Demikanlah penggunaan ponsel pintar secara berlebihan akan menipiskan dampak positif dari ponsel pintar itu sendiri. Bahkan cenderung memiliki daya rusak yang tinggi. Jangan sampai ponsel pintar yang berfungsi sebatas alat bantu pekerjaan manusia ini berubah menjadi sumber inti dari pembentukan nilai-nilai dan norma-norma sosial baru yang membawa dampak kurang baik bagi kehidupan sosial.
Nilai-nilai sosial yang masyarakat muda anut sama sekali lain dari era sebelumnya. Hal ini menyebabkan kebingungan pada orangtua yang sebagian besar tumbuh dewasa pada era sebelum generasi milenial. Janganlah ketidaknormalan jaman ini dianggap biasa saja. Perlu ada sikap kritis dari seluruh masyarakat, terutama untuk anak-anak muda. Mari coba kritisi ulang kebiasaan kita yang kerap bermesraan dengan teknologi, khususnya ponsel pintar. Apakah kebiasaan itu memiliki andil dalam pembentukan "kenormalan-kenormalan" tertentu yang menyebabkan konflik orangtua dan anak?
Kesimpulan
Begitulah bagi penulis jaman ini terjadi kemenduaan terhadap norma sosial. Hal yang sebenarnya jika ditelaah lebih dalam tidaklah normal semakin dianggap biasa-biasa saja karena banyak orang yang melakukan. Bahkan kebiasaan-kebiasaan berpotensi merusak yang kemudian dinormalisasikan tersebut berperan dalam pembentukan norma sosial baru yang mengkhawatirkan.
Fenomena ini dapat secara detail dilihat dari hubungan orangtua dan anak. Hubungan keduanya merupakan cerminan tajam dari  fenomena yang penulis sebut sebagai ambiguitas norma sosial. Terjadi kebingungan di kedua belah pihak, norma sosial seperti apa yang sebenarnya dianut ?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H