Adakah yang tahu tangisanku saat ini
Tangisanku yang datang karena mengingat betapa indahnya bersamamu
Indahnya setiap keping kenangan itu, bersamamu
Sejak awal aku bertemu denganmu
Tidak butuh waktu yang panjang untuk membuatku suka padamu
Tidak butuh banyak pertemuan juga untuk membuat aku semakin menggilaimu
Rasa itu begitu cepat merasuk dalam setiap sendi jiwaku
Rasa yang begitu besar dan begitu tak mampu ku kuasai
Aku dan kamu menjadi satu dan saling mengerti lalu mencintai
Ya, karena rasa itu, rasa yang begitu cepat dan tak ku mengerti
Aku dan kamu pun menjadi satu dalam ikatan suci
Aku begitu membanggakanmu
Memuliakan cinta dengan hatiku
Karena kamu yang aku temui dalam singkat waktu
Begitu aku menyayangimu
Namun sampai suatu waktu cahaya sejati memburamkan bayang tentang cinta kita
Ternyata kau dan aku tak semestinya saling mencinta
Aku pria dan kau lelaki juga
Betapa aku terkejut akan kisah nyata yang tak aku sangka
Kau tak pantas untukku dan aku pun begitu
Seolah aku tersadarkan dari mimpi indah lalu tidur dalam rumput berduri
Tubuhku pun seolah bermandikan asam dan juga penuh luka biru
Begitu sakit sungguh sampai ke dalam setiap inci di tubuhku
Adakah rasa yang ku punya juga kau miliki
Rasa dimana aku begitu sayang kepadamu
Apakah kau sungguh pernah mengingini diriku
Seperti aku selalu merinduhkan desah nafasmu
Ataukah kau memang sedang menikmati permainanmu
Permainan dengan belati tajam di setiap inci hatiku
Kau tertawa dan puas di atas lukaku yang membusuk biru
Seolah kau mengisap aku dan memuntahkanku sesukamu
Taukah kau kini aku sendiri
Menahan sakit, perih, kecewa, marah dan malu
Melewati setiap detik dengan teriakan mendalam di dalam hatiku
Dengan nanah yang mengalir deras dari tubuhku yang penuh lubang
Ah mana ada kau peduli itu
Merekapun begitu
Karena mereka pasti hanya akan tertawa dan mencibir aku
Kalaupun ada, paling tidak mereka hanya mengiba
Itulah yang membuat luka ini semakin menggila
Aku tak bisa meluapkan setiap bagian apa yang ku rasa
Aku hanya bisa menahan semuanya
Karena bagaimana mungkin aku mengadukan hal ini kepada siapa
Aku hanya menanggung semua dengan semampu aku bisa
Walau perih, pahit, begitu sungguh meraja
Aku tak kuasa
Aku tahan marahku padamu yang mempermainkan aku
Aku tahan sedihku kehilanganmu
Aku tahan kecewaku atas matinya harapanku
Mau marah, pada siapa selain pada bodohku
Lantas apakah yang aku rasa
Apa memang cinta
Apa pantas aku mencintaimu
Lalu kalau bukan cinta, itu apa
Rasa itu memang ada, namun kini jadi tak semestinya ada
Kalau memang ada yang mengatur dan memberi cinta kepada manusia
Apakah yang kualami ini bagian dari cerita cinta yang harus aku terima
Dimana ritual yang aku anggap suci telah mengikatnya selama enam bulan lamanya
Kenapa aku menjadi bagian dari panggung hina ini
Aku tak tahu
Kini aku hanya bisa menunggu sesuatu datang dan meremukkan setiap penggalan dalam memoriku
Kepada mantan istriku Icha
UMAR
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H