Mohon tunggu...
Jihan Mawaddah
Jihan Mawaddah Mohon Tunggu... Penulis - Knowledge seeker

Halo, saya Jihan. Lifestyle blogger yang sedang belajar banyak hal. Yuk saling bertukar pengalaman lewat tulisan. Baca tulisan saya lainnya di www.jeyjingga.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Peran Tak Terlihat dari Petugas Kesehatan yang Menembus Batas Ruang dan Waktu

4 November 2024   22:39 Diperbarui: 4 November 2024   22:55 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh, hal-hal buruk selalu menghantui saya kala itu, di bulan Agustus 2020. Saat Covid sedang ganas-ganasnya, semua orang bahkan takut untuk keluar rumah untuk saling menyapa tetangga.

Namun di sisi lain, kita melihat dokter, perawat, bidan, petugas administrasi rumah sakit, petugas kebersihan rumah sakit, satpam rumah sakit, hingga seorang programmer rumah sakit seperti suami saya pun harus bekerja di saat orang-orang diwajibkan untuk bekerja di rumah.

Saat itu saya tidak rela melepas suami menjadi relawan di Rumah Sakitnya untuk menjadi Satgas Covid-19. Ikut turun untuk membantu memandikan hingga menguburkan jenazah Covid-19.

Jadi saya bisa membayangkan sebesar apa kekhawatiran keluarga para petugas medis di Indonesia. Bagaimana kebesaran dan kelapangan hati mereka untuk mendukung sekaligus mendoakan orang-orang yang disayanginya berjuang di medan perang. Bukan perang melawan senjata buatan manusia, tapi berperang melawan sesuatu yang tak terlihat oleh mata.

Tidak hanya di masa-masa Covid-19, di masa-masa normal pun ada banyak hal yang dikorbankan oleh para petugas medis kita.

Pahlawan Yang Ajarkan Rasa Syukur

Tidak hanya itu, kisah berlanjut saat sebelum Covid-19 pun yang membuat saya sangat berterimakasih kepada salah satu perawat yang pernah merawat saya di tahun 2014.

Saat itu adalah masa-masa sulit dan kelam bagi hidup saya. Bernafas saja rasanya sangat berat. Sempat beberapa kali terpikir untuk menyerah pada keadaan.

Namun, usai operasi seorang perawat yang selama kurang lebih satu tahun selama pengobatan menemani saya, memaksa untuk memandikan saya sore itu.

Badan memang sudah berhari-hari atau bahkan satu minggu tidak mandi karena harus bedrest di atas ranjang rumah sakit yang menjemukan. Rambut juga tentu lepek.

Perawat tersebut sedikit memaksa, namun saya akhirnya luluh juga dan menyetujui tawarannya. Saya dimandikan dan dibersihkan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Bahkan usai mandi, perawat itu sempat menyisiri rambut panjang saya dengan kasih sayang.

Tidak lepas dari mulutnya untuk mengingatkan saya agar tetap bersyukur dan berserah diri pada takdir. Sampai sekarang, saya masih mengingat jelas bagaimana kesegaran usai mandi itu terasa. Apa yang dikatakan oleh beliau akhirnya berhasil membuat saya bersyukur dan lebih bersemangat dalam menjalani hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun