Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Festival Meriam Karbit di Pontianak, Tanda Hari Raya Idul Fitri Sudah Dekat

28 April 2021   16:02 Diperbarui: 29 April 2021   10:44 3438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak yang sedang bermain diatas meriam karbit di tepian Sungai Kapuas | Foto diambil dari PontianakPost

Juga terdapat sebuah legenda asal-usul kota yang dikenal sebagai Kota Seribu Sungai yang menceritakan kuntilanak dan meriam karbit. Penulis yakin seluruh masyarakat Pontianak tahu tentang legenda ini.

Dipercaya bahwa Syarif Abdurrahman Alkadrie yang merupakan Sultan Pontianak pertama saat itu sedang mencoba untuk mendirikan pemukiman di sebuah pulau di Sungai Kapuas. Ketika ia menyusuri Sungai Kapuas, ia kerap diganggu oleh hantu kuntilanak.

Akhirnya Syarif Abdurrahman terpaksa melepaskan tembakan meriam untuk mengusir hantu sekaligus menandakan dimana meriam itu jatuh maka disanalah kesultanannya akan didirikan. 

Isi meriam tersebut pun jatuh di sebuah pulau kecil antara Sungai Kapuas dan Sungai Landak, yang sekarang dikenal sebagai Kampung Beting.

Penulis tidak menemukan catatan sejarah yang membenarkan legenda dari kota yang lahir pada 23 Oktober 1771 ini, namun legenda ini sangat dipercayai hingga diajarkan di sekolah.  

Anak-anak yang sedang bermain diatas meriam karbit di tepian Sungai Kapuas | Foto diambil dari PontianakPost
Anak-anak yang sedang bermain diatas meriam karbit di tepian Sungai Kapuas | Foto diambil dari PontianakPost

Festival meriam karbit

Pada awalnya meriam karbit dilakukan selama satu minggu penuh menjelang lebaran. Namun pemerintah daerah mengeluarkan aturan meriam karbit hanya dibunyikan tiga hari sebelum dan tiga hari sesudah Hari Idul Fitri. 

Enam hari tersebut dirayakan sebagai Festival Meriam Karbit, di mana lebih dari 200 meriam tersebar di sepanjang Sungai Kapuas saling bersaut dentuman.  

Dulu ketika Indonesia di bawah pemerintahan Orde Baru, tradisi meriam karbit dilarang oleh pemerintah. Setelah runtuhnya Orde Baru, masyarakat mulai melanjutkan tradisi turun temurun ini.

Festival Meriam Karbit selain untuk meramaikan Hari Idul Fitri juga dijadikan sebagai ajang lomba yang diikuti oleh puluhan regu. Salah satu regu tersebut adalah Kuantan Putra yang meraih juara satu pada tahun 2016 yang diwawancarai oleh Tribun Pontianak. 

Mereka menyatakan bahwa dibutuhkan biaya lebih dari Rp10 juta untuk satu buah meriam karbit, belum termasuk biaya pembangunan panggung, biaya makan dan minuman hingga cat yang dibutuhkan. Dana yang mereka gunakan ini pun seluruhnya sumbangan dari masyarakat sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun