Mohon tunggu...
jemariku
jemariku Mohon Tunggu... Lainnya - JEjak MAnusia dalam RIngkasan dan KUtipan

Buat tanpa Tapi ... Lakukan tanpa Nanti ...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Zombie...

7 Desember 2021   22:22 Diperbarui: 7 Desember 2021   22:54 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh karenanya, sebagaimana jasad... maka hati juga butuh kehidupan. Dan Hidupnya hati adalah dengan berdzikir kepada Allah ta'ala, adapun matinya hati dikarenakan lupa dan lalai akan Allah Tabaaraka wata'ala.

Bahkan, dzikir itu sendiri pada hakikatnya merupakan kehidupan bagi hati tersebut. Apabila hati kehilangan dzikir, maka seakan-akan kehilangan kehidupannya.

Al-Imam Ibnul Qoyyim menukil perkataan gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahumullah di dalam kitab Al Waabilus Shoyyib, hlm. 70,

"Dzikir bagi hati bagaikan air bagi ikan, lantas bagaimanakah kondisi ikan apabila dikeluarkan dari air?"

Dari sini dapat kita simpulkan; Bahwa tidaklah hidup sebuah hati, tanpa dengan dzikir kepada Allah Azza wajalla. Maka seseorang, jika hatinya kosong dari dzikir kepada Allah... meskipun ia hidup, mampu berjalan kesana kemari... namun ketahuilah, hakikatnya ia hanyalah sebujur bangkai, 'zombie', mayit hidup yang berkeliaran di muka bumi, raganya hidup namun jiwanya kosong tak tentu arah.

Saudaraku...
Ketahuilah, dzikir yang hakiki bukan sekedar lafal yang diucapkan dengan lisan, bukan sekedar teriakan takbir yang disorakkan penuh semangat bersama para jama'ah lainnya. Setelah itu, hilang tak berbekas, hanya menyisakan lelah dan dahaga.

Jika kita berdzikir seusai sholat, benar... itu memang disyariatkan. Namun, yang dimaksud banyak berdzikir disini adalah mengingat Allah Azza wajalla kapanpun, dimanapun, dalam kondisi apapun dia berada.

Bukan kita berdzikir setelah sholat; SubhanaLlaah... WalhamduliLlaah... WaLlahuakbar... Tapi masih mendatangi dukun, percaya ramalan dan khurafat, pohon keramat masih disembah, tumbal sesaji jadi rutinitas sehari-hari.

Bukan kita berdzikir; SubhanaLlaah... WalhamduliLlaah... WaLlahuakbar... Tapi ibadah sekehendak hati, ujub riya takabbur meracuni diri, quantity dikejar tanpa peduli quality, banyaknya amal namun tak sesuai ajaran Nabi.

Bukan kita berdzikir; SubhanaLlaah... WalhamduliLlaah... WalaailaahaillaLlah... WaLlahuakbar... Tapi ketika di pasar pembeli kita tipu, tetangga tersakiti, teman dibully, hasad iri dengki ghibah sana sini, ketika di jalan mata liar memandang yang haram, harta riba lumrah jadi konsumsi, budaya korupsi mulai kelas kakap sampai level teri pun tak lagi peduli. Lantas mereka berdalih; harta yang haram saja sulit dicari, apalagi yang halal !?

Dzikirnya panjangg... Tapi tidak kapok berbuat dosa, kemaksiatan masih suka diterjang, kesyirikan kerap kali ia lakukan....
bukan itu yg dimaksud berdzikir kpd Allah!!
bukan itu yg dimaksud berdzikir kpd Allah!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun