Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rumah Moderasi Beragama, Menguatkan Akidah, Ilusi!

18 Desember 2024   22:16 Diperbarui: 18 Desember 2024   22:16 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi RMB ( desain pribadi/pixellab)

Rumah moderasi Beragama (RMB) adalah salah satu gagasan yang dianggap sebagai solusi untuk menyelesaikan persoalan potensi konflik terkait isu agama yang kerapkali bermunculan di berbagai wilayah di Indonesia dan menyebabkan ketidaktentraman masyarakat.

RMB didirikan di berbagai kampus Perguruan Tinggi Keagamaan Islam sebagai terobosan besar untuk mewujudkan kerukunan beragama. Padahal kebijakan ini jika ditelaah lebih mendalam sangat tak berguna. Jauh panggang dari apa, artinya sangat jauh dari akar persoalan yang sebenarnya terjadi di tengah masyarakat.

Lebih jauh lagi proyek ini  menunjukkan cara pandang negara atas konflik dan solusinya. Patut disadari oleh semua pihak,  sejatinya RMB  bukan solusi,  mengingat moderasi beragama sejatinya justru upaya untuk menjauhkan umat dari aturan agamanya (Islam). Namanya proyek tentu saja mengambil prinsip untung dan rugi, dana sudah pasti digelontorkan oleh pihak-pihak penyokong, siapa lagi jika bukan pembenci Islam? Dan ironinya, kaum muslim sendiri yang sukarela menjadi alat eksekusinya.

Moderasi beragama menjadikan  prinsip-prinsip yang diajarkan  bertentangan dengan Islam yang lurus. Apa yang halal menjadi haram begitu sebaliknya. Apa yang wajib menjadi sekadar wacana, sangat mengerikan! pedirian RMB justru semakin menguatkan program moderasi beragama  yang merupakan arus global untuk menghadang bangkitnya Islam sebagaimana rekomendasi Rand Corporation.

Apapun gagasan yang menistakan Islam bahkan hendak menghilangkan eksistensinya di muka bumi ini berasal dari ketakutan barat akan kebangkitan Islam. Selama ini mereka telah berusaha payah melakukan peredamam laju kesadaran kaum muslimin dengan merusak akidah, generasi dan perempuan muslimah. Namun, siapakah yang mampu menahan sinar matahari jika memang sudah waktunya terbit?

Hal ini sebagaimana Allah SWT. telah berjanji kepada kaum muslim akan memberikan kemenangan kembali setelah runtuhnya, "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik". (TQS an-Nur:55).

 

Islam Agama Sempurna

Sesungguhnya Islam sudah memiliki aturan tentang toleransi yang dapat menjadi pedoman di mana saja umat Islam melakukan aktivitas termasuk di kampus dan dianggap sangat relevan bagi kehidupan kampus, terlebih bagi generasi muda seperti halnya mahasiswa agar dapat bersikap dengan bijak serta toleransi dapat diwujudkan.

Makna toleransi sendiri jika berdasar pada QS Al-Kafirun :1-6 sangat jelas menyatakan bahwa agamamu agamamu, agamaku agamaku, aku tidak menyembah yang engkau sembah demikian pula sebaliknya. Maka sangatlah aneh jika ada muslim yang terjebak dalam makna toleransi selain dalam firman Allah SWT. tersebut. Bahkan kebablasan dengan mengenakan baju agama lain, merayakan perayaan agama lain, menjaga tempat ibadah non muslim,  salat di tempat ibadah mereka bahkan hingga berjual beli dengan kafir yang jelas-jelas memusuhi Islam.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun