Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

"Selfie" dan Logika Narsis Kita

18 Desember 2018   13:10 Diperbarui: 18 Desember 2018   19:14 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kiri: Rini Kartini berswafoto bersama rekan-rekannya (sumber: dokpri, digunakan atas izin RIni). Foto Kanan: Kim Kadarshian ketika berswafoto dengan Hilarry Clonton (Sumber: https://www.dailymail.co.uk)

Dalam arti itu, mengharapkan orang lain memberi caption pada foto diri tetapi kemudian tidak menemukan caption yang menarik atau pas seharusnya tidak dilihat sebagai hal yang negative atau buruk. Karena -- sekali lagi -- hanya diri sendiri yang bisa memberikan penghargaan yang maksimal kepada diri (bdk maksim 3). Itu juga berarti bahwa hanya diri sendiri yang pada akhirnya akan menentukan siapa dirinya (bdk maksim 4).

Penutup
Tulisan ini adalah upaya sederhana saya dalam memahami gejala swafoto. Pemicunya adalah status facebook sahabat karib saya, Rere. Daripada menganggapnya sebagai sebuah tulisan ilmiah, apa yang saya lakukan di sini adalah "memberi penerangan" (sheds the light) atas fenomena swafoto yang de facto ada di sekitar kita dan bahkan kita sendiri mempraktikkannya.

Juga harus diakui, bahwa tulisan ini juga adalah sebuah pemihakan terhadap motif perilaku swafoto, tertutama keberpihakan pada motif yang positif dan afirmatif. Bagi saya, ini sah-sah saja dalam kegiatan intelektual.

Tulisan ini sekaligus memberikan beban tambahan bagi saya untuk membaca lebih lanjut dan lebih detail karya karya Bertrand Russell yang bukunya kami acu di atas. Penafsiran kreatif saya atas pemikiran Russell mengenai narsisme itu tidak murni berasal dari saya. Beberapa pengarang popular juga menggunakan penafsiran ini. Dalam arti itu, penafsiran saya pun terbuka kepada argument kontra bahkan penolakan dari rekan-rekan filsuf lain.

Kepada RIni Kartini alias Rere, terima kasih karena sudah merangsang saya untuk berpikir dan merefleksikan status facebookmu. Terima kasih atas seluruh obrolan kita. Kahlil Gibran pernah mengatakan, "A friend who is far away is sometimes much nearer than who is at hand". Mungkin Kahlil Gibran betul. Diskusi yang bervariasi kadang membawa kita ke pemikiran yang cukup mendalam, termasuk ketika aku berusaha memaknakan status media sosialmu. Stay close and be blessed!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun