Mohon tunggu...
Jessica Lim
Jessica Lim Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bila Pengembangan Jakarta Smart City Tidak Menyeimbangkan Pilar Smart Environment

24 Juli 2018   17:11 Diperbarui: 24 Juli 2018   19:48 2009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga kini, lebih dari setengah populsi dunia tinggal di daerah perkotaan. Diperkirakan pada tahun 2025 populasi penduduk Indonesia akan meningkat sebanyak 70%. Ibu kota Indonesia, yaitu DKI Jakarta, terus mengalami perpindahan penduduk dari pedesaan. Perpindahan penduduk ke kota ini membuat kota Jakarta menjadi kota terbesar di Indonesia dan merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Wilayah metropolitan Jakarta yang meliputi Jabodetabek berpenduduk sekitar 31 juta jiwa (2015) dan merupakan kota metropolitan terbesar di Asia Tenggara dan urutan ke tiga di dunia berdasarkan tingkat kepadatan penduduk.

Sifatnya yang sebagai pusat bisnis, politik, pemerintahan dan budaya mengundang warga dari pedesaan maupun warga asing untuk berpindah dan menetap di kota Jakarta. Jumlah penduduknya yang terus bertumbuh dengan pesat menciptakan tantangan baru bagi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan setiap penduduk. Untuk mengatasi tantangan masa depan ini, maka sektor pemerintah dan swasta harus menghadirkan solusi-solusi baru untuk mengatasi kemacetan, polusi, perubahan iklim perkotaan, maupun bencana-bencana yang akan terjadi akibat pertumbuhan kepadatan penduduk.

Konsep smart city menghadirkan kesempatan untuk meningkatkan infrastruktur dan layanan kota, menyediakan kondisi lingkungan, sosial dan ekonomi yang lebih baik, serta meningkatkan daya tarik dan daya saing kota.

Menurut ASCIMER (Assessing Smart City Initiatives in the Mediterranean Region), definisi smart city adalah sebuah sistem terintegrasi di mana manusia dan kapital sosial berinteraksi dengan berbasis teknologi. Smart city bertujuan untuk meningkatkan efisiensi kota sebagai suatu sitem, mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan mencapai kualitas hidup yang tinggi dalam mengatasi tantangan perkotaan. Terdapat 6 (enam) dimensi /pilar utama smart city, yaitu: pemerintahan (governance), ekonomi (economy), mobilitas (mobility), lingkungan (environment), penduduk (people) dan kehidupan (living). Setiap unsur dimensi mewakilki aspek-aspek dari sebuah kota untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari strategi smart city. Oleh karena itu, setiap dimensi perlu dikembangkan dengan seimbang untuk mencapai kota yang cerdas.

Jakarta hingga kini sedang menjalani masa transisi menuju kota cerdas sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan standar hidup dan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. Pada Desember 2014 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah meluncurkan program Jakarta Smart City. Adapun pengembangan program ini bertujuan agar aparat pemprov DKI Jakarta dapat cepat merespon kebutuhan warga. Pemerintah berupaya untuk memberi tanggapan terhadap masalah yang kerap muncul seperti kualitas udara yang buruk, kerentanan terhadap banjir dan masalah kemacetan lalu lintas.

Tidak hanya Jakarta, konsep smart city telah menarik perhatian kota-kota di dunia selama dua dekade ini.  Implementasi smart city seringkali ditandai dengan penggunaan teknologi-teknologi yang canggih dan terdepan. Sebagian besar kota yang telah mengimplementasikan smart city adalah kota-kota di negara maju. Salah satu alasannya adalah karena membutuhkan dana investasi yang besar. Oleh karena itu lebih mudah bagi kota di negara maju untuk mengimplementasikan konsep ini.

Salah satu aspek yang paling penting dalam dinamika kehidupan perkotaan adalah aspek lingkungan. Lingkungan mempengaruhi hampir semua kegiatan manusia, seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi, bahkan lingkungan yang baik dan menarik juga menaikkan status atau nilai kota tersebut. Kota dengan lingkungan yang baik mendapat poin lebih dalam hal kelayakan huni (livable).

Kota-kota besar di dunia seperti Vienna, Copenhagen dan Vancouver menduduki kota paling layak huni (most livable cities). Ketiga kota tersebut memiliki persamaan, yaitu lingkungan yang sangat baik. Oleh karena itu, aspek smart environment sangat penting untuk diimplementasikan. Selain untuk menjaga keberlanjutan kota, mengurangi dampak perubahan iklim dan meningkatkan kesejahteraan secara umum, pemeliharaan lingkungan perkotaan juga berperan sangat besar dalam menaikkan daya saing kota.

Dalam program kerja Jakarta Smart City, agenda dalam pilar smart environment antara lain: (1) Perencanaan pembangunan yang ramah lingkungan, (2) Energi ramah lingkungan dan (3) Bangunan ramah lingkungan. Adapun rencana program untuk melaksanakan smart environment meliputi penerangan publik modern dan perhitungan indeks standar polusi.

Ketika kepintaran Jakarta dalam pilar smart environment memiringkan kepala...

Pada tahun ini Indonesia mendapatkan kesempatan untuk menjadi tuan rumah Asian Games ke-18 yang akan dilaksanakan di Palembang dan Jakarta. Kesempatan ini mendapatkan tanggapan yang sangat baik dari penduduk Indonesia. Mejelang pelaksanaan Asian Games Pemprov DKI Jakarta melakukan perbaikan besar-besaran di banyak titik yang akan ramai pengunjung dari negara-negara Asia.

Salah satu upaya perbaikan yaitu "Gerebek Trotoar". Program ini dinyatakan sebagai upaya dalam pilar smart environment. Program ini yang bertujuan untuk merevitalisasi trotoar yang rusak dan berlubang, pembersihan tali-tali air, pembersihan rumput dan debu, serta pengecetan kanstin. Tim pelaksana dijuluki Pasukan Pelangi yang terdiri dari: (1) Pasukan biru dari Dinas Sumber Daya Air, (2) Pasukan oranye dari Dinas Lingkungan Hidup dan (3) Pasukan kuning  dari Dinas Bina Marga.

Pasukan kuning program Gerebek Trotoar (Aktul.com)
Pasukan kuning program Gerebek Trotoar (Aktul.com)
Program Gerebek Trotoar ini dijalankan dalam rangka persiapan Asian Games ke-18 dan hanya di lokasi tertentu saja. Program dijalankan mulai 18 Juli -- 12 Agustus 2018 di trotoar sepanjang 3,3 kilometer yang terbagi dalam dua segmen, yaitu segmen pertama dari Patung Sudirman atau Dukuh Atas sampai Jalan Medan Merdeka Barat, dan segmen kedua dari sisi barat dan timur Jalan Jenderal Sudirman hingga Jalan MH Thamrin.

Sangat disayangkan program Gerebek Trotoar ini hanya sementara dan di lokasi tertentu. Padahal banyak trotoar rusak yang tersebar di seluruh ruas jalan Jakarta. Sangat diharapkan di kemudian hari program ini akan dijalankan di seluruh daerah Jakarta selepas dari persiapan Asian Games 2018.

Belum lagi muncul kecurigaan penulis bahwa terdapat tambahan anggota tim penggerak Gerebek Trotoar, yaitu Pasukan Hitam. Dikutip dari The Jakarta Post, marak kejadian di mana Dinas Sumber Daya Air mencoba untuk menutup Kali Sentiong, Kemayoran dengan jala karena terlalu kotor dan berbau tidak sedap. Sungai ini mendapat julukan "Kali Item" karena warnanya yang hitam karena limbah domestik. Upaya penutupan kali dengan jala ini menimbulkan banyak kritik dari warga, bahkan warga internasional.

Pemasangan jala di Kali Sentiong, Kemayoran (thejakartapost.com)
Pemasangan jala di Kali Sentiong, Kemayoran (thejakartapost.com)
Usaha pembersihan kali Sentiong ini sudah dilakukan selama beberapa bulan, namun hasilnya belum mencapai ekspektasi. Oleh karena itu pemerintah mempertimbangkan penutupan dengan jala untuk mengurangi bau tidak sedap. Namun karena mendapat tekanan persiapan Asian Games, maka upaya ini mendapat kritik pedas dari warga yang beranggapan bahwa itu adalah pencitraan.

