Â
Â
Gunung Bromo, 08 november 2015 pukul 05.00 pagi. Awan bergerombol mengelilingi gunung Bromo. Ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut bak negeri di atas awan.
Â
 Untuk bercumbu dengan Gunung Bromo membutuhkan waktu panjang dan melelahkan. Kami memulai perjalanan dari stasiun kereta api pasar senen menuju kota malang Jawa timur. Perjalanan selama tujuh belas jam di kereta sungguh menggairahkan rasa bosan. Melewati jalur-jalur kereta di sepanjang pulau Jawa tidak begitu menyenangkan. Tapi dengan keinginan yang kuat menyatu dengan rasa penasaran untuk berpapasan dengan gunung Bromo, kami pun tetap berusaha menikmati perjalanan kami selama tujuh belas jam di kereta kelas ekonomi. Tidur di bawah tempat duduk kereta api dengan beralaskan koran terpaksa kami lakukan, untuk melayani rasa kantuk yang terus menyerang di sepanjang perjalanan.
Â
 Pukul setengah sembilan pagi akhirnya kami pun menginjakkan kaki di kota Malang. Sebuah kota yang bersih, sejuk dan nyaris tak terlihat pengamen di jalanan. Malang merupakan kota kecil jauh dari kesan hiruk pikuk. Dan kami harus menempuh perjalanan tiga jam lagi dari kota Malang menuju home stay sebelum melakukan pendakian ke gunung Bromo.
 Di stasiun kereta Malang kami disambut dua orang pemandu dengan keramahan khas ala orang Jawa. Sesekali mereka menggunakan bahasa Jawa yang sama sekali tidak kami pahami. Tapi itu tidak masalah, yang jelas mereka menyambut kami dengan hangat dan kelihatan sangat antusias untuk memandu dan menemani perjalanan kami.  Ada sedikit intermezo di perjalanan kami kali ini. Saat tiba di kota Malang pertama-tama kami langsung di sambut oleh seorang pemandu. Tanpa bertanya panjang, kami pun mengikuti pemandu tersebut dan masuk mobil. Saat mobil sudah mulai jalan, si pemandu di telepon trip yang sudah menunggunya di stasiun. Kami ternyata salah orang dan untung hal tersebut kami sadari baru beberapa menit, jika tidak urusanya bisa panjang.
 Menempuh perjalanan selama tiga jam dari kota Malang ke home stay sangat menguji nyali. Jalan yang terjal dan berbelok-belok membuat mobil Zip yang kami tumpangi bergoyang  hingga membuat kami harus pengangan kuat sambil berteriak. Malam yang dingin dengan perjalanan yang ekstrim menuntut kami untuk selalu prima. Jika Anda berniat untuk melakukan penanjakan ke gunung Bromo, dipastikan fisik Anda harus dalam keadaan prima. Karena disepanjang petualangan disuguhi dengan kondisi jalan yang keras, hampir disetiap bagian jalan terdapat tanjakan dan disisi kiri dan kanan diapit oleh jurang. Untung pemandu kami sudah sangat profesional sehingga kondisi jalan yang brutal ia hajar dan membuat kami tidak terlalu panik.
 Kami pun tiba di home stay sekitar pukul tujuh malam, home stay yang sudah semakin dekat dengan penanjakan gunung Bromo. Hawa dingin yang kian menggila mulai terasa di kulit. Kami beristirahat lima jam untuk memulai penanjakan jam tiga dini hari untuk menyaksikan sun rise yang akan menampakan wajahnya dari balik pengungunungan Bromo. Kami sudah menyelimuti tubuh kami dengan jacket tebal, sarung tangan, topi dan syal. Sebelum berangkat kami di breefing pemandu terlebih dahulu. Menjelaskan dengan singkat mengenai penanjakan kami menuju gunung Bromo.
Â
 Perjalanan dari home stay menuju penanjakan gunung Bromo membutuhkan waktu selama satu jam dengan mengendarai motor Zip. Perjalanan di jam tiga subuh menjadi sensasi tersendiri bagi kami untuk menyentuh keindahan dan keeksotisan alam Bromo. Pagi masih cukup jauh dan jam masih berputar di angka tiga subuh, tapi sudah banyak para petani di jalanan memikul hasil panenya berupa sayur-sayuran berjalan kaki berpuluh-puluh kilo meter. Mereka berjalan terburu-buru bersama dengan dinginya subuh dan kegelapan. Sesuatu hal yang luar biasa menyaksikan orang-orang antuasias menuju pasar untuk mendangangkan hasil panenya pada hal masih subuh dengan kondisi jalan yang keras.
Â
 Setelah menenempuh perjalanan kurang lebih satu jam, kami pun turun dari zip menuju penanjakan gunung Bromo. Nafas kami pun ngos-ngosan menuju puncak gunung Bromo karena jalanan yang menanjak, untung tidak begitu jauh sehingga rasa lelah hanya mampir beberapa menit. Akhirnya yang kami nanti pun tiba. Dengan takjub kami menyaksikan begitu apik dan megahnya Gunung Bromo. Berdiri perkasa diatas permukaan laut diselimuti awan yang tipis. Bagaimana bisa Tuhan menciptakan suatu keindahan yang menakjubkan di negeri ini. Keindahan yang tak akan ditemukan di belahan dunia mana pun.
 Terbayar sudah rasa lelah dan perjalanan panjang kami setelah menayaksikan keindahan tiada tara yang terpajang dengan Anggun di atas permukaan laut. Bromo menyuguhkan suatu karya seni yang tak ternilai dari illahi. Bromo adalah salah satu bukti bahwa negeri ini dikelilingi maha karya yang mempesona dari Tuhan.
Â
Â
Â
Â
Â
 Saatnya menuju pasir berbisik dengan menggunakan mobil zip setelah merasakan sensasi keidahan tubuh gunung Bromo. Jalanan yang turun diselingi dengan keindahan awan dan pepohonan membuat kami tidak berhenti berteriak bahagia, pemandangan yang jarang dinikmati mata dan sensasi yang tidak pernah menyentuh jiwa.
Â
Â
Â
 Setealah bergulat dengan rasa lelah kami pun menginjakan kaki di puncak kawah Bromo. Berselimutkan nafas ngos-ngosan. Lihat lah ke bawah, seperti padang Arafah di Arab saudi bukan? Ternyata negeri ini memiliki segalanya. Semua yang ada di negeri orang ada di negeri ini. Menatap pemandangan dari atas saat mata menyaksikan hemparan pengunungan dengan pasirnya yang berbaring, membuat saya takjub dengan semua keindahan yang ditempa sang maha kuasa di negeri ini. Saya tidak memiliki alasan apa pun untuk tidak mencintai negeri ini.
Â
  Akhirnya puncak pendakian kami pun berakhir manis dan menyejukkan. Kami berhasil menginjakan kaki di puncak kawah Bromo dengan menyaksikan sebuah fenomena alam yang sangat menarik. Suara lahar yang bergemuruh terdengar jelas di telinga. Aroma belerang mengambang di udara dan awan yang berterbangan tanpa arah. Sejenak saya duduk tenang di puncak sana, menyadari sebuah keindahan yang tiada tara. Eksotis, menggugah mata untuk selalu menatapnya. Perjalanan panjang dan melelahkan tidak seberapa saat menyaksikan berbagai aneka keindahan yang disajikan gunung Bromo. Bersyukur pernah bercumbu dengan si gunung eksotis itu, membuat kami ketagihan menyaksikan berbagai keindahan yang bersembunyi dibelahan sana.Â
Â
 Saatnya pulang meninggalkan kota malang. Petualangan telah usai, kami membawa setumpuk keseruan dan pengalaman berkesan. Banyak cerita, lusinan tawa, berjuta keindahan telah tersaji di sepanjang perjalanan. Entah kapan kami kembali kesini yang jelas kami akan selalu merindukan tempat ini. Hidup adalah petualangan bukan kompetisi, hidupmu terlalu manis dan singkat jika hanya bersembunyi di balik tempat dudukmu dan kamarmu. Banyak hal-hal menakjubkan yang bisa Kita saksikan di luar sana. Tuhan menempa keindahan di luar sana bukan hanya sebagai pajangan tapi untuk dinikmati, agar kita sadar akan keindahan yang di tempa Tuhan dan tau menghargai serta memperlakukan alam.Â
Â
Catatan kecil untuk teman berpetualang.
Kalista 20 Tahun Toraja,
Di sepanjang perjalanan ia menjaga keanggunanya, dalam keadaan kereta yang goyang sekali pun dia masih mempertahankan keelegananya sekuat tenaga. Ia masih duduk bersila sambil makan di kereta, Â padahal keadaan kereta goyang. Miss Toraja yang gagal mengikuti ratu kecantikan.
Â
 Etah Anak Santrie, 18 Tahun Sumatra Barat
Lain kali saya harus lebih cerdas untuk membawanya berpetualang, karena saya baru sadar ternyata membawanya cukup ribet. Saya seperti membawa sepasang kasur dan kulkas atau kayu gelondongan. Big Hug my Gelondongan.
Â
Pinang Ranti Kerlia, 20 Tahun Jakarta sekitarnya
Ternyata di dalam tubuhnya yang sintal terdapat kekuatan tersembunyi. Ia bisa melewati tantangan alam dengan baik dan nyaris sempurna. Dia bisa berjalan cepat dan mendaki puncak. Seharusnya dia ikut casting di film point break.
Â
Suyanto yang tidak pernah mengakui usianya.
Dia mengajarkan saya bagaimana tidur di bawah tempat duduk kereta hanya dengan beralaskan koran. Oke, saya curiga sepertinya dia mantan petugas pembersih ke reta api yang sering tidur di bawah tempat duduk ke reta api. Peace My Bro
Â
Roro, sudarwono, 22 tahun, Bekasi sekitarnya
Dia aneh, kenapa harus konfirmasi kepada Etah saat ia sudah menghabiskan nasinya. “ Tah udahan “
Dia pikir Etah ibu tirinya apa. Tapi dia hebat bisa melalui perjalanan yang panjang dan ekstrim di tengah sosoknya yang gemulai dan santun beraura syariah.
Yopi and The nuno
Dia bisa mengikuti ritme kegilaan kami. Dibalik sikapnya yang pendiam dia bisa tertawa tanpa harus menutup mulut. Dia teman berpetualang yang seru dan menyenangkan.
Â
Kami akan menjelajahi negeri ini dengan perjalanan yang lebih seru dan menyenenangkan. Nantikan petualangan kami berikutnya.
Â
Written By Thomas J Malau
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H