Mohon tunggu...
Jeremia Kevin Setiawan
Jeremia Kevin Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Opini

Jeremia Kevin Setiawan (Simanjuntak) adalah seorang Indonesia berdarah Batak Toba yang memiliki hobi menulis pendapat maupun pemikirannya mengenai banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Bro Giring dan PSI: Berkaca dari Wiranto dan Partai Hanura

25 Agustus 2020   12:18 Diperbarui: 26 Agustus 2020   22:41 1405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wiranto-Hary Tanoe salah satu yang

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali menjadi tajuk pemberitaan belakangan ini. Dikabarkan salah satu kader kenamaan PSI Giring Ganesha, yang dikenal sebagai bekas vokalis grup musik Nidji, ditunjuk sebagai pelaksana tugas ketua umum partai tersebut. 

Hal ini dikarenakan ketua umum nonaktif PSI Grace Natalie akan menempuh studi magister di Singapura selama sekitar satu tahun. Untuk sementara waktu, Bro Giring, begitu nama sapaannya dalam komunitas partai tersebut, menjadi nakhoda partai dengan lambang tangan yang menggenggam bunga mawar tersebut.

Tidak lama berselang, publik dikejutkan dengan kemunculan sejumlah papan reklame iklan yang berisi foto Giring, logo PSI, beserta tulisan “Giring untuk Presiden 2024.” 

Pertanyaan pun mencuat di ruang publik mengenai kebenaran informasi yang disampaikan sejumlah papan reklame tersebut.

Melalui video yang diunggah di akun media sosial PSI dan pernyataan yang disampaikan oleh Giring dalam konferensi pers virtual pada hari Senin (24/8/2020), Giring membenarkan bahwa dirinya mencalonkan diri sebagai presiden Republik Indonesia pada tahun 2024 mendatang. 

Giring juga menambahkan bahwa pencalonannya didukung oleh partainya PSI beserta keluarganya. Bahkan menurut pengakuannya, Presiden Joko Widodo menyambut dengan baik pencalonannya setelah Giring memberitahukan hal tersebut.

Pendeklarasian Giring sebagai calon presiden Republik Indonesia di tahun 2024 menimbulkan reaksi yang beragam dari masyarakat. Banyak pihak mengapresiasi rencana Giring sebagai calon presiden di tahun 2024. 

Selain karena PSI yang telah dan akan memberikan angin segar dalam perpolitikan di Indonesia melalui pencalonan Giring, Giring juga akan menjadi presiden Republik Indonesia termuda jika kelak ia terpilih dan dilantik di usia 41 tahun. 

Namun tidak banyak juga masyarakat yang turut meragukan rencana pencalonan Giring sebagai presiden. Bahkan Giring dianggap hanya ingin mencari sensasi melalui pencalonannya tersebut.

PSI pada Pemilu 2019 tidak mendapat kursi di DPR RI. Sementara kursi mereka di DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota juga tidak terlalu banyak. 

Berkaca dari Partai Hanura dan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo

Wiranto-Hary Tanoe salah satu yang
Wiranto-Hary Tanoe salah satu yang
Berkaca dari pencalonan Giring, mari kita mengingat kembali sebuah peristiwa serupa ketika pemilu 2014 yang lalu.

Pada kampanye Pemilu Legislatif 2014, selain berkampanye untuk memperebutkan kursi parlemen di pusat dan daerah, partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) juga mendeklarasikan ketua partainya Wiranto sebagai calon presiden Republik Indonesia di tahun 2014. 

Tidak tanggung-tanggung, Wiranto dipasangkan dengan pengusaha dan pemilik grup perusahaan MNC Hary Tanoesoedibjo yang sebelumnya bergabung di partai NasDem besutan Surya Paloh. Pasangan tersebut kemudian diusung dengan sebutan “Win-HT.”

Kampanye yang digencarkan Partai Hanura dan pasangan tersebut juga tidak tanggung-tanggung. Melalui stasiun televisi yang dimiliki Hary Tanoesoedibjo, Partai Hanura berkampanye baik melalui cara yang konservatif maupun cara yang tidak biasa. 

Selain menggencarkan iklan di televisi milik Hary Tanoesoedibjo, Hanura bahkan mengadakan program kuis interaktif berjudul “Kuis Kebangsaan” di stasiun televisi RCTI dengan pertanyaan mengenai wawasan kebangsaan dan bagi yang bisa menjawab pertanyaan tersebut diberi hadiah uang hingga produk. 

Meskipun kelak Wiranto mengakui bahwa program kuis tersebut sudah diatur sebelumnya, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melayangkan teguran tertulis kepada program “Kuis Kebangsaan” dan stasiun televisi RCTI karena telah melanggar ketentuan mengenai penyiaran di Indonesia.

Sayangnya, kampanye Partai Hanura dan pasangan Win-HT yang begitu masif tidak sebanding dengan hasil Pemilu Legislatif 2014 yang diperoleh partai ini. 

Partai Hanura yang pada periode DPR-RI sebelumnya memiliki 17 kursi hanya mendapatkan 16 kursi dari 560 kursi DPR-RI yang diperebutkan pada Pemilu Legislatif 2014. 

Ketentuan saat itu mensyaratkan dukungan bagi pasangan calon presiden maupun wakil presiden dari partai politik maupun gabungan partai politik dengan minimal 20% kursi DPR-RI hasil pemilu legislatif di tahun yang sama (setara dengan 112 kursi). Hanura mau tidak mau harus berkoalisi dengan partai lain untuk mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden tahun 2014.

Bak sudah jatuh tertimpa tangga, perolehan kursi Hanura pada Pemilu Legislatif tahun 2014 sebesar 2,86% menyebabkan partai tersebut tidak memiliki posisi yang kuat untuk mengajak partai politik yang lain untuk mengusung pasangan Win-HT. 

Perolehan kursi Hanura jauh lebih sedikit dibandingkan partai-partai lain seperti PDI Perjuangan yang memperoleh jumlah kursi di DPR-RI sebesar 19,47%, partai Golkar sebesar 16,25%, dan partai Gerindra sebesar 13,04%. 

Partai Hanura pun akhirnya berkoalisi bersama PDI Perjuangan, partai Nasdem, dan PKB untuk mengusung pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk melawan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa yang diusung oleh partai Gerindra, Golkar, PPP, PKS, dan PAN. Kampanye pasangan Win-HT pun berakhir. 

Hary Tanoesoedibjo kemudian hengkang dari Hanura dan mengubah organisasi kemasyarakatan Persatuan Indonesia (Perindo) yang ia bentuk pada tahun 2013 menjadi partai politik dengan nama yang sama pada tahun 2015.

Apa yang Harus Diperhatikan Giring dan PSI

Apa yang terjadi terhadap Partai Hanura dan pencalonan pasangan Win-HT sebagai presiden dan wakil presiden RI pada tahun 2014 dapat menjadi pelajaran bagi PSI dalam mengusung Giring Ganesha sebagai calon presiden di tahun 2024. 

Memang, ketika mengajukan calon presiden maupun calon wakil presiden, Partai Hanura sebelumnya telah memiliki kursi di DPR-RI sedangkan PSI sama sekali belum pernah memiliki kursi di DPR-RI.

Selain itu, baik pemilu tahun 2014 dengan pemilu tahun 2024 bisa jadi memiliki ketentuan yang berbeda terkait syarat dukungan partai politik maupun gabungan partai politik yang memiliki kursi di DPR-RI.

Namun yang jelas, ketika mengusung calon presiden maupun wakil presiden dari masing-masing partai politik, baik Hanura maupun PSI sama-sama belum memiliki jumlah kursi DPR-RI yang memadai, baik untuk mengusung pasangan capres-cawapres sendiri maupun mengajak parpol yang lain untuk mengusung pasangan tersebut.

Jika PSI pada 2024 tidak memiliki jumlah kursi DPR-RI yang memadai, bisa jadi pengusungan Giring sebagai capres sejak tahun 2020 akan berakhir di tahun 2024 seperti yang dialami oleh pencalonan Wiranto dan Hanura di 2014.

Oleh karena itu, jika PSI memang tetap ingin mengusung Giring, setidaknya PSI harus menggencarkan sosialisasinya kepada masyarakat dari sekarang, tidak hanya kepada masyarakat yang ada di perkotaan tapi juga masyarakat yang ada di pedesaan. 

Sebuah keajaiban rasanya jika PSI yang belum pernah memperoleh kursi di DPR-RI langsung memperoleh kursi DPR-RI yang cukup untuk mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden sendiri pada tahun 2024.

Keinginan Giring Ganesha untuk maju sebagai Capres pada 2024 dari PSI pada hakikatnya patut kita hargai. Selain karena hal tersebut merupakan hak asasi sebagai warga negara untuk memilih dan dipilih, PSI maupun Giring telah memberikan warna tersendiri dalam dunia politik di Indonesia. 

Terlepas bagaimana peluang PSI dan Giring di tahun 2024 nanti, serta bagaimana pelaksanaan Pemilu di tahun 2024, tidak ada salahnya kita sebagai sesama warga negara Indonesia berharap semoga PSI dan Giring berhasil dalam mempersiapkan diri menuju kontestasi Pemilu yang akan datang di tahun 2024.

25 Agustus 2020
Jeremia Kevin Setiawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun