Meskipun Yakob sendiri digambarkan sebagai sosok yang menikah dengan seorang perempuan yang terbilang nyaris sempurna, perempuan yang ingin dihancurkan Linda. Yakob juga ditampilkan sebagai sosok yang tidak memiliki relasi yang cukup bermakna dengan orang lain.
Novel ini dalam Bahasa Portugis diberi judul Adultrio dan kemudian diterjemahkan menjadi Adultery. Per definisi, "adultery" sendiri dalam kamus Bahasa Inggris diartikan sebagai "hubungan seks antar dua orang yang sudah menikah dan salah satunya bukan merupakan pasangan yang lainnya." Kata "adultery" diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi "zina", dan perbuatannya itu sendiri disebut "perzinaan".
Mengapa novel ini tidak diberi judul "perzinaan" atau "zina" untuk edisi Bahasa Indonesia? Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan kata "zina" sebagai (1) perbuatan bersanggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan (perkawinan); 2 perbuatan bersanggama seorang laki-laki yang terikat perkawinan dengan seorang perempuan yang bukan istrinya, atau seorang perempuan yang terikat perkawinan dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya.
Makna kata "zina" memang pas dan cocok dengan makna kata "adultery". Pertanyaannya, mengapa novel ini tidak menggunakan judul "zina" atau "perzinaan" dalam edisi Bahasa Indonesia?Â
Saya menduga karena konotasi yang jauh lebih buruk jika kata "zina" digunakan dibandingkan dengan kata "selingkuh", meskipun keduanya sama-sama berkonotasi negatif. Dari segi strategi pemasaran, judul "zina" tampaknya memiliki nilai komersial yang lebih rendah dibandingkan dengan "selingkuh".
Pauolo Coelho sendiri memang sengaja memilih seorang perempuan bernama Linda sebagai tokoh utamanya. Ketika ditanya wartawan mengapa memilih perempuan sebagai tokoh utama, Paulo Coelho mengatakan bahwa perempuan memang lebih sulit menerima fenomena perselingkuhan. Menampilkan kisah Linda justru memperlihatkan seorang perempuan yang tidak hanya belajar menerima fenomena selingkuh, tetapi justru menjadi tokoh utamanya.
Paulo Coelho berusaha menggali lebih dalam untuk memahami jiwa dan roh seorang perempuan. Dan dia menemukan bahwa meskipun dirundung masalah atau menjadi bagian dari masalah, perempuan selalu tampil sebagai sosok yang mampu mengatasi masalahnya dengan damai. Meskipun demikian, memang tidak bisa dipungkiri, menurut Coelho, bahwa perempuan adalah sosok yang selalu merasa tidak nyaman.Â
Jadi, bagi Paulo Coelho, masalahnya bukan apakah perempuan bisa mengatasi masalahnya (dalam hal ini adalah perselingkuhan), tetapi apakah dia bisa mempertahankan keadaan ini selamanya. Menurut Coelho, karena sifat perempuan yang selalu tidak nyaman (insecure), maka keadaan ini -- perselingkuhan -- tidak akan mungkin dipendam dan disimpan perempuan untuk selamanya.
Mengapa Yakob?
Mengapa Linda kembali tertarik dan menyukai Yakob? Apa sebenarnya yang dirasakan Linda ketika bertemu kembali dengan mantan pacarnya di SMA ini? Sebenarnya apa sih yang dialami Linda? Dalam seluruh novel ini tampak bahwa Linda sendiri juga terus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sama. Dia tampak bergelut sendiri dengan pikirannya, dengan masalah dan motifnya sendiri.Â