Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sulit Meyakinkan Lalat Jika Sampah itu Busuk

20 Juli 2024   23:22 Diperbarui: 20 Juli 2024   23:29 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lalat | pinterest.com/google

Meskipun salam lintas agama  sudah diharamkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) beberapa waktu lalu. Masih saja ada yang merasa benar jika dirinya tetap mengucapkan salam lintas agama tersebut.

 

Padahal jelas, mengucapkan salam dengan cara agama lain bukanlah termasuk ke dalam sikap toleransi atau moderasi beragama yang dibenarkan. Dalam Islam,  pengucapan salam  merupakan doa yang sifatnya ubudiah atau peribadatan.

 

Salah satu yang masih membenarkan dirinya mengucapkan salam dengan cara agama lain adalah Yaqut Cholil Qoumas Menteri Agama kita. Salam itu ia ucapkan dalam acara yang  dihadiri oleh Grand Syekh atau Imam Besar Al Azhar Mesir Ahmed Al Tayeb serta perwakilan enam pemuka agama yang ada di Indonesia.

 

Menurut Menang, hal ini sebagai bentuk menjaga keharmonisan dan kerukunan antara umat beragama di Indonesia yang memiliki enam agama besar. Di sisi lain, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Kamaruddin Amin, juga mengatakan bahwa salam lintas agama dilakukan bukan untuk merusak akidah antara sesama umat beragama (insertlive.com, 14/7/2024).

 

Moderasi Beragama Racun Bagi Umat Manusia

Sikap moderat tak hanya ditunjukkan dari "ngeyel"nya mengucapkan salam, namun juga apa yang dilakukan  oleh beberapa cendekiawan muslim dari salah satu ormas terbesar di Indonesia yang berkunjung ke Israel, guna menemui Presiden Israel, Isaac Herzog. Tindakan mereka sangat menyakiti umat Islam meski mereka berdalih untuk perdamaian, pembicaraan lintas agama bahkan untuk solusi terbaik Palestina.

 

Memang,  mereka akhirnya meminta maaf, bahkan diberhentikan sebagai kader, namun apa yang mereka lakukan tak akan mungkin hilang dari ingatan. Bersikap mesra dengan penjajah, pembunuh kaum muslim, dan yang terbanyak perempuan dan anak-anak. Apa yang bisa diambil manfaatnya? Israel sepanjang menjajah Palestina tak pernah paham bahasa apapun kecuali perang. Bahkan Mahkamah Internasional dan PBB bak macam ompong menghadapi Israel.

 

Mereka mengaku sebagai filsuf agamawan, kedok manis yang sangat jelas menunjukkan  keilmuan dan integritas  mereka tak berguna dalam agama. Dan masih banyak lagi hari ini tindakan kaum muslim yang justru mencoreng muka Islam. Seolah benar bahwa Islam itu bodoh, miskin, kumuh dan tak layak jadi pemimpin.  Padahal itu hanya topeng yang dipasang agar kaum muslim sendiri ragu dengan agamanya.

 

Memanglah sulit meyakinkan lalat yang hinggap di tumpukan sampah, bahwa bunga lebih baik. Mereka terus menerus menjadikan saudara seiman sebagai umpan, jelas demi kemanfaatan dunia. Entahlah demi apalagi, terlebih ketika pihak kafir memanfaatkan tenaga, waktu dan pikiran mereka dengan sejumlah kerjasama dan manfaat materi.

 

Untuk itulah moderasi beragama adalah racun mematikan bagi kaum muslim, sebab ia sikap kontradiktif dari seorang muslim yang seharusnya. Yaitu toleransi, menjaga nilai-nilai sekuler, semua agama sama, jihad dan dakwah dikriminalkan. Intinya mengambil ide kafir barat dan membuang syariat Islam.

Padahal  Rasulullah saw. Bersabda, "Siapa saja yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka." (Abu Dawud, Sunan Ab Dwd, 11/48).

Atau sabda Rasulullah Saw. ,"Bukan termasuk golongan kita (umat Islam) siapa saja yang menyerupai kaum selain kita. Janganlah kalian menyerupai kaum Yahudi maupun Nasrani. Sungguh salam kaum Yahudi adalah isyarat dengan jari-jemarinya, sementara salam orang Nasrani adalah isyarat dengan telapak tangannya". (An-Nasa'i, As-Sunan al-Kubr, 6/92).

Bangga Dengan Islam

Rasulullah Saw. bersabda, "Sungguh Allah telah memberi aku tiga perkara yang tidak diberikan kepada salah seorang pun sebelum aku, yakni: shalat dalam shaf-shaf (shalat berjamaah); ucapan salam yang merupakan ucapan salam penduduk surga (yakni: assalmu'alaykum, red.); dan ucapan 'mn'..." (Al-Baihaqi, Syu'ab al-mn, 6/482). Sudah seharusnya sebagai muslim bangga menggunakan salamnya sendiri tanpa menambahkan dengan salam dari agama lain.

 

Sudah seharusnya pula muslim bangga dengan agamanya, satu-satunya yang diridai Allah SWT. Kaum muslim bahkan diperkenankan menggunakan salam para penghuni surga, sementara kafir samasekali tak mendapatkan bagian apapun kecuali di neraka.

 

Membenarkan semua agama bahkan mengganti kepercayaan yang tadinya hanya kepada Allah dan RasulNya berganti bergandeng mesra dengan penjajah adalah pluralisme yang jelas haram dalam agama. Allah SWT berfirman, "Siapa saja yang mencari agama selain Islam sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari dirinya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi". (TQS Ali Imran 3: 85).

Jika kita meyakini bahwa setiap amal akan dimintai pertanggung jawaban, maka sudah selayaknya kita berjuang mengganti sistem yang batil dengan sistem yang shahih, yaitu syariat Islam yang hanya dari Allah SWT. Wallahualam bissawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun