Dimulai pada tahun 1929, Amerika Serikat mengalami krisis perekonomian yang buruk yang dikenal dengan sebutan The Great Depression atau Depresi Besar.Â
Saat-saat itu menjadi saksi bagaimana negara yang tengah mengalami perkembangan perekonomian yang sangat pesat mendadak masuk ke dalam jurang yang dalam, menjadi salah satu sejarah tergelap Amerika Serikat.
Di tengah masa kesulitan, keluarga-keluarga di Amerika Serikat mulai berhemat dan menabung. "Use it up, wear it up, make it do, or do without" adalah slogan untuk para keluarga pada masa Depresi Besar, bagaimana mereka memanfaatkan segala sesuatu yang masih bisa digunakan kembali.Â
Para ibu saat itu harus mencari alternatif untuk menutupi seluruh kebutuhan keluarganya, dimana salah satunya adalah sandang atau pakaian. Mereka menyadari bahwa makanan pokok mereka, yaitu tepung, datang dibalut dengan karung yang terbuat dari kapas murah dengan kualitas rendah yang biasanya disebut dengan flour sacks.Â
Dibekali dengan kreativitas dan kebutuhan yang menjepit di tengah kesulitan, mereka berusaha memanfaatkan karung tersebut untuk membuat pakaian untuk anak-anak mereka.
Awalnya pakaian dari karung ini dianggap sebagai hal yang memalukan dan memberikan status kemiskinan kepada keluarga yang menggunakannya. Para wanita mulai memanfaatkan karung yang paling polos, berusaha dengan keras untuk menghilangkan cap merek dari perusahaan dan memberikan hiasan seperti jahitan yang rumit dan kancing.Â
Ternyata kreativitas tersebut diketahui oleh sebuah perusahaan tepung di St. Louis, Missouri, Amerika Serikat.Â
Sebelumnya, pada Oktober 1924, seorang lelaki muda bernama Asa T. Bales mengajukan paten untuk hasil desainnya di karung tepung dengan pola yang menarik agar dapat dimanfaatkan kembali menjadi pakaian.Â
Bermodal paten dari Bales, George P. Plant Milling Cooperation merilis produk barunya dimana tepung-tepungnya dibalut dengan karung berpola menarik. Polanya pun bervariasi, dimana kebanyakan bergambar bunga hingga binatang dengan warna-warna cerah.