dikaitkan dengan alasan yang pertama itu maka tuduhan ‘individualistis’ menjadi sangat beralasan. Artinya, ada sikap acuh dan ketidak-pedulian yang berlebihan diantara sesama alumni yang digadang-gadang kebersamaannya.

Gawat, bukan?

EXCLUSIVISME

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun