Seperti yang sudah kami sampaikan sebelumnya, bahwa Jeng Asti memiliki daya nalar dan kepekaan batin yang berbeda dari orang orang pada umumnya. Saat berusia 9 tahun saja, hampir setiap pukul 02.00 dini hari, Jeng Asti sering terbangun sendiri dengan tubuh dingin menggigil.
Saat mencoba kembali tidur, beliau merasa tubuhnya melayang. Tapi, saat memandang ke bawah ternyata tubuhnya masih terbaring di kasur. Dan ini adalah pengalaman pertama Jeng Asti MERAGA SUKMA.
Proses sukma keluar dari jasad atau tubuh dalam jangka waktu tertentu ini tidak bisa disebut mati suri. Karena beberapa saat kemudian sukma akan kembali menyatu dengan raga.
Kejadian seperti ini terjadi selama 7 hari berturut-turut, hingga akhirnya Jeng Asti diajak sang ibu untuk berkunjung pada seorang guru spiritual yang tinggal tak jauh dari rumahnya.
Tanpa bertanya panjang lebar, dari semua cerita yang disampaikan oleh sang ibu mengenai Jeng Asti. Guru spiritual atau Kiai tersebut pun tahu apa yang dialami Jeng Asti. Hingga kalimat pertama yang diucapkan justru membuat ibunya kaget.
Kelak anak ini akan jadi orang yang berguna. Disyukuri saja, ini adalah kehendakNya.
Dan Kiai tersebut pun menjelaskan panjang lebar tentang apa yang sebenarnya dialami oleh Jeng Asti, termasuk juga menasehati sang ibu dan juga Jeng Asti agar bisa mensyukuri keistimewaan yang telah diberikan oleh sang pencipta.
Sejak saat itu, Jeng Asti mulai menyadari kelebihan dalam dirinya. Bahkan di sekolah, beliau sering dijuluki anak INDIGO yang istimewa karena mampu MELIHAT DAN BERINTERAKSI dengan makhluk halus.
Dan dari Kiai tersebut pula pertama kali Ia mulai belajar untuk mengasah bakat lahirnya tersebut, sehingga kemampuan atau keistimewaan yang Ia miliki bisa tersalurkan dengan benar. Serta dengan bimbingan orang yang tepat.
Berjumpa Guru Gaib
Menginjak usia remaja, Jeng Asti pernah mengalami mimpi aneh. Mimpi ini terjadi bertepatan dengan Rebo Wekasan atau hari Rabu terakhir di bulan Safar pada kalender lunar versi Jawa.
Menurut mitologi, Rebo Wekasan adalah hari datangnya 320.000 sumber penyakit dan 20.000 marabahaya.
Sehingga, banyak masyarakat sekitar tempat tinggal Jeng Asti yang melakukan upacara adat sambil membuat makanan berkat dengan tujuan tolak bala.