Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramadan edisi #7: Mengaji Al Quran, Mengkaji Era Digital

15 Juli 2015   07:06 Diperbarui: 15 Juli 2015   07:06 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Multi-tasking yang superb dan mewah!

***

Kemudahan yang ditawarkan era digital ini begitu luar biasa. Waktu yang kudu diluangkan, biaya yang perlu dikeluarkan, jarak yang mesti ditempuh, hingga ruang yang harus diarungi sedemikian rupa telah diringkasnya. Pengorbanan yang perlu kita lakukan pun semakin minim. Tinggal niat dan kesungguhan melakoni saja yang bersisa. Lalu soal kemampuan mengelola fokus tentang apa yang sedang dicari serta hal yang ingin dicapai maupun dipahami.

***

Kemudahan itu hanyalah soal perangkat yang bisa digunakan untuk menyelami dan memahami yang tersurat maupun tersirat pada kitab suci Al Quran. Menyelami dan memahaminya sendiri bukanlah sesuatu yang mudah. Semakin dalam kita memasukinya, semakin sering kita mengulangnya, semakin sering kita merenung perintah dan pesannya maka semakin banyak pula hal yang ternyata belum atau tak kita ketahui. Semakin banyak pula rahasia kebijakan hidup ini yang terungkap. Semakin banyak pula kita menemukan kekayaan dan kemewahan yang tersembunyi di dalamnya, Mungkin itulah sebabnya tadarus - membaca dan mengkaji Al Quran - selalu dianjurkan berulang-ulang.

Lalu, bagaimana mungkin ada yang dengan begitu pongah merasa pasti sudah memahami isinya dan kemudian memaksakan kehendak menyeragamkan tafsir dan pemahamannya kepada yang lain?

Saya khawatir semua itu lahir dan berkembang karena terdorong semangat penyangkalan yang bersangkutan. Apakah menyangkal karena disergap malas dan letih untuk terus mengkaji rahasia keindahan dan kekayaan yang ada dalam kitab suci itu? Apakah menyangkal karena dikuasai nafsu untuk memperoleh pujian, prnghormatan, maupun kekuasaan? Apakah menyangkal karena resah dan khawatir tak mampu - atau tak mau - menangkap pesan sebenarnya? Wallahu alam.

***

Kemudahan yang ditawarkan teknologi digital untuk mengkaji Al Quran hari ini - dan tentunya kitab suci lain - juga menghadirkan tantangan dan pekerjaan rumah lain bagi para orangtua kontemporer. Generasi muda sekarang menggenggam kemewahan yang jauh lebih besar dibanding yang sebelumnya. Ragam pilihan yang kaya menyebabkan mereka lebih kritis dan obyektif dalam menilai, menerima, dan mengamalkan sesuatu. Pertanyaan yang sekaligus menjadi pekerjaan rumah utama : sudahkah kita memperbaiki cara dan pendekatan yang sesuai untuk membangun dan mengembangkan keimanan mereka? Tentunya dengan tetap berpegang teguh pada prinsip bahwa iman pada Sang Pencipta tetap merupakan wilayah privat individual yang tidak boleh dan tidak perlu diganggu gugat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun