Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Alamak! Butuh Satu Bulan Mengurus KTP di Toba Samosir

4 Agustus 2016   18:55 Diperbarui: 5 Agustus 2016   08:35 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kartu Tanda Penduduk (KTP) | Ilustrasi: konfrontasi.com

Sejenak saya melihat kedalam ruangan petugas penerimaan berkas catatan sipil, tampak sang ibu petugas sedang asyik bermain game di ponsel android, seenaknya. Saya sebenarnya ingin mengabadikan moment itu dan mengunggahnya ke media sosial, tapi ahhh, saya juga takut jika nanti ini berbuntut panjang ke urusan saya. Yang lebih mengagetkan saya, jam baru menunjukkan pukul 11.45, tetapi di kaca penerimaan berkas sudah tertulis “MAKAN SIANG”. Saya berpikir sejenak, bukannya jam istirahat itu jam 12 ya? Kok cepat sekali?

Daripada pusing memikirkan masalah ini yang semakin tidak jelas, akhirnya saya kerumah tante saya yang ada di dekat RS. HKBP Balige, sekalian makan siang, sekalian temu kangen karena sudah 3 tahun belum pernah bertemu. Kami akhirnya makan siang di Lumban Silintong, tepat dipinggiran danau Toba, Balige. Jam 3, saya kembali ke kantor Capil dan akhirnya saya berhasil mendapatkan KK baru.

Saya kembali ke kecamatan dengan kondisi fisik yang sudah sangat lelah. akhirnya saya kembali ke kantor camat untuk melakukan pendataan, mulai dari foto KTP, sidik jari, foto iris mata, dan lain-lain. Saya sebenarnya berniat kembali ke Capil pada hari itu juga, tetapi karena saran dari pegawai kantor kecamatan bagian catatan sipil, akhirnya saya pulang kembali ke rumah sambil menyiapkan berkas berupa KK dan surat  rekomendasi (pengantar) dari kepala desa.

Setelah surat pengantar kepala desa saya dapatkan, besoknya pada tanggal 3 agustus 2016, saya kembali ke kantor Capil Balige dengan harapan dan keyakinan KTP sudah tercetak atau akan dicetak pada hari itu. Tiba di kantor Capil Balige, saya kembali diarahkan untuk membayar ke kasir pembuatan KTP. Saya sejenak berpikir, “kok pembuatan KTP berbayar lagi?”, dengan niat ingin mengunggah di media sosial, didepan pintu kasir saya sengaja foto berkas dan kartu pembayaran pembuatan KTP.

Setelah itu saya masuk ke ruangan kasir, mungkin karena sang ibu kasir telah melihat tingkah laku saya yang mencurigakan, akhirnya ibunya berkatan “ngga usaha bayar deh!”, saya kembali ke ruangan petugas pengumpul berkas KTP. Saya kaget bukan kepalang karena saya diberikan kartu kendali untuk kembali ke  kantor Capil mengambil KTP pada tanggal 22  Agustus 2016, berarti butuh waktu sekitar 3 minggu.

Saya marah, sangat kecewa, dan sangat tidak terima. Selama itukah membuat KTP di Tobasa ini? Bukannya Kemedagri berkata jika pembuatan KTP cukup 3 jam saja? Mana yang namanya revolusi mental? Mana yang namanya sisten Elektronik yang canggih zaman sekarang? Seakan tak terima, akhirnya saya langsung minta diantar ke bagian percetakan KTP, setelah saya tanya kepada pegawai percetakan KTP,  rasa kecewa saya makin menjadi, data saya belum ada di data base, saya akhirnya memaksakan agar di cek kembali sesuai dengan iris mata saya, ternyata belum ada.

Rasa kecewa, marah, ingin menggebrak meja salah satu dari mereka, tetapi masih bisa tertahan emosi ini. Saya selama ini terbuai dengan kampanye Kemendagri yang menyatakan jika KTP bisa diurus dalam 1 hari, jangankan 1 hari, 1 minggu pun hanya harapan palsu yang saya dapatkan dari kantor Capil Balige apalagi tanggal 6 agustus saya harus kembali ke Jakarta. Akhirnya saya kembali dengan perasaan yang sangat kecewa berat, tak tahu harus melapor ke siapa soal ruwetnya pengurusan catatan sipil di negeri ini.

Dari apa yang saya alami  tentang pelayanan dan birokrasi di Toba Samosir, saya bisa menilai sangat jauh dari kata layak, artinya sangat ruwet, tidak ada niat melayani sama sekali jika tidak dipoleh dengan uang warna biru atau merah. Semoga apa yang saya alami tidak dialami oleh orang lain di seantero negeri ini.

Semoga janji dan visi misi sejalan dengan fakta dilapangan agar urusan terkecilpun bisa teratasi dengan maksimal. Harapan saya, semoga Pemkab Toba benar-benar melakukan revolusi mental dan nawacita. Bobroknya pelayanan masyarakat ini adalah salah satu bukti bobroknya jajaran pemerintah kabupaten Toba Samosir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun