Oleh karena itu Gilster  menekankan  proses berpikir kritis ketika berhadapan  dengan media digital daripada kompetensi  teknis sebagai keterampilan inti  literasi  digital, serta  evaluasi kritis terhadap apa yang ditemukan melalui dari media digital  daripada sebuah keterampilan teknis yang diperlukan  untuk mengakses media digital tersebut. Gilster mendefinisikan bahwa selain seni  berpikir kritis, keterampilan yang dibutuhkan adalah kemampuan mempelajari cara mengorganisasikan pengetahuan, serta menyusun kumpulan informasi yang dapat diandalkan  dari berbagai sumber  (Gilster, 1997).Â
Seseorang yang melek digital harus mengembangkan kemampuan pencarian dan menyusun strategi penggunaan mesin pencari untuk menemukan informasi yang ada dan cara mencari informasi yang sesuai dengan  kebutuhan  informasinya. . Selain , kemampuan memanfaatkan teknologi dan  informasi dari perangkat digital membantu berfungsi secara efektif dan efisien dalam berbagai  konteks kehidupan, seperti: belajar, berkarir, dan kehidupan sehari-hari.
      Menurut Martin, literasi digital adalah kemampuan individu buat memakai indera digital secara tepat sebagai akibatnya dia terfasilitasi buat mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, menganalisi asal daya digital agar membentuk pengetahuan baru, membuat media berekspresi, berkomunikasi dengan orang lain pada situasi kehidupan tertentu buat mewujudkan pembangunan sosial, berdasarkan beberapa bentuk literasi yaitu: komputer, warta teknologi, visual, media & komunikasi (Martin, 2008). Senanda dengan pendapat Bawden mengartikan bahwa literasi digital adalah kemampuan pada memakai warta berdasarkan berbagai asal digital yg tersaji melalui komputer (Bawden, 2001).
Literasi digital bisa diartikan menjadi kemampuan individu buat menerapkan keterampilan fungsional dalam perangkat digital sebagai akibatnya dia bisa menemukan &menentukan warta, berpikir kritis, berkreativitas, berkolaborasi beserta orang lain, berkomunikasi secara praktis & permanen menghiraukan keamanan elektronika serta konteks sosial-budaya yg berkembang (Hague & Payton, 2010). Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa literasi digital bukan sekedar memakai perangkat digital saja namun literasi digital dibutuhkan bisa buat menemukan & menentukan warta, berpikir kritis, berkreativitas, berkolaborasi dengan orang lain, berbincang atau berkomunikasi secara praktis & permanen, tidak menghiraukan keamanan elektronika serta konteks sosial budaya yg berkembang.
      Berdasarkan  pengetahuan komputer dan  informasi, Bawden mengembangkan konsep  pengetahuan digital. Lebih komprehensif dari Glitser, Bawden mengatakan bahwa  pengetahuan digital terkait dengan  aspek berikut:
- Memperoleh pengetahuan , khususnya kemampuan untuk menyusun informasi dari berbagai sumber  terpercaya.
- Kemampuan menyajikan informasi , termasuk  berpikir kritis dalam memahami informasi dengan kesadaran akan validitas dan  kelengkapan sumber  internet.
- Kemampuan membaca dan memahami materi informasi non-sekuensial dan dinamis.
- Kesadaran akan pentingnya media konvensional  dan hubungannya dengan media jaringan (Internet).
- Kesadaran Akses Cyber orang  dapat dijadikan sumber rujukan dan bantuan.
- Gunakan untuk menyaring informasi yang masuk.
- Merasa nyaman dan memiliki akses dari  hingga untuk bertukar informasi dengan orang lain.
Dan Jika melihat komentar Bawden di atas , maka pengetahuan teknis digital  lebih erat kaitannya dengan keterampilan teknis untuk mengakses, mengumpulkan, memahami dan menyebarkan informasi.
      Faktor-faktor yang mempengaruhi literasi digital, Literasi digital dapat didefinisikan sebagai  kemampuan individu untuk menerapkan  keterampilan fungsional pada perangkat digital mampu menemukan dan memilih informasi, berpikir kritis menilai, menjadi kreatif, berkolaborasi dengan orang  lain, berkomunikasi secara efektif, dan  menjaga minat dalam keamanan elektronik dan konteks sosiokultural yang berkembang  (Hague & Payton, 2010).
      Terkait literasi digital, kita perlu memahami faktor-faktor penting agar  penyaringan informasi dapat berjalan dengan baik  dan akurat. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi budaya digital:
- KETERAMPILAN FUNGSIONAL (FUNCTION SKILLS), Keterampilan Fungsional adalah keterampilan teknis dan kompetensi  yang  diperlukan untuk mahir menggunakan berbagai alat digital. Bagian penting dari  pengembangan keterampilan fungsional  adalah kemampuan untuk mengadaptasi keterampilan  ini untuk mempelajari cara menggunakan  teknologi baru. Fokusnya adalah pada apa yang  dapat dilakukan dengan alat digital dan apa yang diperlukan untuk memahami menggunakannya secara efektif.
- KOMUNIKASI DAN INTERAKSI, Komunikasi dan interaksi  mencakup percakapan, diskusi, dan saling membangun gagasan  untuk  menciptakan pemahaman  bersama. Kolaborasi adalah bekerja sama dengan baik dengan orang lain untuk menciptakan makna dan pengetahuan bersama. Mendukung literasi digital di kalangan generasi muda melibatkan pengembangan  pemahaman mereka tentang bagaimana kolaborasi menciptakan  penggunaan  teknologi  digital  serta  bagaimana teknologi digital dapat mendukung hasil efektif dari proses kerja sama di tingkat kelas dan di dunia secara keseluruhan.   Â
- BERPIKIR KRITIS, Perbedaan mendasar antara manusia dengan makhluk lainnya terletak pada kemampuan berpikirnya. Manusia menerima jiwa. Dengan akal budinya, manusia selalu berpikir untuk menyadari sesuatu, bertanya-tanya tentang  dirinya dan alam sekitar (Suradika, 2000). Dengan nalar yang tepat, masyarakat bisa berpikir kritis. Berpikir kritis melibatkan  perubahan,  analisis, pemrosesan informasi atau  data atau ide yang diberikan dari menjadi , menafsirkan menjadi dalam mengembangkan visi. Ini adalah  asumsi dasar bahwa mendukung proses menghasilkan informasi yang dapat diterima  oleh penalaran. Kemudian, sebagai komponen , literasi digital juga melibatkan kemampuan  menggunakan keterampilan penalaran  untuk berinteraksi dengan media digital dan kontennya serta mengajukan pertanyaan, analisis, dan evaluasi. Keterlibatan memerlukan pemikiran kritis dengan alat  digital.
      Pembelajaran literasi digital, di Indonesia, kegiatan edukasi  media  lebih dilatarbelakangi oleh kekhawatiran bahwa media dapat memberikan pengaruh negatif. Oleh karena itu, banyak kelompok seperti orang tua, guru, LSM dan organisasi lainnya berupaya mencari solusi untuk mengurangi dan mencegah dampak negatif  media. Penjelasan di atas menempatkan literasi digital  dengan jelas.
Keterampilan tersebut dapat meningkatkan kemampuan  seseorang dalam mengelola media digital  keduanya mengakses, memahami menyiarkan, memperbarui membuat media konten digital , bahkan  mengambil keputusan dalam hidup Anda. Jika  seseorang memiliki keterampilan tersebut, maka ia  dapat memanfaatkan media digital untuk  aktivitas bermanfaat dan pengembangan diri, bukan untuk konsumsi atau bahkan tindakan  destruktif.
      Pemikiran dalam Kesadaran kritis, diskusi, membuat keputusan yang kritis, & aksi sosial adalah hal terpenting pada literasi digital. Tetapi pencerahan kritis yg paling primer menaruh manfaat bagi khalayak buat menerima warta secara sahih terkait coverage media menggunakan, membandingkan antara media yang satu dengan yang lain secara kritis; lebih sadar akan impak media pada kehidupan menginterpretasikan pesan sehari-hari; media; membentuk sensitivitas terhadap acara acara menjadi cara mengusut kebudayaan; mengetahui pola interaksi antara pemilik media & pemerintah yg memengaruhi isi media; dan mempertimbangkan media pada keputusan keputusan individu. Kesadaran kritis khalayak atas empiris media inilah yg sebagai tujuan primer literasi media.Â