Di era sekarang kisah tentang Isaac Newton akan penelitian – penelitian yang dilakukan di rumah ini lebih familiar dikenal sebagai WFH atau Work From Home, dalam Pendidikan ada istilah Distance Learning atau pembelajaran jarak jauh. Bisa dibilang Archimedes pun menemukan konsep gagasannya dalam kesendiriannya. Dengan sederhana dapat disimpulkan bahwa belajar atau proses untuk mendapatkan insipirasi itu bisa terjadi pada kondisi apa pun, kapan pun dan dimana pun.
Dari kisah mereka juga kita dapat ketahui bahwa ada sebuah quality time dalam interaksi diri dengan alam sekitar. Bukan interaksi secara verbal melainkan interaksi intuitif untuk menyerap informasi apa saja yang disajikan oleh sekitar. Lalu diproses dengan nalar dan membuahkan produk yang bernama gagasan.
Perpaduan antara intuisi dan logika yang mumpuni menghasilkan kualitas pemikiran yang brilian. Baik masyarakat pada era Archimedes maupun Isaac Newton, pasti sama – sama sudah  menyaksikan tentang kejadian tumpahnya air dari sebuah wadah jika kita memasukkan benda yang memiliki berat ke dalam wadah tersebut, tentang jatuhnya buah – buahan dari pepohonan dalam keseharian mereka. Namun tidak ada yang sadar dan peka sehingga bisa membuka tabir pengetahuan di balik fenomena itu.
Memang sudah sifat dari ilmu untuk bisa mempertajam pikiran dan memperhalus perasaan. Kesiapan diri untuk selalu menempa ilmu menjadi peran penting untuk menemukan benang solusi di antara kusutnya benang permasalahan.
Selain dikenal sebagai ilmuwan, Archimedes dan Isaac Newton pun juga dikenal sebagai seorang filsuf. Artinya tidak hanya mempunyai kedalaman terperinci tentang ilmu yang mereka tekuni, tetapi juga memiliki pandangan yang holistik terkait kedudukan ilmu dalam kehidupan. Sehingga secara filosofis sebuah ilmu bisa dikemas dengan komplit untuk menjawab segala tantangan.
Di era sekarang, ilmu dikemas dengan berbagai spesialisasi dari tiap cabang. Baik itu bidang sains atau humaniora, keduanya memiliki sub sub spesialisasi yang sangat terperinci, sehingga para pembelajarnya yang telah berhasil kelak disebut sebagai spesialis. Dari bidang kedokteran, hukum, teknik, politik, kesemuanya memiliki sub sub spesialisasi yang berfokus pada satu masalah masing – masing.
Lalu bagaimana caranya para spesialis ini menghadapi fenomena kehidupan yang dinamis dan tidak terpaku dari satu bidang? Itu lah pentingnya kolaborasi antar bidang. Pertanyaan selanjutnya, sesederhana itu kah kolaborasi antar berbagai spesialisasi? Bisa kah para spesialis ini menerima masukan secara terbuka dari orang luar?
Intinya keterbukaan pemikiran tetap menjadi hal penting dalam menemukan solusi dari segala permasalahan. Terlepas dari pembelajaran khusus yang sudah ditempa para spesialis dan membentuk pola terperinci mendetail dalam tiap merumuskan permasalahannya, pola pikir yang terbuka tetap diperlukan untuk bisa mengelaborasi poin – poin penting dari setiap sektor. Karena pada dasarnya dunia ini tidak hanya dalam, tetapi dunia ini begitu luas dan dalam. Sehingga perlu pandangan yang luas dan detail tentang cakrawala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H