Mohon tunggu...
Jihad Bagas
Jihad Bagas Mohon Tunggu... Insinyur - inconsistent Writer

Kegiatan baca dan tulis merupakan kegiatan sakral yang nilai spiriualitasnya bergantung pada kandungan apa yang dibaca dan apa yang ditulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Eureka, dan Konsep dari Proses Munculnya Gagasan

1 Agustus 2021   10:02 Diperbarui: 2 Agustus 2021   06:50 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : J_Bagas

Eureka!!! Sebuah ekspresi saat kita berhasil menemukan sesuatu atau saat kita berhasil memecahkan permasalahan. Sebuah momen yang kemudian dikenal sebagai eureka momen. Saat seorang filsuf Yunani yang bernama Archimedes termenung dalam kamar mandi. 

Saat itu Archimedes mendapat perintah dari sang raja tentang mencari tahu kandungan emas dalam mahkotanya. Apakah mahkotanya dibuat dari emas murni atau ada campuran baham logam lain seperti alumunium, perak, atau tembaga. Karena secara tampilan sama – sama memiliki warna perpaduan kuning dan oranye cerah.

Di zaman itu teknologi timbangan yang pasti tidak secanggih zaman sekarang. Belum ada teknologi yang mengetahui tentang dunia mikro. Namun di zaman itu sudah sadar, bahwa emas memiliki kepadatan lebih dibanding dengan benda lain untuk ukuran yang sama, sehingga dengan ukuran yang sama emas terukur lebih berat dibanding benda lain.

 Jadi ada hubungan antara kepadatan benda dengan beratnya. Kelak di beberapa abad setelahnya ilmuwan berhasil membuktikan itu dengan perkembangan teknologi dan berkembangnya ilmu pengetahuan manusia. Konsep ini dikenal dengan istilah massa jenis benda dengan satuan kg/m3.

Saat termenung di kamar mandi, Archimedes menenggelamkan dirinya ke dalam bak mandi lalu kemudian air dalam bak mandinya tumpah sebagian. Ia sadar lalu menganalogikan berat tubuhnya dan volume air yang tumpah keluar dari bak mandi. 

Di saat itu lah ia menemukan inspirasi sebuah rumus, sebuah konsep tentang hukum Archimedes, teori yang menjelaskan tentang sifat massa jenis yang dimiliki setiap benda. Yang menjelaskan mengapa benda bisa tenggelam, melayang dan mengapung dalam air.

Ada juga kisah tentang Isaac newton dalam penemuan teori gravitasinya yang dikisahkan terinspirasi dari jatuhnya sebuah apel. Pada masa itu Isaac Newton memang aktif melakukan penelitian di bidang fisika di sekolahnya tempat ia belajar.

Uniknya, catatan sejarah menuliskan Isaac Newton menemukan sebuah konsep gravitasi ini saat dia melakukan penelitiannya di rumah. Saat itu di di tahun 1665 Inggris sedang ada wabah, jadi universitas tempat Isaac Newton belajar ditutup sehingga Ia terpaksa pulang ke kampung halamannya untuk menghindari wabah.

Pada era itu belum dikenal istilah gravitasi, tetapi ia menangkap sebuah fenomena buah apel yang selalu terjatuh ke bawah saat berkeliling di kampung halamannya. Fenomena ini semakin menguatkan hipotesanya bahwa ada gaya yang menarik buah itu ke bawah. Namun ia belum bisa menjelaskan bahwa ada sesuatu yang tak kasat mata menarik benda ke bawah.

Penelitian terus ia lanjutkan sampai pada akhirnya sesuatu yang menarik benda ke bawah dikenal dengan gravitasi. Dan nantinya Isaac Newton membuahkan teori yang dipelajari sampai sekarang tentang sebuah gaya, yang kita kenal dengan Hukum Newton.

Dari dua kisah di atas memiliki sebuah kesamaan pola yaitu, sesosok manusia yang memiliki dasar pengetahuan dan kerangka berpikir yang sudah kompleks, lalu mebuka dirinya untuk mengobservasi dengan alam. Di titik pertemuan antara bekal pengetahuan dan fenomena alam itu lah bisa dikatakan sebagai munculnya inspirasi.

Di era sekarang kisah tentang Isaac Newton akan penelitian – penelitian yang dilakukan di rumah ini lebih familiar dikenal sebagai WFH atau Work From Home, dalam Pendidikan ada istilah Distance Learning atau pembelajaran jarak jauh. Bisa dibilang Archimedes pun menemukan konsep gagasannya dalam kesendiriannya. Dengan sederhana dapat disimpulkan bahwa belajar atau proses untuk mendapatkan insipirasi itu bisa terjadi pada kondisi apa pun, kapan pun dan dimana pun.

Dari kisah mereka juga kita dapat ketahui bahwa ada sebuah quality time dalam interaksi diri dengan alam sekitar. Bukan interaksi secara verbal melainkan interaksi intuitif untuk menyerap informasi apa saja yang disajikan oleh sekitar. Lalu diproses dengan nalar dan membuahkan produk yang bernama gagasan.

Perpaduan antara intuisi dan logika yang mumpuni menghasilkan kualitas pemikiran yang brilian. Baik masyarakat pada era Archimedes maupun Isaac Newton, pasti sama – sama sudah  menyaksikan tentang kejadian tumpahnya air dari sebuah wadah jika kita memasukkan benda yang memiliki berat ke dalam wadah tersebut, tentang jatuhnya buah – buahan dari pepohonan dalam keseharian mereka. Namun tidak ada yang sadar dan peka sehingga bisa membuka tabir pengetahuan di balik fenomena itu.

Memang sudah sifat dari ilmu untuk bisa mempertajam pikiran dan memperhalus perasaan. Kesiapan diri untuk selalu menempa ilmu menjadi peran penting untuk menemukan benang solusi di antara kusutnya benang permasalahan.

Selain dikenal sebagai ilmuwan, Archimedes dan Isaac Newton pun juga dikenal sebagai seorang filsuf. Artinya tidak hanya mempunyai kedalaman terperinci tentang ilmu yang mereka tekuni, tetapi juga memiliki pandangan yang holistik terkait kedudukan ilmu dalam kehidupan. Sehingga secara filosofis sebuah ilmu bisa dikemas dengan komplit untuk menjawab segala tantangan.

Di era sekarang, ilmu dikemas dengan berbagai spesialisasi dari tiap cabang. Baik itu bidang sains atau humaniora, keduanya memiliki sub sub spesialisasi yang sangat terperinci, sehingga para pembelajarnya yang telah berhasil kelak disebut sebagai spesialis. Dari bidang kedokteran, hukum, teknik, politik, kesemuanya memiliki sub sub spesialisasi yang berfokus pada satu masalah masing – masing.

Lalu bagaimana caranya para spesialis ini menghadapi fenomena kehidupan yang dinamis dan tidak terpaku dari satu bidang? Itu lah pentingnya kolaborasi antar bidang. Pertanyaan selanjutnya, sesederhana itu kah kolaborasi antar berbagai spesialisasi? Bisa kah para spesialis ini menerima masukan secara terbuka dari orang luar?

Intinya keterbukaan pemikiran tetap menjadi hal penting dalam menemukan solusi dari segala permasalahan. Terlepas dari pembelajaran khusus yang sudah ditempa para spesialis dan membentuk pola terperinci mendetail dalam tiap merumuskan permasalahannya, pola pikir yang terbuka tetap diperlukan untuk bisa mengelaborasi poin – poin penting dari setiap sektor. Karena pada dasarnya dunia ini tidak hanya dalam, tetapi dunia ini begitu luas dan dalam. Sehingga perlu pandangan yang luas dan detail tentang cakrawala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun