Mohon tunggu...
Jessica Lim
Jessica Lim Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bila Pengembangan Jakarta Smart City Tidak Menyeimbangkan Pilar Smart Environment

24 Juli 2018   17:11 Diperbarui: 24 Juli 2018   19:48 2009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasukan kuning program Gerebek Trotoar (Aktul.com)

Salah satu upaya perbaikan yaitu "Gerebek Trotoar". Program ini dinyatakan sebagai upaya dalam pilar smart environment. Program ini yang bertujuan untuk merevitalisasi trotoar yang rusak dan berlubang, pembersihan tali-tali air, pembersihan rumput dan debu, serta pengecetan kanstin. Tim pelaksana dijuluki Pasukan Pelangi yang terdiri dari: (1) Pasukan biru dari Dinas Sumber Daya Air, (2) Pasukan oranye dari Dinas Lingkungan Hidup dan (3) Pasukan kuning  dari Dinas Bina Marga.

Pasukan kuning program Gerebek Trotoar (Aktul.com)
Pasukan kuning program Gerebek Trotoar (Aktul.com)
Program Gerebek Trotoar ini dijalankan dalam rangka persiapan Asian Games ke-18 dan hanya di lokasi tertentu saja. Program dijalankan mulai 18 Juli -- 12 Agustus 2018 di trotoar sepanjang 3,3 kilometer yang terbagi dalam dua segmen, yaitu segmen pertama dari Patung Sudirman atau Dukuh Atas sampai Jalan Medan Merdeka Barat, dan segmen kedua dari sisi barat dan timur Jalan Jenderal Sudirman hingga Jalan MH Thamrin.

Sangat disayangkan program Gerebek Trotoar ini hanya sementara dan di lokasi tertentu. Padahal banyak trotoar rusak yang tersebar di seluruh ruas jalan Jakarta. Sangat diharapkan di kemudian hari program ini akan dijalankan di seluruh daerah Jakarta selepas dari persiapan Asian Games 2018.

Belum lagi muncul kecurigaan penulis bahwa terdapat tambahan anggota tim penggerak Gerebek Trotoar, yaitu Pasukan Hitam. Dikutip dari The Jakarta Post, marak kejadian di mana Dinas Sumber Daya Air mencoba untuk menutup Kali Sentiong, Kemayoran dengan jala karena terlalu kotor dan berbau tidak sedap. Sungai ini mendapat julukan "Kali Item" karena warnanya yang hitam karena limbah domestik. Upaya penutupan kali dengan jala ini menimbulkan banyak kritik dari warga, bahkan warga internasional.

Pemasangan jala di Kali Sentiong, Kemayoran (thejakartapost.com)
Pemasangan jala di Kali Sentiong, Kemayoran (thejakartapost.com)
Usaha pembersihan kali Sentiong ini sudah dilakukan selama beberapa bulan, namun hasilnya belum mencapai ekspektasi. Oleh karena itu pemerintah mempertimbangkan penutupan dengan jala untuk mengurangi bau tidak sedap. Namun karena mendapat tekanan persiapan Asian Games, maka upaya ini mendapat kritik pedas dari warga yang beranggapan bahwa itu adalah pencitraan.

Kejadian ini menandakan bahwa program yang dinyatakan smart environment belum cukup pintar untuk mengatasi permasalahan lingkungan. Smart environment bukan hanya bicara mengenai program, namun program yang berkelanjutan. Perlu dirancang lebih terpadu lagi segi sistem persampahan, pembuangan air limbah, polusi udara, penghematan energi dan lainnya. Perlu dipertimbangkan sistem pencegahan, pengolahan dan pengaturan efisiensinya agar tidak menghasilkan kerepotan tambahan yang tidak mampu diatasi seperti pada kasus Kali Item.

Contoh lain dari implementasi smart environment adalah Indeks Polusi udara dapat dilihat secara real time melalui aplikasi bernama "UdaraKita" yang diluncurkan oleh Greenpeace. Aplikasi ini memantau kualitas udara secara real time di beberapa titik tertentu di Jakarta dan daerah lainnya. Aplikasi ini berjalan dengan sangat baik dalam memberi informasi kualitas udara. Contohnya seperti pada daerah Jakarta Selatan menunjukkan angka Indeks Kualitas Udara yang tidak sehat. Dengan ini warga dapat mengantisipasi polusi udara dengan mengenakan masker dan lainnya.

Kekurangan aplikasi ini adalah daerah mencakup satu kotamadya. Data juga ditampilkan secara umum, tidak menunjukkan data untuk potongan daerah yang lebih kecil sehingga data tidak begitu akurat.

Dengan adanya aplikasi Indeks Polusi Udara, terbukalah peluang bagi pemerintah atau swasta untuk mengantisipasi dan mengurangi polusi udara entah itu dalam segi pengembangan kawasan atau lainnya. Jangan sampai data-data yang sudah tersedia tidak diproses lebih lagi padahal banyak potensi pemanfaatan di dalamnya.

Kekurangan pemerintah dalam memperbaiki lingkungan kota Jakarta membuat kota ini masih belum bisa masuk dalam persaingan peringkat Smart City tingkat global. Masih banyak daerah-daerah yang belum tersentuh oleh pemerintah dalam pengembangan program Jakarta Smart City. Tentunya akan memerlukan jangka waktu yang sangat lama hingga berpuluh-puluh tahun. Namun lingkungan yang tidak berkelanjutan juga merupakan salah satu hambatan terbesar dalam pengembangan smart city.

Tentunya pada artikel ini hanya membahas sebagian kecil dari keseluruhan program Jakarta Smart City. Seberapa pintar suatu kota bukan hanya tanggung jawab pemerintah karena pembangunan smart city memerlukan penduduk, kolektif sosial dan hubungan kemitraan dengan instansi swasta atau internasional. Tanpa peran aktif dari warga maka program Jakarta Smart City akan sulit untuk mencapai maksimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun