Terkait pengembangan startup berbasis teknologi, penulis menyatakan bahwa startup yang bergerak di sektor perdagangan dan jasa pembiayaan masih mendominasi padahal kontribusinya terhadap PDB nasional dan kesejahteraan masyarakat relatif kecil. Peluang untuk pengembangan usaha rintisan di sektor agribisnis, akuakultur, bisnis ramah lingkungan dan teknologi pun masih terbuka lebar.
Artinya, ekosistem startup di Indonesia memiliki potensi sangat besar. TechAsia, berdasarkan data e-Conomy SEA 2023 menyebut, nilai transaksi kotor (gross merchandise value) ekonomi digital Indonesia diprediksi mencapai 109 miliar dolar AS atau sekitar Rp1,7 kuadriliun pada tahun 2025.
Dalam hal ini, guna menjawab tantangan dan peluang di masa depan, KemenKopUKM menargetkan pengembangan startup pada empat sektor unggulan yaitu agribisnis, akuakultur, bisnis ramah lingkungan dan teknologi. Menurut Menteri Teten, ada empat fase yang harus dijalankan oleh pemerintah dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, yaitu kesesuaian dalam memberikan solusi suatu masalah (problem solution fit), kesesuaian pasar produk (product market fit), kesesuaian model bisnis (business model fit), dan keberlanjutan bisnis (sustainability over time).
Ada fakta menarik yang diungkapkan oleh penulis ketika membincang soal belajar pengembangan startup hingga ke luar negeri. Bahwa struktur ekonomi Indonesia dengan Jepang, Korea dan China, sebenarnya mirip. Hanya saja, berbeda dengan ketiga negara tersebut, di mana UMKM terhubung dengan industri, UMKM di Indonesia sebagian besar mandiri yang tak terhubung dengan industri. Dampaknya, industrinya maju, UMKM-nya tertinggal.
Lebih jauh, buku ini juga mengajak pembaca untuk mempelajari pengembangan startup dari Australia, di mana dari negara tetangga tersebut kita bisa belajar bahwa institusi pendidikan menyediakan program bisnis, lembaga pendidikan menjadi pusat penelitian dan inovasi, mahasiswa di sana menjalin kemitraan dengan industri, dan memberi dukungan pada inkubator dan akselerator.
Sebagai penutup, buku "Entrepreneur Hub & Digitalisasi: Embrio Pengembangan Startup" menegaskan bahwa kombinasi antara entrepreneur hub dan digitalisasi merupakan kunci untuk mendorong inovasi dan pertumbuhan startup. Entrepreneur hub menyediakan lingkungan yang mendukung kolaborasi, pembelajaran, dan akses ke sumber daya penting, sementara digitalisasi menawarkan alat dan platform yang mempercepat proses pengembangan bisnis. Dengan fokus pada keterampilan, jaringan, dan teknologi, ekosistem ini dapat menciptakan peluang baru dan meningkatkan daya saing pengusaha. Oleh karena itu, investasi dalam infrastruktur dan program yang mendukung kewirausahaan digital sangat penting untuk memaksimalkan potensi startup di era yang terus berubah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H