Inilah yang harus kita telan mentah-mentah, bahwa sistem kapitalisme hanya bisa mencetak penguasa yang lalai. Dan sistem politik demokrasi turut melanggengkan perilaku ini, sungguh miris bukan? Namun karena landasan sistem ini adalah sekuler itulah persoalannya, tidak penting lagi bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban. Hari ini hari ini, esok apa kata nanti. Tuhan hanya " mengawasi" di sudut sajadah tak lebih.
Â
Islam Mengutamakan Keselamatan dan Terhindar Dari Bahaya
Yang terjadi akhirnya kebatilan, nasib rakyat terkatung-katung. Sangat berbeda dengan apa yang Islam wajib kerjakan bagi para pemimpinnya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw," Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia, adalah (laksana) penggembala. Dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap (urusan) rakyatnya." ( HR. Al-Bukhari).
Â
Bencana alam memang tak bisa diprediksi datangnya, namun bisa disiasati dengan strategi yang jitu dan mumpuni. Di sinilah pemimpin yang bertakwa diminta keseriusannya memikirkan, sebab ini ranah manusia berikhtiar. Jika merujuk pada apa yang sudah dilakukan Khilafah Islamiyyah yang memimpin dunia selama 13 abad lebih terdapat rujukan yang sangat bisa dipertanggungjawabkan yaitu bagaimana penanganan sebelum bencana, ketika bencana itu terjadi dan pasca bencana.
Â
 Umar bin Khattab adalah salah satu pemimpin Islam yang menunjukkan kemampuannya sebagai pemimpin dan besarnya rasa tanggung jawabnya terhadap nasib rakyat saat bencana datang menimpa. Ketika menangani musim paceklik yang melanda Jazirah Arab, banyak manusia mendatangi Madinah, sebagai ibukota negara Khilafah waktu itu untuk meminta bantuan. Umar bin Khattab segera membentuk tim yang terdiri dari beberapa sahabat, di antaranya Yazid bin Ukhtinnamur, Abdurrahman bin Al-Qari, Miswar bin Makhrohmah dan Abdullah bin Uthbah bin Mas'ud, dimana tugas mereka adalah memberikan laporan setiap hari kepada Umar atas apa yang sudah mereka lakukan untuk para pengungsi berikut apa-apa yang akan direncanakan untuk esok harinya.
Â
Tim ini ditempatkan di perbatasan kota Madinah dan setiap harinya mendata pengungsi yang terus bertambah. Bahkan tercatat hingga 10 ribu orang yang harus diberi makan. Dan yang di luar itu diperkirakan mencapai 50 ribu orang. Namun semua bisa dilayani dengan baik, hingga pada saat kondisi sudah membaik semua bisa kembali pulang ke rumah masing-masing. Negara memberi mereka bekal sebagai tambahan untuk kebutuhan mereka selanjutnya.