Mohon tunggu...
Jho Les
Jho Les Mohon Tunggu... Musisi - Musisi

Suka Kura-kura, Kaktus, dan Pala muda.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemimpin yang Buru Selatan Butuhkan?

12 Agustus 2019   21:50 Diperbarui: 27 Agustus 2019   02:31 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas masyarakat di pasar utama kecamatan Leksula, Kabupaten Buru Selatan/dokpri

Mendengar itu keluarga saya pun melepaskan tertawa membahana. Mungkin saja mereka paham apa yang saya maksudkan. Bahwa politik memang tidak bisa dijalani secara serampangan; harus paham arena pertempuran dan disiplin memainkan strategi.

Saya berharap, Pilkada kali ini, berjalan sesuai nurani dan dimenangkan oleh keikhlasan. Karena bagi saya, Buru Selatan adalah hati yang harus dijaga dengan hati-hati, dan perjuangan dengan hati pula. 

Saya percaya, mereka yang berkampanye dengan hati akan sampai ke hati dan diterima oleh hati pemilih. Yang tidak dengan hati bersiaplah menjadi debu; terhempas dan berlalu. Yang berkampanye dengan lagu, biasanya cuma ingin dikenal, bukan untuk membangun pikiran rakyat menjadi lebih matang menyongsong tantangan di hari esok.

Sekali lagi: Pilkada Buru Selatan yang akan datang harus dimenangkan oleh hati, bukan muslihat seolah-olah berempati pada penderitaan rakyat. Rakyat tak butuh empati, rakyat butuh cinta sepenuh hati. Cinta yang tak mencemaskan, apalagi mendesak untuk dicintai.

"Oiya. Tolong kamong cari tahu nama Said itu siapa, orang mana, yang pernah tolak tawaran jadi Bupati? Kalau sudah, kabari beta.", suruhan saya pada mereka di akhir pembicaraan kami di telepon.

Saya sungguh penasaran dengan sosok di balik nama itu. Said, Said, Said, siapa dia? Hati kecil saya berkata dia bukan orang sembarangan, dirinya memang diam-diam sedang diperhatikan oleh banyak orang dan diperhitungkan. Tapi saya perlu mengenalnya lebih dekat dari urat nadinya. Lebih dekat yang saya maksud adalah dekat secara gagasan dan pendirian.

Akhir kata, pemimpin yang berwatak kerakyatan akan datang menghampiri rakyat dengan gagasan-gagasan kerakyatan, bukan dengan sekedar gaya berpakaian seperti rakyat. Ingat Soekarno, gayanya kebarat-baratan, tetapi pikirannya membumi karena idenya itu ia gali dari dalam tradisi dan hati nurani rakyat.

Pemimpin terbaik, yang perbuatannya hari ini ia persembahkan untuk seribu tahun ke depan, harus diperjuangkan untuk menang meski darah harus bercucuran. Siapa pun dia.

Ingat, "Hidup yang tak diperjuangkan adalah hidup yang tak layak di jalani", kata Sutan Sjahrir. Sekian. Salam perjuangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun