Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tak Sedang Memotret, tapi Menuliskan Puisi Kehidupan

24 Desember 2017   21:10 Diperbarui: 30 Desember 2017   21:10 1660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Henry C Widjaja (Foto: © @antotis via Instagram@HenryCWidjaja)

Inilah sebuah buku Puisi Foto Hitam Putih berjudul Celebrating The Moment,yang menampilkan berbagai karya foto perjalanan bermakna Henry C Widjaja yang disertai dengan deretan kalimat nan puitis. Wow, ternyata ada kisah unik dibalik terbitnya buku yang dicetak oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2010.

Henry terjun langsung mulai dari awal bernegoisasi mengenai konsep buku, hingga detail pracetak dan ketika melakukan proses pencetakan dengan pihak Gramedia. Hal ini mengakibatkan Henry sangat mengerti bagaimana kualitas jenis kertas, penggunaan perangkat lunak (software) dalam pencetakan, proses pewarnaan, pemotongan hingga penjilidan. Gila! Henry meluangkan waktu untuk melihat sendiri proses pencetakan sambil memeriksa dengan teliti. Benar-benar ditungguin lho. 

Dalam aktivitas kegiatan fotografinya, senjata andalan yang sangat spesial dan paling produktif adalah kamera Nikon D-70. Kamera SLR yang pertama dimilikinya sejak tahun 2006 ini, telah mengalami modifikasi yang unik. Agar mendapatkan warna yang ngaco dan menjadi genre-nya, filter infrarednya benar-benar sengaja dirusak. Namun Henry juga masih memiliki dua kamera SLR lainnya yaitu Nikon D-90 sejak tahun 2009 dan Nikon D-600 sejak tahun 2012.

Ketika melakukan kunjungan kerja melihat aktivitas pendampingan dan pembinaan UMKM mitra YDBA di berbagai daerah, terkadang Henry harus dapat menahan hasrat diri untuk memotret sesuatu yang tiba-tiba menggoda matanya. Seperti misalnya ketika berada di bengkel sederhana, tiba-tiba sinar mentari masuk dari genteng dan atap reot membentuk deretan kilauan nan indah.  Namun karena memang fokus untuk mendengarkan segala hal yang disampaikan mitra UMKM, maka Henry menundanya hingga selesai pekerjaannya. Selesai pekerjaannya, Henry pun berusaha kembali lokasi tersebut pada jam yang  sama, namun momen tersebut tak lagi sama saat seperti momen pertama kalinya. 

Sementara pengalaman mengesankan adalah saat berburu foto bersama Kristupa Saragih (kini almarhum) & Fotografer(dot)net ke salah satu wilayah di Papua. Henry sempat terpisah dari rombongan, dan sangat asyik memotret keunikan dari segala kearifan lokal daerah tersebut. Kemudian Henry sempat "tersandera" beberapa oknum warga lokal, yang menanyakan izin untuk aktivitas memotretnya. Untunglah segera datang rekan-rekan lainnya yang didampingi guide lokal. Setelah bernegosiasi, mereka tak meminta uang namun cukup disediakan beberapa krat bir. 

"Padahal sebuah foto sangat membantu untuk dapat mempromosikan keindahan dan keunikan suatu daerah dalam era digital ini, sehingga orang memiliki ketertarikan untuk melakukan kunjungan," ujar Henry. Menurut pengamatannya kawasan di Ancol pun terkadang dijumpai para oknum sekuriti meminta salam tempel, ketika melihat ada pengunjung yang melakukan aktivitas memotret dengan kamera SLR. 

Salah satu foto perjalanan dalam buku adalah saat menjelajah Perkampungan Baduy Dalam pada tahun 2002. Ternyata ada kisah unik yang berkesan bagi Anna Talia yang semasa sekolah menengah sangat menyukai pelajaran olahraga dan Bahasa Inggris. Bersama dalam sebuah grup perjalanan, Anna menemani Papi Henry ikut berjalan kaki menjelejah dari satu desa ke desa lainnya sejauh 12 kilometer seharinya. Namun Anna harus jatuh sakit berupa demam pada hari ketiga, dan merasa terharu karena ditemenin terus oleh Papi Henry.


"Lamanya minta ampun," ungkap Anna ketika bercerita mengenai persamaan dari seluruh  moment menemani Papi Henry untuk berburu foto. Anna mengatakan bahwa Papi Henry selalu menghayati apa yang sedang dipotret, entah itu manusia, pemandangan maupun benda mati. Papi Henry selalu dapat menemukan makna dibalik setiap jepretannya. 

Ada pengalaman lainnya saat sekeluarga berlibur ke daerah Puncak di Kabupaten Bogor. Tanpa terduga Henry sempat menghilang beberapa jam sejak sore hari. Tentu saja istri dan kedua putrinya dilanda rasa kecemasan, karena tak tahu kemana arah tujuan perginya. Anna yang waktu itu masih duduk di kelas 2 SD, cuma bisa menangis sejadi-jadinya. Ternyata ketika telah larut malam, Henry nongol sambil cengengesan mengatakan baru saja berjalan menyusuri perkampungan di lereng pegunungan. 

Ternyata, Anna Talia memiliki kemiripan perjalanan hidup dengan Henry C Widjaja. Sempat memiliki cita-cita sebagai entertainer sewaktu SMA, akhirnya menempuh pendidikan tinggi di bidang keuangan (finance). Anna yang telah menyukai tari sejak kecil, juga merupakan seoramg instruktur Zumba di kampusnya. 

"Zumba itu merubah perspektif orang mengenai olahraga dari yang serba membosankan, susah, time consuming to fun, addicting, dan menyenangkan," ujar Anna dengan senyuman khasnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun