Menurut penulis, kemungkinan demonstrasi di Myanmar yang terjadi hingga sekarang akan berkembang menjadi Revolusi Saffron yang ke-2 cukuplah besar. Hal ini dilihat dari pernyataan sikap kedua kelompok tersebut, sebagaimana melihat para biksu memiliki peran kunci di Revolusi Saffron.
Apalagi ditambah dengan keadaan yang semakin memburuk seiringan dengan meningkatnya kekerasan yang dialami oleh para demonstran. Ibarat bola salju yang terus bergulir dan kian lama kian membesar, keadaan bukannya membaik justru terus memburuk setiap harinya di Myanmar.
Walaupun begitu, hingga sekarang tidak seluruh biksu serta kelompok biksu menolak kudeta yang dilakukan oleh militer Myanmar. Sama dengan masyarakat biasanya, para biksu juga terpecah dengan pendapatnya dalam menolak ataupun mendukung kudeta ini. Hal ini juga terjadi pada konflik Rohingya di Myanmar dimana terjadi perpecahan pendapat.Â
Menurut penulis, jika semakin banyak kelompok yang menolak kudeta maka kemungkinan mereka untuk turun ke jalan mengikuti demonstrasi juga akan semakin besar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H