Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sama-sama Sunat, Mengapa Sunat Perempuan Melanggar Hak Asasi dan Berbahaya?

6 Februari 2022   11:00 Diperbarui: 6 Februari 2022   15:50 13724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Salsa Djafar (1,5 tahun) yang menjalani sunat di sebuah desa di Gorontalo | Foto diambil dari CNN Indonesia

Sunat laki-laki memiliki berbagai manfaat yang diakui secara medis, seperti: mengurangi risiko terjadinya penyakit seksual menular, mencegah terjadinya penyakit, mengurangi risiko infeksi saluran kenih hingga risiko kanker penis. Sedangkan sunat perempuan tidak memiliki manfaat apapun untuk kesehatan secara medis.

Bukan hanya tidak memiliki manfaat, sunat perempuan justru memberikan dampak yang berbahaya untuk kesehatan fisik dan psikologis perempuan. 

Dikutip dari Alodokter, keluhan yang kerap terjadi setelah dilakukannya sunat perempuan adalah: masalah kesehatan mental (seperti depresi atau trauma psikis), terbentuknya kista, pendarahan yang terjadi karena terpotongnya pembuluh darah, gangguan dalam berhubungan seks, nyeri terus menurus, infeksi, dan gangguan ketika melahirkan.

Dapat disimpulkan, sunat perempuan dan sunat laki-laki tidak dapat disamakan, justru rasanya tidak adil jika kita menyamakan kedua praktik ini. 

Menurut saya, praktik ini bahkan tidak seharusnya disebut sebagai ‘sunat perempuan’, bagaimana pada kenyataannya ‘mutilasi kelamin perempuan’ lebih menggambarkan praktik ini.

Jelas sunat laki-laki memiliki manfaat yang diakui secara medis, sedangkan sunat perempuan bukan hanya tidak diakui namun juga sangat berbahaya. 

Potret Salsa Djafar (1,5 tahun) yang menjalani sunat di sebuah desa di Gorontalo | Foto diambil dari CNN Indonesia
Potret Salsa Djafar (1,5 tahun) yang menjalani sunat di sebuah desa di Gorontalo | Foto diambil dari CNN Indonesia

Jika tidak bermanfaat dan justru berbahaya, mengapa masih banyak dilakukan?

Nyatanya, bukan hanya di Indonesia, sunat perempuan cukup umum dilakukan di negara-negara Afrika dan Timur Tengah. Di Indonesia, presentase tertinggi terjadi di Gorontalo (83,7%) dan terendah terjadi di Nusa Tenggara Timur (2,7%)

Sunat perempuan masih langgeng dilakukan di Indonesia maupun bagian negara lain karena alasan yang sama, yaitu: tradisi dan budaya yang sudah berlangsung secara turun temurun. Praktik yang merugikan ini dilestarikan dan diterima sebagai bagian dari norma budaya, agama, dan sosial.

Faktor sosial budaya dalam keluarga dan masyarakat tersebut menjadi alasan mengapa sunat perempuan dilakukan di banyak negara, dari satu daerah ke daerah lain, memiliki banyak tata cara yang berbeda-beda. 

Mereka percaya bahwa sunat perempuan dapat memurnikan anak perempuan, membantu mereka mengendalikan nafsu seksual, dan mencegah mereka tumbuh sebagai seorang wanita yang bebas. Juga terdapat kepercayaan bagaimana doa dari perempuan yang belum disunat tidak didengar oleh Tuhan dan rentan terkena gangguan mental dan kecacatan fisik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun