Mohon tunggu...
Jho Les
Jho Les Mohon Tunggu... Musisi - Musisi

Suka Kura-kura, Kaktus, dan Pala muda.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemimpin yang Buru Selatan Butuhkan?

12 Agustus 2019   21:50 Diperbarui: 27 Agustus 2019   02:31 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas masyarakat di pasar utama kecamatan Leksula, Kabupaten Buru Selatan/dokpri

Seorang petarung sejati tahu kapan harus mengalah dan kapan harus mengencangkan ikat pinggangnya untuk bertarung melawan kebatilan.

"Di sini, orang-orang yang berencana maju di pemilihan bupati tahun depan, banyak yang sudah mendaftarkan diri ke beberapa partai politik supaya diusung oleh partai politik tersebut. Banyak di antara orang-orang itu punya posisi penting di pemerintahan. Katong yang cuma pekerja honor jadi bingung nanti mau pilih yang mana. Menurut Ose katong musti bagaimana?", begitulah keluarga saya di Buru Selatan bertanya yang, saya kira, bercampur dengan nada sedikit cemas.

Saya belum punya banyak bahan yang bisa saya olah untuk menghasilkan saran-saran yang pas menyentuh sasaran, sesuai dengan apa yang saudara-saudara saya butuhkan untuk mempermudah mereka melihat kesulitan dan kecemasan yang mungkin saja bisa terjadi di kemudian hari. Saya memberikan saran-saran normatif saja dulu. Kalau sudah ada banyak data, barulah saya berikan jawaban terbaik.

Buru Selatan cukup kompleks dan agak tidak mudah untuk dianalisis apa-apa saja yang menjadi akar, penyebab awal, munculnya masalah-masalah penghambat lajunya pembangunan di sana. Entah itu pembangunan di darat, maupun pembangunan di laut. Di sana, masyarakat dan Infrastruktur langit juga belum signifikan dibangun dan diberdayakan.

Meski begitu, dari nada keluarga saya bicara dalam telepon, saya seperti sudah menangkap bayang-bayang minimnya lapangan kerja di Buru Selatan. Apalagi yang dikhawatirkan setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS), terutama oleh pegawai honorer, kalau bukan dipulangkan ke rumah (diistirahat sampai dipanggil kembali) dan mungkin saja dipecat oleh atasan mereka, selain dari gaji yang tak lancar?

Keluarga saya seperti takut kehilangan pekerjaan. Air mata saya tiba-tiba jatuh menetes memikirkan nasib keluarga saya yang terombang-ambing, di lempar ke sana, lempar ke sini, hanya karena pilihan politik.

Mungkin bagi sebagian orang, Buru Selatan adalah rumah, tempat raga dilahirkan, dibesarkan, dan tinggal bersama keluarga. Tapi bagi honorer, orang-orang yang belum mendapat pekerjaan, terutama rakyat kecil, Buru Selatan bukan sekedar rumah yang memberikan kehangatan tubuh di saat alam mendingin, dan mendinginkan tubuh di saat alam kepanasan oleh terik matahari.

Bagi mereka yang nasibnya terombang-ambing dalam ketidakpastian politik, Buru Selatan lebih dari itu: Buru Selatan itu ibarat otak kecil di dalam tubuh manusia; darinya kehidupan bermula dan segala gerak dimulai. Sedikit saja otak itu tak bergerak, kehidupan pun seketika berakhir selamanya.

"Seng usah cemas. Untuk menjadi seorang pemimpin, orang tersebut harus selesai bertarung dengan dirinya sendiri. Percayalah: Pemimpin yang baik selalu lahir tepat di saat semua rakyat merasa diri mereka lemah, merasa batin mereka tersiksa, dan merasa tak punya apa-apa di dalam hidup yang bisa dipertaruhkan untuk bisa makan, selain nyawa. Pada saat itu pemimpin yang berasal dari nurani akan lahir.", bilang saya kepada mereka.

Sayangnya mereka masih tetap merasa was-was, belum tenang. Mungkin karena mereka merasa termasuk dalam daftar yang terombang-ambing akibat ketidakpastian alur politik.

"Ose pung bicara su macam tokoh agama saja ee.", jawab mereka yang seperti masih bingung nantinya harus berbuat apa saat hari pemilihan tiba. "Ya ampun Beta mesti bilang apa lai ini?", gumam saya di dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun