Mohon tunggu...
jesslynptrmrll
jesslynptrmrll Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Mahasiswa

Mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta Jurusan Pendidikan Sosiologi angkatan 23

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Budaya Literasi Digital

26 Oktober 2023   04:12 Diperbarui: 30 Maret 2024   22:08 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DIGITAL

            Di era revolusi keempat atau 4.0 yang  dikenal dengan revolusi digital,  informasi apapun dapat diperoleh secara real time dan cepat dimana saja dan kapan saja. Adanya mesin pencari membantu seseorang dengan cepat menemukan referensi yang diinginkan . Memang interaksi informasi dan komunikasi telah terdigitalisasi berkat kemajuan teknologi kunyit. Friedman pada tahun Afandi dkk. menggambarkan perubahan ini dengan "dunia datar" -- referensi pada situasi di mana dunia tidak  terbatas pada batas negara dan zona waktu  karena perkembangan teknologi  (Afandi et al., 2016; Friedman, 2007).

Perkembangan teknologi informasi telah menciptakan  "ruang baru" buatan dan virtual,  disebut dunia maya (Pilliang, 2012). Perkembangan  teknologi informasi  direspon dengan  penetrasi dan perilaku penggunaan internet di Indonesia yang semakin meningkat dari  tahun ke tahun. Hasil survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Seluruh Indonesia) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengguna Internet di Indonesia sejak tahun 2016. Hal ini mendorong perkembangan teknologi informasi, bagian dari dimulainya era baru. revolusi digital era di Indonesia. 

Perkembangannya yang sangat pesat mampu  memberikan pengaruh dan penguasaan yang sangat besar terhadap seluruh bidang kehidupan  masyarakat, termasuk dalam dunia pendidikan. Persyaratan pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan  di Indonesia berbeda-beda (Akbar & Anggraeni, 2017). Era digital dalam dunia  pendidikan khususnya perguruan tinggi  membawa konsekuensi berupa desain pembelajaran yang menggunakan media digital  sebagai sarana penambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa.

Media digital bisa memberikan atau  menyajikan sebuah materi pembelajaran yang secara  kontekstual, audio dan visual secara  menarik dan interaktif (Umam, Kaiful; Zaini, 2013). Perguruan tinggi yang tergabung dalam perguruan tinggi harus beradaptasi untuk mencapai proses  pembelajaran  berbasis digital tersebut. Kemajuan teknologi informasi dan internet saat ini menjadikan sumber  informasi  digital sangat kaya (Kurnianingsih et al., ). Sebaliknya, perkembangan teknologi, informasi  diibaratkan  dua sisi mata uang, dan berdampak positif dan negatif terhadap masyarakat . Mempelajari pengetahuan digital tidak mungkin bisa dihindari.

            Penguasaan ilmu pengetahuan terhadap segala  aspek kehidupan sesungguhnya merupakan faktor kunci kemajuan peradaban  bangsa. Jumlah penduduk Indonesia banyak dan kualitasnya rendah,  padahal  kuantitas dan kualitas harus seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sumber  daya manusia  di Indonesia masih rendah, bahkan semakin menurun dari tahun ke  tahun. Salah satu faktor yang menurunkan kualitas sumber daya manusia  adalah  rendahnya tingkat pendidikan. 

Hal ini semakin  diperburuk dengan masih didominasinya budaya lisan (berbicara) dibandingkan budaya membaca. Secara umum, kemampuan menggunakan teknologi  dan informasi dari perangkat digital membantu semua pekerjaan menjadi efektif dan efisien dalam berbagai konteks kehidupan, seperti: belajar, karir dan kehidupan sehari-hari  (Gilster, 1997). Konsep  pengetahuan telah berkembang dan  digunakan dalam berbagai bentuk,  termasuk literasi digital, khususnya kemampuan hingga memahami dan menggunakan  informasi dari berbagai sumber digital (A'yuni, 2015).

            Berdasarkan uraian yang diberikan, dianggap penting, menyampaikan pemikiran tentang tiga hal, secara spesifik (a) apa yang dimaksud dengan  budaya digital?, (b) Mengapa budaya digital penting dalam membangun peradaban suatu bangsa dan ( c) bagaimana mengembangkan keterampilan dalam budaya digital?

            Literasi Digital menurut UNESCO, kemampuan literasi dalam mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, untuk membuat, mengkomunikasikan, menghitung dan menggunakan bahan cetak dan tertulis  terlibat dalam mencapai berbagai tujuan dalam pengembangannya pengetahuan dan potensi, serta  berpartisipasi penuh  dalam komunitas  serta masyarakat  (A'yuni, 2015). Pandangan Gilster seolah menyederhanakan media digital  yang sebenarnya terdiri dari  berbagai  bentuk informasi sekaligus, seperti suara, tulisan, dan gambar.

Oleh karena itu, Eshet menekankan bahwa pengetahuan digital  lebih dari sekedar kemampuan menggunakan berbagai sumber digital secara  efektif. Budaya digital juga membentuk cara berpikir tertentu (Eshet, 2004). Bawden menawarkan pemahaman baru tentang budaya digital yang berakar pada budaya komputer dan literasi informasi  (Bawden, 2001). Pengetahuan komputer berkembang pada tahun 1980-an, ketika komputer menjadi lebih banyak digunakan tidak hanya dalam bisnis tetapi juga dalam masyarakat. Sementara itu, literasi informasi mulai populer pada tahun 1990an, ketika informasi menjadi lebih mudah untuk diatur, diakses, dan disebarluaskan melalui jaringan teknologi informasi. 

Sedangkan menurut Martin, literasi digital merupakan gabungan dari beberapa bentuk literasi seperti: informasi, komputasi, visual dan media (Martin, 2008). Menurut Gilster yang dikutip oleh A'yuni, literasi digital harus berupa kemampuan  memahami dan menggunakan informasi dari berbagai format (A'yuni, 2015; Gilster, 1997). Gilster menjelaskan bahwa konsep literasi bukan sekedar kemampuan  membaca tetapi juga membaca dengan makna dan pemahaman. Literasi  digital  terdiri dari penguasaan  ide, bukan  penekanan  tombol.

Oleh karena itu Gilster  menekankan  proses berpikir kritis ketika berhadapan  dengan media digital daripada kompetensi  teknis sebagai keterampilan inti  literasi  digital, serta  evaluasi kritis terhadap apa yang ditemukan melalui dari media digital  daripada sebuah keterampilan teknis yang diperlukan  untuk mengakses media digital tersebut. Gilster mendefinisikan bahwa selain seni  berpikir kritis, keterampilan yang dibutuhkan adalah kemampuan mempelajari cara mengorganisasikan pengetahuan, serta menyusun kumpulan informasi yang dapat diandalkan  dari berbagai sumber  (Gilster, 1997). 

Seseorang yang melek digital harus mengembangkan kemampuan pencarian dan menyusun strategi penggunaan mesin pencari untuk menemukan informasi yang ada dan cara mencari informasi yang sesuai dengan  kebutuhan  informasinya. . Selain , kemampuan memanfaatkan teknologi dan  informasi dari perangkat digital membantu berfungsi secara efektif dan efisien dalam berbagai  konteks kehidupan, seperti: belajar, berkarir, dan kehidupan sehari-hari.

            Menurut Martin, literasi digital adalah kemampuan individu buat memakai indera digital secara tepat sebagai akibatnya dia terfasilitasi buat mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, menganalisi asal daya digital agar membentuk pengetahuan baru, membuat media berekspresi, berkomunikasi dengan orang lain pada situasi kehidupan tertentu buat mewujudkan pembangunan sosial, berdasarkan beberapa bentuk literasi yaitu: komputer, warta teknologi, visual, media & komunikasi (Martin, 2008). Senanda dengan pendapat Bawden mengartikan bahwa literasi digital adalah kemampuan pada memakai warta berdasarkan berbagai asal digital yg tersaji melalui komputer (Bawden, 2001).

Literasi digital bisa diartikan menjadi kemampuan individu buat menerapkan keterampilan fungsional dalam perangkat digital sebagai akibatnya dia bisa menemukan &menentukan warta, berpikir kritis, berkreativitas, berkolaborasi beserta orang lain, berkomunikasi secara praktis & permanen menghiraukan keamanan elektronika serta konteks sosial-budaya yg berkembang (Hague & Payton, 2010). Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa literasi digital bukan sekedar memakai perangkat digital saja namun literasi digital dibutuhkan bisa buat menemukan & menentukan warta, berpikir kritis, berkreativitas, berkolaborasi dengan orang lain, berbincang atau berkomunikasi secara praktis & permanen, tidak menghiraukan keamanan elektronika serta konteks sosial budaya yg berkembang.

            Berdasarkan  pengetahuan komputer dan  informasi, Bawden mengembangkan konsep  pengetahuan digital. Lebih komprehensif dari Glitser, Bawden mengatakan bahwa  pengetahuan digital terkait dengan  aspek berikut:

  • Memperoleh pengetahuan , khususnya kemampuan untuk menyusun informasi dari berbagai sumber  terpercaya.
  • Kemampuan menyajikan informasi , termasuk  berpikir kritis dalam memahami informasi dengan kesadaran akan validitas dan  kelengkapan sumber  internet.
  • Kemampuan membaca dan memahami materi informasi non-sekuensial dan dinamis.
  • Kesadaran akan pentingnya media konvensional  dan hubungannya dengan media jaringan (Internet).
  • Kesadaran Akses Cyber orang  dapat dijadikan sumber rujukan dan bantuan.
  • Gunakan untuk menyaring informasi yang masuk.
  • Merasa nyaman dan memiliki akses dari  hingga untuk bertukar informasi dengan orang lain.

Dan Jika melihat komentar Bawden di atas , maka pengetahuan teknis digital  lebih erat kaitannya dengan keterampilan teknis untuk mengakses, mengumpulkan, memahami dan menyebarkan informasi.

            Faktor-faktor yang mempengaruhi literasi digital, Literasi digital dapat didefinisikan sebagai  kemampuan individu untuk menerapkan  keterampilan fungsional pada perangkat digital mampu menemukan dan memilih informasi, berpikir kritis menilai, menjadi kreatif, berkolaborasi dengan orang  lain, berkomunikasi secara efektif, dan  menjaga minat dalam keamanan elektronik dan konteks sosiokultural yang berkembang  (Hague & Payton, 2010).

            Terkait literasi digital, kita perlu memahami faktor-faktor penting agar  penyaringan informasi dapat berjalan dengan baik  dan akurat. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi budaya digital:

  • KETERAMPILAN FUNGSIONAL (FUNCTION SKILLS), Keterampilan Fungsional adalah keterampilan teknis dan kompetensi  yang  diperlukan untuk mahir menggunakan berbagai alat digital. Bagian penting dari  pengembangan keterampilan fungsional  adalah kemampuan untuk mengadaptasi keterampilan  ini untuk mempelajari cara menggunakan  teknologi baru. Fokusnya adalah pada apa yang  dapat dilakukan dengan alat digital dan apa yang diperlukan untuk memahami menggunakannya secara efektif.
  • KOMUNIKASI DAN INTERAKSI, Komunikasi dan interaksi  mencakup percakapan, diskusi, dan saling membangun gagasan  untuk  menciptakan pemahaman  bersama. Kolaborasi adalah bekerja sama dengan baik dengan orang lain untuk menciptakan makna dan pengetahuan bersama. Mendukung literasi digital di kalangan generasi muda melibatkan pengembangan  pemahaman mereka tentang bagaimana kolaborasi menciptakan  penggunaan  teknologi  digital  serta  bagaimana teknologi digital dapat mendukung hasil efektif dari proses kerja sama di tingkat kelas dan di dunia secara keseluruhan.      
  • BERPIKIR KRITIS, Perbedaan mendasar antara manusia dengan makhluk lainnya terletak pada kemampuan berpikirnya. Manusia menerima jiwa. Dengan akal budinya, manusia selalu berpikir untuk menyadari sesuatu, bertanya-tanya tentang  dirinya dan alam sekitar (Suradika, 2000). Dengan nalar yang tepat, masyarakat bisa berpikir kritis. Berpikir kritis melibatkan  perubahan,  analisis, pemrosesan informasi atau  data atau ide yang diberikan dari menjadi , menafsirkan menjadi dalam mengembangkan visi. Ini adalah  asumsi dasar bahwa mendukung proses menghasilkan informasi yang dapat diterima  oleh penalaran. Kemudian, sebagai komponen , literasi digital juga melibatkan kemampuan  menggunakan keterampilan penalaran  untuk berinteraksi dengan media digital dan kontennya serta mengajukan pertanyaan, analisis, dan evaluasi. Keterlibatan memerlukan pemikiran kritis dengan alat  digital.

           Pembelajaran literasi digital, di Indonesia, kegiatan edukasi  media  lebih dilatarbelakangi oleh kekhawatiran bahwa media dapat memberikan pengaruh negatif. Oleh karena itu, banyak kelompok seperti orang tua, guru, LSM dan organisasi lainnya berupaya mencari solusi untuk mengurangi dan mencegah dampak negatif  media. Penjelasan di atas menempatkan literasi digital  dengan jelas.

Keterampilan tersebut dapat meningkatkan kemampuan  seseorang dalam mengelola media digital   keduanya mengakses, memahami menyiarkan, memperbarui membuat media konten digital , bahkan  mengambil keputusan dalam hidup Anda. Jika  seseorang memiliki keterampilan tersebut, maka ia  dapat memanfaatkan media digital untuk  aktivitas bermanfaat dan pengembangan diri, bukan untuk konsumsi atau bahkan tindakan  destruktif.

            Pemikiran dalam Kesadaran kritis, diskusi, membuat keputusan yang kritis, & aksi sosial adalah hal terpenting pada literasi digital. Tetapi pencerahan kritis yg paling primer menaruh manfaat bagi khalayak buat menerima warta secara sahih terkait coverage media menggunakan, membandingkan antara media yang satu dengan yang lain secara kritis; lebih sadar akan impak media pada kehidupan menginterpretasikan pesan sehari-hari; media; membentuk sensitivitas terhadap acara acara menjadi cara mengusut kebudayaan; mengetahui pola interaksi antara pemilik media & pemerintah yg memengaruhi isi media; dan mempertimbangkan media pada keputusan keputusan individu. Kesadaran kritis khalayak atas empiris media inilah yg sebagai tujuan primer literasi media. 

Ini lantaran media bukanlah entitas yg netral. Ia selalu membawa nilai, baik ekonomi, politik, juga budaya. menaruh pengaruh Keseluruhannya bagi individu bagaimana beliau menjalani kehidupan sehari hari. Literasi media hadir menjadi benteng bagi khalayak supaya kritis terhadap isi media, sekaligus memilih warta yg diharapkan berdasarkan media. Literasi media dibutuhkan pada tengah kejenuhan warta, tingginya terpaan media, & banyak sekali perseteruan pada warta tadi yg mengepung kehidupan kita sehari-hari. Untuk itu, khalayak wajib  sanggup mengontrol warta atau pesan yg diterima. 

Literasi media menaruh pedoman mengenai bagaimana merogoh kontrol atas warta yg disediakan sang media. Semakin poly seorang mengetahui mengenai media, maka beliau akan semakin mampu  melihat batasan antara global  konkret & global yg dikonstruksi sang  media. Orang tadi pula akan mempunyai peta yg lebih kentara buat membantu mereka memilih arah mereka menggunakan lebih baik pada global media . Singkatnya, semakin akrab seorang menggunakan media, semakin akbar  kemungkinan mereka membentuk kehidupan yg kita  inginkan daripada membiarkannya. media  membentuk kehidupan kita sinkron impian media.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

  • Literasi digital merupakan suatu bentuk kemampuan mengumpulkan, memahami dan menggunakan informasi  dari berbagai sumber dalam bentuk digital. Literasi digital tidak boleh terbatas pada kemampuan sederhana dalam menggunakan berbagai sumber daya digital secara efektif tetapi juga pada cara berpikir tertentu yang berakar pada pengetahuan komputer dan pengetahuan informasi.
  • Pengembangan keterampilan literasi digital dapat dilakukan dengan memperkuat sejumlah kemampuan, antara lain (a) keterampilan fungsional, khususnya kemampuan teknis dan keterampilan penting untuk menggunakan berbagai perangkat digital secara efektif. Bagian penting dari pengembangan keterampilan fungsional adalah kemampuan untuk mengadaptasi keterampilan ini untuk mempelajari cara menggunakan teknologi baru. Fokusnya adalah pada apa yang dapat dilakukan dengan alat digital dan apa yang perlu dipahami untuk menggunakannya secara efektif, (b) komunikasi dan interaksi termasuk percakapan, diskusi dan pembangkitan ide satu sama lain untuk menciptakan pemahaman bersama, (c) kolaborasi. keterampilan bekerja sama dengan baik dengan orang lain untuk menciptakan makna dan pengetahuan bersama. dan (d) keterampilan berpikir kritis, khususnya kemampuan menggunakan keterampilan penalaran untuk berinteraksi dengan media digital dan kontennya serta kemampuan mempertanyakan, menganalisis, dan mengevaluasi.
  • Melalui keterampilan literasi digital, masyarakat dapat mengakses, mengatur, memilih dan  memahami berbagai jenis informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup. Singkatnya, literasi digital memungkinkan seseorang  menyaring informasi secara akurat di lingkungannya. Oleh karena itu ia dapat berpartisipasi lebih baik dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu, budaya digital harus terus dikembangkan agar  pengguna Internet selalu bertanggung jawab atas informasi yang diperolehnya, termasuk  menjaga keamanan data dan privasinya di Internet.

DAFTAR PUSAKA

Afandi, Junanto, T., & Afriani, R. (2016). Implementasi Digital-Age Literacy Dalam Pendidikan Abad 21 Di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains, 3(0), 2016--2113. https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php /snps/article/view/9820

Pilliang, Y. (2012). MASYARAKAT INFORMASI DAN DIGITAL: Teknologi Informasi dan Perubahan Sosial. Jurnal Sosioteknologi, 11(27), 143--155.

Akbar, M. F., & Anggraeni, F. D. (2017). Teknologi Dalam Pendidikan: Literasi Digital dan Self-Directed Learning pada Mahasiswa Skripsi. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi, 2(1). https://doi.org/10.23917/indigenous.v 1i1.4458

Umam, Kaiful; Zaini, I. (2013). Penerapan Media Digital Dalam Pembelajaran Apresiasi Batik Kelas X SMA Negeri 1 Blega. Jurnal Pendidikan Seni Rupa, 1(1), 100--105. https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/i ndex.php/va/article/view/9788

Kurnianingsih, I., Rosini, R., & Ismayati, N. (2017). Upaya Peningkatan Kemampuan Literasi Digital Bagi Tenaga Perpustakaan Sekolah dan Guru di Wilayah Jakarta Pusat Melalui Pelatihan Literasi Informasi. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement), 3(1), 61. https://doi.org/10.22146/jpkm.25370

Gilster, P. (1997). Digital literacy. Wiley Computer Pub.

A'yuni, Q. Q. (2015). Literasi Digital Remaja Di Kota Surabaya: Studi Deskriptif tentang Tingkat Kompetensi Literasi Digital pada Remaja SMP, SMA dan Mahasiswa di Kota Surabaya. Libri Net, 4(2), 1--15. https://repository.unair.ac.id/17685/

Eshet, Y. (2004). Digital Literacy: A Conceptual Framework for Survival Skills in the Digital era. Journal of Educational Multimedia and Hypermedia, 13(1), 93--106. http://www.editlib.org/p/4793/%5Cnf iles/364/Eshet and Eshet - 2004 - Digital Literacy A Conceptual Framework for Survi.pdf%5Cnfiles/459/4793.html

Bawden, D. (2001). Information and digital literacies: A review of concepts. Journal of Documentation, 57(2), 218--259. https://doi.org/10.1108/EUM0000000 007083

Martin, A. (2008). Digital Literacy and the "Digital Society." In C. Lankshear & M. Knobel (Eds.), Digital Literacies: Concepts, Policies & Practices (pp. 151--176). Peter Lang. https://pages.ucsd.edu/~bgoldfarb/co mt109w10/reading/Lankshear Knobel_et_al-DigitalLiteracies.pdf

Hague, A. C., & Payton, S. (2010). Digital literacy across the curriculum. In Futurelab (p. 58). http://www2.futurelab.org.uk/resourc es/documents/handbooks/digital_liter acy.pdf%5Cnwww.futurelab.org%5C nwww.futurelab.org.uk/%5Cnproject s/digital-participation

Friedman, T. (2007). The world is flat: a brief history of the twenty-first century. In The World is Flat: a Brief History of Twenty-First Century. Picador/Farrar Straus and Giroux;Distributed by Holtzbrinck Publishers.

Suradika, A. (2000). Metode Penelitian Sosial. UMJ Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun