Pada kampanye Pemilu Legislatif 2014, selain berkampanye untuk memperebutkan kursi parlemen di pusat dan daerah, partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) juga mendeklarasikan ketua partainya Wiranto sebagai calon presiden Republik Indonesia di tahun 2014.
Tidak tanggung-tanggung, Wiranto dipasangkan dengan pengusaha dan pemilik grup perusahaan MNC Hary Tanoesoedibjo yang sebelumnya bergabung di partai NasDem besutan Surya Paloh. Pasangan tersebut kemudian diusung dengan sebutan “Win-HT.”
Kampanye yang digencarkan Partai Hanura dan pasangan tersebut juga tidak tanggung-tanggung. Melalui stasiun televisi yang dimiliki Hary Tanoesoedibjo, Partai Hanura berkampanye baik melalui cara yang konservatif maupun cara yang tidak biasa.
Selain menggencarkan iklan di televisi milik Hary Tanoesoedibjo, Hanura bahkan mengadakan program kuis interaktif berjudul “Kuis Kebangsaan” di stasiun televisi RCTI dengan pertanyaan mengenai wawasan kebangsaan dan bagi yang bisa menjawab pertanyaan tersebut diberi hadiah uang hingga produk.
Meskipun kelak Wiranto mengakui bahwa program kuis tersebut sudah diatur sebelumnya, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melayangkan teguran tertulis kepada program “Kuis Kebangsaan” dan stasiun televisi RCTI karena telah melanggar ketentuan mengenai penyiaran di Indonesia.
Sayangnya, kampanye Partai Hanura dan pasangan Win-HT yang begitu masif tidak sebanding dengan hasil Pemilu Legislatif 2014 yang diperoleh partai ini.
Partai Hanura yang pada periode DPR-RI sebelumnya memiliki 17 kursi hanya mendapatkan 16 kursi dari 560 kursi DPR-RI yang diperebutkan pada Pemilu Legislatif 2014.
Ketentuan saat itu mensyaratkan dukungan bagi pasangan calon presiden maupun wakil presiden dari partai politik maupun gabungan partai politik dengan minimal 20% kursi DPR-RI hasil pemilu legislatif di tahun yang sama (setara dengan 112 kursi). Hanura mau tidak mau harus berkoalisi dengan partai lain untuk mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden tahun 2014.
Bak sudah jatuh tertimpa tangga, perolehan kursi Hanura pada Pemilu Legislatif tahun 2014 sebesar 2,86% menyebabkan partai tersebut tidak memiliki posisi yang kuat untuk mengajak partai politik yang lain untuk mengusung pasangan Win-HT.
Perolehan kursi Hanura jauh lebih sedikit dibandingkan partai-partai lain seperti PDI Perjuangan yang memperoleh jumlah kursi di DPR-RI sebesar 19,47%, partai Golkar sebesar 16,25%, dan partai Gerindra sebesar 13,04%.