Generasi Z (lahir antara tahun 1997 hingga 2012) telah tumbuh dalam dunia yang semakin terhubung, penuh dengan tantangan baru dan kemajuan teknologi yang pesat. Salah satu isu sosial yang paling menonjol dalam era ini adalah kesetaraan gender. Meskipun kesadaran tentang pentingnya kesetaraan gender semakin meningkat, banyak masalah tetap ada, dan dalam beberapa hal, ketidaksetaraan bahkan semakin kompleks. Dalam artikel ini, kita akan membahas permasalahan kesetaraan gender yang dihadapi oleh Gen Z, serta dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari mereka.
1. Ketimpangan Gender di Dunia Kerja
Meskipun ada kemajuan signifikan dalam kesetaraan gender di dunia kerja, ketimpangan antara pria dan wanita, serta individu dengan identitas gender lain, tetap menjadi masalah besar di kalangan Gen Z. Salah satu masalah utama adalah kesenjangan upah, di mana perempuan sering dibayar lebih rendah daripada pria untuk pekerjaan yang setara. Dalam sebuah laporan dari McKinsey & Company, ditemukan bahwa meskipun banyak perusahaan yang berkomitmen pada keberagaman dan inklusi, perempuan, terutama dari latar belakang minoritas, masih menghadapi hambatan besar dalam mengakses posisi senior dan promosi.
Selain itu, banyak Gen Z yang bekerja di industri dengan dominasi gender tertentu. Sebagai contoh, perempuan lebih banyak terlibat dalam pekerjaan di sektor kesehatan dan pendidikan, sedangkan pria lebih banyak ditemukan dalam bidang teknik atau teknologi. Hal ini menunjukkan masih adanya stereotip gender dalam pemilihan karier, meskipun generasi ini semakin terbuka terhadap keberagaman profesi.
2. Stigma terhadap Identitas Gender Non-Biner
Salah satu perubahan terbesar yang terjadi pada generasi Z adalah pengakuan dan penerimaan terhadap identitas gender yang lebih beragam. Banyak individu Gen Z yang mengidentifikasi diri mereka sebagai non-biner, genderqueer, atau transgender, yang menunjukkan pergeseran besar dari norma gender tradisional. Namun, meskipun ada peningkatan kesadaran, stigma terhadap identitas non-biner tetap menjadi tantangan besar. Banyak individu yang mengidentifikasi diri mereka di luar konsep "pria" dan "wanita" masih menghadapi diskriminasi dan kesulitan untuk diterima dalam masyarakat yang masih sangat terikat pada pemahaman biner mengenai gender.
Di banyak tempat kerja dan institusi pendidikan, kebijakan dan struktur masih didominasi oleh norma gender tradisional. Penggunaan nama dan jenis kelamin dalam dokumen administratif, serta ekspektasi sosial terkait perilaku berdasarkan gender, menjadi tantangan besar bagi mereka yang berada di luar sistem tersebut. Hal ini membuat banyak individu merasa terpinggirkan atau tidak dihargai, meskipun mereka telah menjadi bagian penting dalam gerakan kesetaraan gender.
3. Stereotip Gender yang Masih Kuat
Meskipun Gen Z lebih inklusif dan terbuka dibandingkan generasi sebelumnya, stereotip gender masih sangat kuat dalam banyak aspek kehidupan. Misalnya, meskipun perempuan semakin terlibat dalam STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics), mereka tetap menghadapi hambatan berupa anggapan bahwa mereka kurang cocok dengan bidang tersebut. Hal ini tidak hanya terjadi dalam dunia pendidikan, tetapi juga di dunia kerja, di mana perempuan sering merasa harus bekerja lebih keras untuk membuktikan kemampuan mereka.
Di sisi lain, pria juga terpengaruh oleh stereotip gender. Misalnya, pria sering merasa tertekan untuk memenuhi harapan maskulinitas yang sangat kaku, yang dapat membatasi ekspresi diri mereka. Menurut survei dari Pew Research, banyak pria Gen Z yang merasa kesulitan untuk mengungkapkan emosi atau mengambil pekerjaan yang dianggap "lembut" karena takut dianggap lemah atau tidak maskulin.
4. Akses terhadap Kesehatan Reproduksi dan Seksual yang Adil
Meskipun banyak kemajuan dalam hal hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi, ketidaksetaraan dalam akses terhadap layanan kesehatan yang adil tetap menjadi masalah besar. Di banyak negara, perempuan Gen Z masih menghadapi hambatan dalam mengakses layanan kontrasepsi yang terjangkau, perawatan kehamilan yang aman, dan pengobatan yang berkaitan dengan menstruasi atau menopause. Selain itu, diskriminasi dalam layanan kesehatan terhadap orang-orang transgender dan non-biner masih sangat umum, meskipun ada peningkatan kesadaran di kalangan penyedia layanan medis.
Isu kesehatan reproduksi bukan hanya terbatas pada perempuan, tetapi juga berdampak pada pria dan individu dengan identitas gender lainnya. Misalnya, pria yang terlibat dalam pengasuhan anak sering kali tidak mendapatkan dukungan atau perawatan yang sama dalam hal kesehatan reproduksi atau kesejahteraan anak, yang sering kali lebih difokuskan pada perempuan.
5. Pengaruh Media Sosial dalam Pembentukan Norma Gender
Di era digital ini, media sosial memainkan peran besar dalam membentuk persepsi tentang gender. Bagi Gen Z, media sosial tidak hanya menjadi alat komunikasi tetapi juga tempat untuk memperjuangkan kesetaraan gender. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter sering digunakan untuk menyebarkan pesan tentang pentingnya inklusivitas dan kesetaraan gender. Namun, di sisi lain, media sosial juga memperkuat standar kecantikan dan ekspektasi gender yang terkadang tidak realistis.
Fenomena "toxic masculinity" dan "toxic femininity" sering kali tersebar luas melalui media sosial, yang mengajarkan generasi muda bahwa mereka harus mematuhi peran tertentu berdasarkan jenis kelamin mereka. Hal ini bisa menambah tekanan sosial, terutama bagi mereka yang berusaha untuk mengekspresikan diri mereka di luar norma yang telah ditetapkan.
Namun, media sosial juga menawarkan ruang untuk perubahan positif. Kampanye seperti #MeToo dan #HeForShe telah menarik perhatian global dan memberikan platform bagi individu untuk berbicara tentang pengalaman mereka dengan seksisme, pelecehan seksual, dan diskriminasi gender lainnya. Ini menunjukkan bahwa media sosial memiliki potensi besar untuk mendukung perjuangan kesetaraan gender, meskipun tetap ada tantangan besar dalam menanggulangi sisi negatifnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H