Â
Selain mengkhawatirkan nasibnya sendiri, Rini juga khawatir dengan nasib SS. SS adalah orang kepercayaan Ari Soemarno (orang menyebutnya sebagai the real ESDM 1), kakak Rini Soemarno, jelas saja dia tidak sepakat SS diganti. Rini Soemarno sendiri juga ada dalam tim untuk meyakinkan SS diangkat menjadi menteri ESDM. Rini Soemarno adalah lingkaran dalam Jokowi menyiapkan kabinet kerja, karena dia adalah ketua tim transisi.
Â
SS pun membentuk tim bayangan yang selalu mendampingi secara intens dalam menyusun strategi politik dan penggalanangan opini media (yang diketuai oleh Muchlis Hasyim, pemain utama tabloid Obor Rakyat di era kampanye pemilihan Presiden 2014, yang sangat gencar menyerang dan menebar kebencian pada Jokowi-JK melalui liputan dan artikelnya). (http://www.tribunnews.com/nasional/2014/06/24/tabloid-obor-rakyat-disebar-percetakan-muchlis-hasyim-di-bandung)
Â
Harapannya: Jokowi akan mendengarkan itu dan berubah pikiran agar tak jadi mendepaknya dari Kabinet Kerja. Apa yang dilakukan dalam drama pencatutan nama adalah bagian dari strategi ini.
Â
Jika dilihat dari sisi lain, apa yang dilakukan oleh SS ini bisa jadi blunder untuk dirinya. Dia membuka isu krusial yang bersifat strategis dan sensitif ke publik tanpa melaporkan sebelumnya ke atasannya, Jokowi. Apalagi, percakapan pencatutan yang direkam oleh Ma’roef Sjamsoeddin bisa dinilai ilegal.  (baca di: http://www.merdeka.com/politik/ini-transkrip-diduga-percakapan-setnov-catut-jokowi-soal-freeport.html)
Ma’roef, Dirut perusahaan asing (Freeport) di Indonesia, bukanlah aparat penegak hukum atau petugas intelijen negara. Ia merekam percakapan dirinya dan membuka ke publik.
Â
Lebih parahnya lagi, rekaman itu dipakai SS menggalang simpati publik. pertemuan itu sendiri sudah terjadi 4 bulan lalu dan baru dibuka SS di saat kondisinya genting, dan ketika tahu dirinya akan dicopot Jokowi.