Lalu, apa masalahnya? Saya keberatan dengan penggunaan kata "terakhir" dalam judul berita ini. Kata "terakhir" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online diartikan sebagai "paling akhir, paling ujung, paling belakang, berada di belakang sekali".Â
Dalam arti itu, penggunaan kata "terakhir" dalam judul berita ini tidaklah tepat. Kawasan hutan di Desa Kubung di Kalimantan Tengah itu bukanlah kawasan rimba terakhir dalam arti seperti itu.
Menurut saya, kata "terakhir" dalam judul itu lebih tepat diganti dengan kata "tersisa", jadi judulnya menjadi "Wangi Jengkol dari Rimba yang Tersisa". Kata "tersisa" tidak menunjukkan urutan seperti halnya kata "terakhir".Â
Kata "tersisa" juga menimbulkan pilihan atau "dipertahankan alias tidak dibung" atau "dibuang" ("terbuang"). Tetapi kata tersisa juga menimbulkan sensasi imajinasi yang semakin mendalam.Â
Bandingkan penggunaan kata "tersisa" dalam kalimat-kalimat berikut. "Roti Kami yang Tersisa", "Rumah Warga yang Tersisa", "Kehidupan Nelayan yang Tersisa Seusai Dihantam Gelombang", dan sebagainya.
Terlepas dari catatan teramat sederhana ini, saya senang dengan tulisan saudara DRT, seperti halnya saya menyukai tulisan-tulisan reportase wartawan Kompas lainnya semisal Frans Pati Herin untuk imajinasi daerah, pendidikan daerah tertinggal, buruknya infrastruktur, kemiskinan orang kampung, dan sebagainya atau imajinasi gerak tubuh, strategi, kelicikan, persahabatan, dan sebagainya dalam reportase dan kajian olahraga oleh Anton Sanjoyo, dan tulisan-tulisan lainnya.
Harian Kompas memang selalu OK!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H