Mohon tunggu...
Jelarang Kusuma
Jelarang Kusuma Mohon Tunggu... -

Anak hutan yang ke kota.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Gurita Bisnis Sudirman Said

23 November 2015   21:30 Diperbarui: 24 November 2015   23:15 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam kontak Freeport pun, kerja sama JK dan SS semakin cantik. Permainan dimulai sewaktu pemerintahan SBY beralih ke Jokowi. Sofyan Wanandi melobi Freeport Amerika agar menunda sementara tanda tangan kontrak kerja sama. Kerja sama akan segera digarap lagi ketika kabinet pemerinta baru telah terbentuk. Ini demi keamanan bisnis diantara mereka.

Strategi itu adalah hasil pembacaan JK. Ia merupakan pebisnis handal. Pada bagian kebijakan dan administratif, diamankan oleh SS. Karena itu langkah selanjutnya adalah mengamankan operasional. Maroef Syamsoeddin adik dari Syafrie Syamsoeddin diposisikan sebagi presdir Freeport Indonesia. Karena itu, kepastian operasi PT Freeport Indonesia haruslah jadi untuk dieksekusi.

Relasi bisnis ini tak hanya mendapatkan untung dari perpanjangan kontrak. Mereka juga mengincar peluang bisnis di pembangunan infrastruktur Freeport Indonesia. Bosowa Group akan memasok semen untuk pembangunan, penerangan tambang bawah tanah oleh Bukaka. Jangan lupakan juga Indika Group yang mendapat jatah sebagai pemasok bahan peledak, pembangkit listrik tenaga air, dan masih banyak lainnya (Baca http://www.kompasiana.com/fikarahmaningsih/suSS-said-penjaga-kepentingan-jk-di-freeport_55fe5be40223bd1f206d31e9).

Tak hanya di Pertamina dan Freeport, SS juga bermain di kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas di Indonesia. Bahkan SS memberi perintah ke Amien Sunaryadi, Kepala SKK Migas, untuk menyetujui change order berjumlah jutaan US$ di proyek Donggi Senoro. Akibatnya, cost recovery yang harus dibayar oleh negara meningkat drastis.

Tripatra, anak usaha Indika Group, menjadi kontraktor di proyek itu atas pesanan SS. SS juga mengawinkan Pelindo 3 dengan Petrosea membangun pelabuhan dan shorebase logistic di Kupang untuk menjadi pangkalan logistik proyek Masela.

Satu hal yang juga mengejutkan dari SS: memberi perpanjangan kontrak Bagi Hasil ONWJ kepada PT Energi Mega Persada Tbk (EMP), Grup Bakrie, padahal operator blok itu adalah Pertamina. Banyak kalangan juga tahu bahwa EMP di blok itumemiliki kinerja buruk. Karena itu sudah semestinya blok yang dioperasikan oleh Pertamina dialihkan hak pengelolaan sepenuhnya ke Pertamina.

Sementara di Blok Mahakam, SS begitu semangat memberikan 100% keseluruhan proyek kepada Pertamina. Ternyata keputusan ini merupakan desakan dari Rini yang ingin memberikan konsesi kepada Bakrie Group. SS memperparah keputusan tersebut menyerahkan Blok Gebang di Sumatera Utara kepada EMP Group, padahal di sana Pertamina mengusai 50% saham.

SS tak melupakan pengalamannya saat menjabat di Pertamina ISP. Pola transaksi dengan NOC Libya yang akan dicoba terapkan pada tahun 2009 akan dipakai lagi. Kali ini ISC dikomando oleh Daniel Purba. Transaksinya masih mengandalkan pola yang sama: melibatkan sang Guru Besar, Nasrat,dan Concord Energy.

Daniel Purba berulang kali mengajukan usulan pergantian prosedur tata cara mendapatkan pasokan migas. Ia ingin melakukan penunjukan sepihak pada NOC. Upaya Daniel tersebut diganjal Dwi Soetjipto, Dirut Pertamina. Dwu sampai hari ini mendiamkan usulan itu dan ogah menandatangani. Dwi tahu persis siapa otak dari semua ini, tak lain dan tak bukan adalah Ari Sumarno dan SS.

Sikap tidak kooperatif Dwi berbuah murka SS dan Ari yang disampaikan melalui Rini.  Sembari terus menekan Dwi untuk segera meneken perjanjian, SS sangat rajin menyambangi berbagai NOC di Timur Tengah, seperti Aramco, Ednoc, Kuwait Petro dll. Gencarnya SS berkunjung ke NOC luar negeri haruslah dicermati secara teliti dan serius. Dalam sejarah Indonesia, tak ada menteri ESDM yang getol mendatangi NOC-NOC kecuali SS kini.

Belajar dari kasus 2008, ketika SS menjabat SVP ISC dalam kasus NOC Libya melalui Concord Energy, pola serupa diterapkan oleh Daniel Purba. Rancang kerjasama apik itu disusun bersama Daniel Purba, SS, dan Ari Sumarno. Tiga serangkai tersebut sering bertemu di bilangan Bundaran Hotel Indonesia untuk menyusun rencana busuk dalam rangka menyukseskan ISC dan Concord Energy dalam memasok minyak mentah dan BBM ke Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun