Wacana guru penggerak sesungguhnya jauh lebih penting untuk terus disempurnakan, diformulasi dan difollow up, sehingga wacana tidak tinggal menjadi wacana. Dibutuhkan kebijakan inovatif dari sang menteri, dibutuhkan kreatifitas gubernur dan bupati/walikota, diperlukan inisiasi dari kepala sekolah dan guru. Dan yang paling penting diperlukan kebijakan nasional, berupa kebijakan anggaran dan sistem yang komprehensif, sehingga wacana 'guru penggerak' dari sang menteri milenial bisa terwujud.
Sekiranya kebijakan nasional untuk upaya sistematis melahirkan 'guru penggerak' bisa benar-benar terwujud, terutama dengan sistem dan anggaran yang mumpuni, sebagai penulis saya yakin bahwa ke depannya, apapun kurikulum yang digunakan, pendidikan di Indonesia akan jauh lebih baik, jauh lebih unggul, sehingga cita-cita untuk melahirkan sumber daya manusia yang unggul bisa terwujud jauh lebih cepat, dibandingkan jika hanya terus bergelut pada perubahan kurikulum yang hanya menghabiskan anggaran negara dalam jumlah yang sangat besar.
Saatnya kita menantikan kebijakan lanjutan dari sang menteri kita yang baru. Kebijakan yang tentu berbeda dari menteri menteri sebelumnya, kebijakan yang bukan pada sekedar merubah kurikulum, tetapi pada upaya melahirkan guru-guru inovator, guru-guru kreator dan guru-guru yang membuat siswanya senang belajar, semangat belajar dan merdeka belajar. Kita tunggu. (Makassar 7 Desember 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H