Buruknya tata ruang di berbagai kota besar, sampai kapanpun akan selalu menimbulkan polemik permasalahan perlintasan sebidang. Kemudian Tulus berguyon bahwa selama ini bukan mudah mengubah tata ruang, yang ada kita tata uang. Parameternya ada di tata uang.Â
Kematian di jalan raya memberikan kontribusi paling tinggi kematian di Indonesia. Ini merupakan potret masih rendahnya tingkat kesadaran berlalu lintas, apalagi saat berada di perlintasan sebidang. Penggunaan sepeda motor yang dianggap sebagai transportasi murah dan efisien, namun justru yang paling mengerikan dengan rendahnya sisi keselamatannya. Maka diperlukan pemberian sanksi kepada pengendara kendaraan bermotor yang tak taat aturan.
Budi Karya Sumadi menyatakan ada dilema dalam hal perlintasan sebidang. Ada masyarakat yang dimudahkan untuk melintas, namun ada juga pengguna jalan yang terhambat ketika harus menunggu di perlintasan sebidang saat kereta api melintas. Ada beberapa solusi untuk mengurangi perlintasan sebidang, diantaranya dengan membangun jalur lintas bawah (underpass) dan jalur layang (flyover).
Anggaran pemerintah terbatas dalam membangun infrastruktur tersebut, maka akan ditawarkan pada pihak swasta melalui skema public private partnership. Salah satunya yang tengah direncanakan adalah jalan layang kereta (loop line), melingkar dari Jatinegara hingga Manggarai, yang melintasi Kampung Bandan dan Tanahabang.
Budi Karya Sumadi pun sangat mengapresiasi langkah Pemprov DKI Jakarta, yang telah banyak menghilangkan sejumlah perlintasan sebidang. Namun perlu juga ada penegakan hukum untuk menghilangkan perlintasan liar.
Setelah sekian lama mengabdikan diri, patut disyukuri penerimaan upah tak ada keterlambatan dan nilainya tak berkurang sepeserpun sesuai Surat Perjanjian Kerja. Namun yang menjadi sedikit ganjalan di hati adalah tanpa ada hak cuti yang diberikan selama seharipun. Di saat sedang sakit maupun ada keperluan lainnya, maka akan terbantu dengan pertukaran shift antar rekan kerja. Nah, apakah mau demikian seterusnya keadaan ini?
Sementara Adrian (51 tahun) yang telah menjaga perlintasan rel kereta api hasil swadaya masyarakat di daerah Tanah Kusir selama 20 tahun, bekerja selama 12 jam sehari bergantian dengan seorang rekannya. Telah ada wacana solusi perlintasan sebidang dari penyelenggara perkeretaapian, namun baru akan diwujudkan pada tahun 2018.
Pohonnya Tinggi Buahnya Jarang
Itulah Dia Si Jali - Jali