Kejadian ini menandakan bahwa program yang dinyatakan smart environment belum cukup pintar untuk mengatasi permasalahan lingkungan. Smart environment bukan hanya bicara mengenai program, namun program yang berkelanjutan. Perlu dirancang lebih terpadu lagi segi sistem persampahan, pembuangan air limbah, polusi udara, penghematan energi dan lainnya. Perlu dipertimbangkan sistem pencegahan, pengolahan dan pengaturan efisiensinya agar tidak menghasilkan kerepotan tambahan yang tidak mampu diatasi seperti pada kasus Kali Item.

Contoh lain dari implementasi smart environment adalah Indeks Polusi udara dapat dilihat secara real time melalui aplikasi bernama "UdaraKita" yang diluncurkan oleh Greenpeace. Aplikasi ini memantau kualitas udara secara real time di beberapa titik tertentu di Jakarta dan daerah lainnya. Aplikasi ini berjalan dengan sangat baik dalam memberi informasi kualitas udara. Contohnya seperti pada daerah Jakarta Selatan menunjukkan angka Indeks Kualitas Udara yang tidak sehat. Dengan ini warga dapat mengantisipasi polusi udara dengan mengenakan masker dan lainnya.

Kekurangan aplikasi ini adalah daerah mencakup satu kotamadya. Data juga ditampilkan secara umum, tidak menunjukkan data untuk potongan daerah yang lebih kecil sehingga data tidak begitu akurat.

Dengan adanya aplikasi Indeks Polusi Udara, terbukalah peluang bagi pemerintah atau swasta untuk mengantisipasi dan mengurangi polusi udara entah itu dalam segi pengembangan kawasan atau lainnya. Jangan sampai data-data yang sudah tersedia tidak diproses lebih lagi padahal banyak potensi pemanfaatan di dalamnya.

Kekurangan pemerintah dalam memperbaiki lingkungan kota Jakarta membuat kota ini masih belum bisa masuk dalam persaingan peringkat Smart City tingkat global. Masih banyak daerah-daerah yang belum tersentuh oleh pemerintah dalam pengembangan program Jakarta Smart City. Tentunya akan memerlukan jangka waktu yang sangat lama hingga berpuluh-puluh tahun. Namun lingkungan yang tidak berkelanjutan juga merupakan salah satu hambatan terbesar dalam pengembangan smart city.

Tentunya pada artikel ini hanya membahas sebagian kecil dari keseluruhan program Jakarta Smart City. Seberapa pintar suatu kota bukan hanya tanggung jawab pemerintah karena pembangunan smart city memerlukan penduduk, kolektif sosial dan hubungan kemitraan dengan instansi swasta atau internasional. Tanpa peran aktif dari warga maka program Jakarta Smart City akan sulit untuk mencapai maksimal.

Sumber:

ASCIMER. Assessment Methodology for Smart City Projects: Application to the Mediterranean Region. Europian Investment Bank Institute, n.d.

DetikX. Buruknya Kualitas Udara di Langit Jakarta. Juli 6, 2018. https://x.detik.com/detail/investigasi/20180703/Buruknya-Kualitas-Udara-di-Langit-Jakarta/index.php.

Jakarta Smart City. n.d. http://interactive.smartcity.jakarta.go.id/.

Jakarta Smart City. Gerebek Trotoar untuk Mewujudkan Smart Environment di Jakarta. Juli 19, 2018. http://smartcity.jakarta.go.id/blog/371/gerebek-trotoar-untuk-mewujudkan-smart-environment-di-jakarta.

The Jakarta Post. Too ugly, too smelly: Jakarta covers up 'Black River' for Asian Games. Juli 20, 2018. http://www.thejakartapost.com/news/2018/07/20/too-ugly-too-smelly-jakarta-covers-up-black-river-for-asian-games.html.

Trindade, Evelin Priscila, Marcus Phoebe Farias Hinnig, Eduardo Moreira da Costa, Jamile Sabatini Marques, Rogerio Cid Bastos, and Tan Yigitcanlar. "Sustainable development of smart cities: a systematic review of the literature." Journal of Open Innovation: Technology, Market, and Complexity, 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun