Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa Salah Penutup Aurat?

3 Januari 2024   22:42 Diperbarui: 3 Januari 2024   22:49 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pinterest/the beautiful eyes

Senator Bali Arya Wedakarna menjadi sorotan setelah viral potongan video dirinya yang menyinggung soal jilbab yang dikenakan oleh wanita Muslim. Video tersebut menjadi kontroversial dan menuai kecaman dari para warganet.

 

Dalam video tersebut, Arya mengatakan tidak ingin ada wanita di bagian frontline yang menggunakan penutup kepala. Dia ingin wanita yang ada di garis depan itu terbuka rambutnya, karena Bali bukanlah Timur Tengah.

 

"Saya gak mau yang front line, front line itu, saya mau yang gadis Bali kayak kamu, rambutnya kelihatan terbuka. Jangan kasih yang penutup, penutup gak jelas, this is not Middle East. Enak aja Bali, pakai bunga kek, pake apa kek," ucap Arya (Republika.co.id di Jakarta,1/1/2024).

Islamopobia Akut Sumber Petaka

Negara Indonesia ini bukan saja Bali, meski kebanyakan masyarakat barat mengenal Indonesia hanya Balinya saja. Hal itu wajar, mengingat segala yang berhubungan dengan Bali memang khas, mayoritas penduduknya juga non muslim sehingga memengaruhi bentuk rumah, infrastruktur terkait fasilitas umum hingga adat budaya yang melingkupi masyarakat di dalamnya.

 

Namun, tetap saja, Bali merupakan bagian tak terpisahkan dari Indonesia. Yang orang Islam pun boleh tinggal dan bekerja di dalamnya. Perkataan senator di atas sungguh menyakitkan, jelaslah siapa yang sebetulnya memunculkan hate speech di masyarakat. Dan ini bisa jadi bersumber dari Islamopobia, takut yang berlebihan terhadap Islam. Seolah Islam trouble maker dan tak sadar ini adalah bagian dari propaganda barat yang memang sangat benci Islam.

 

Sikap arogan ini juga menunjukkan diskriminasi berdasarkan keyakinan (baca:  Islam). Seolah yang lebih layak dan kredibel adalah mereka yang berpenampilan terbuka, padahal hijab atau penutup aurat bagi perempuan muslimah adalah kewajiban, bentuk ketundukannya kepada Rabbnya, artinya, jika ia kepada Sang Pencipta begitu takut jika menyelisihi perintah dan larangan-Nya, apalagi dalam hal pekerjaan, jelas akan amanah dan kredibel.

 

Lantas apalagi syarat utama seseorang untuk bekerja? Jika kemudian ditambahi dengan sesuatu yang menonjolkan kemolekan perempuan jatuhnya justru eksploitasi. Padahal banyak perempuan yang cemerlang prestasi dan karyanya sekaligus sukses menutup auratnya dengan sempurna.

 

Islam Muliakan Perempuan

Omong kosong dengan peringatan hari ibu, atau organisasi internasional yang bersembunyi di balik hak asasi atau emansipasi wanita. Justru jargon-jargon itulah yang menjebak perempuan untuk bersaing meraih dunia fana dan meninggalkan fitrahnya sebagai ibu, pendidik generasi dan pengatur rumah tangga. Dengan keterikatan syariat itu tidak lantas mengekang kebebasaanya untuk berkontribusi di tengah masyarakat dalam bidang apapun.

 

Yang jelas, dalam pandangan Islam, perempuan tidak wajib bekerja menafkahi keluarganya sepanjang hayat. Justru Islam memberikan kewajiban penafkahan beralih kepada wali atau suaminya, sepanjang hidupnya. Semestinya penguasa memahami hal ini dengan baik, dengan kemudian menjamin pemenuhan seluruh kebutuhan pokok rakyat bagi setiap individu rakyat.

 

Hal yang demikian supaya fungsi penafkahan seorang kepala keluarga atau wali bisa berjalan lancar, sehingga perempuan tidak harus tergerus fungsinya karena terseret ke luar terlampau jauh dari ranah yang seharusnya. Bagi perempuan, ada beberapa persyaratan yang harus ditaati saat ia hendak keluar rumah dan beraktifitas, di antaranya firman Allah swt. Yang artinya,"Katakanlah kepada para perempuan yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (bagian tubuhnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya..." (TQS An Nur : 31).

 

Dalam hal ini, jelas kembali menjadi kewajiban negara memastikan syariat ini terlaksana. Ini adalah bentuk penjagaan kehormatan perempuan, bukan statusnya kemudian menjadi tak jelas, dan tak mungkin atas nama pariwisata atau keindahan di bagian front line kemudian mengorbankan ketaatan seorang hamba kepada Sang Penciptanya, pun dia hanya seorang wanita.

 

Lantas, apakah karena Bali bukan middle east kemudian boleh seenaknya merusak syariat, sebab bumi ini adalah milik Allah, segala isinya baik di darat, laut, udara bahkan di dalam perut bumi adalah kekuasaannya, atas hak apa sang senator mengatur di sana boleh di sini tidak?

 

Akar persoalannya adalah Islamopobia, dan itu muncul dari sikap sekularisme alias pemisahan agama dari kehidupan. Perempuan dibagi dalam dua katagori, dimana yang " telanjang" meski muslim adalah baik sementara yang teguh menutup aurat dianggap tak jelas malah perusak. Astaghfirullah. Akankah kita bergeming menghadapi diskriminasi itu? Dimana perempuan dianggap barang, bisa bernilai jika membuka aurat. Jelas harus ada perubahan. Yaitu kembali dalam pengaturan syariat mulia, sebagaimana firman Allah swt. Yang artinya," Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (TQS al-Maidah:50).Wallahualam bissawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun