Mohon tunggu...
Jelarang Kusuma
Jelarang Kusuma Mohon Tunggu... -

Anak hutan yang ke kota.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Gurita Bisnis Sudirman Said

23 November 2015   21:30 Diperbarui: 24 November 2015   23:15 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Awal ketika SS menjabat sebagai supervisor di Pertamina ISC, ia langsung bertemu Perusahaan Minyak Nasional Libya (NOC) yang difasilitasi oleh Concord Energy (Baca: http://finance.detik.com/read/2008/02/11/110011/891864/4/libya-pasok-minyak-mentah-ke-indonesia-selama-20-tahun, http://ekbis.rmol.co/read/2014/10/29/177705/Serikat-Pekerja-Pertamina-Pertanyakan-Jokowi-Angkat-SuSS-Said-, dan http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=266041). Gerak-gerik mencurigakan mulai muncul di sini. NOC disepakati sebagai pemasok minyak mentah dengan harga yang telah diatur lewat kesepakatan bersama Concord. SS menandatangi kesepakatan perjanjian jual-beli atas nama Pertamina ISC. Pelanggaran jelas-jelas terjadi kala itu. Pasalnya menurut prosedur tata cara pengadaan minyak untuk Pertamina, haruslah melewati mekanisme tender.

Semestinya semua direktur Pertamina haruslah mengetahui dan menyetujui dengan membubuhkan tanda tangannya dalam perjanjian kontrak. Betapa aneh mantan aktivis pemberantasan korupsi melakukan pelanggaran prosedur di perusahaan negara yang mengelola sektor migas. Apalagi Concord Energy hadir di sana sebagai perantara bisnis yang tidak melewati mekanisme tender. Mekanisme teken kontrak tertutup yang dilakukan di luar negeri ini jelas merupakan sebuah pelanggaran!

Untungnya perjanjian yang semestinya berlaku sejak Juni 2009 itu batal. Ari Sumarno dipecat di awal tahun dan digantikan oleh Karen Agustiawan. Karen membatalkan perjanjian bisnis SS dengan NOC. SS yang berasal dari aktivis transparansi bisnis, dimutasi karena melakukan pelanggaran transparansi itu sendiri. Kita masih bisa melihat pelanggaran pemasok migas hari ini dari hasil audit investigasi Petral. Hasil audit banyak menemukan bahwa pemenang tender justru kebanyakan adalah negara-negara yang tidak mempunyai ladang minyak. NOC-NOC tersebut malah digunakan sebagai bendera oleh perusahaan asal Singapura, yang diyakini milik mafia migas (Baca http://www.koran-sindo.com/news.php?r=1&n=1&date=2015-11-18).

Jalur SS menjadi Menteri ESDM dan “Upeti” Pada Pasukan Bisnisnya

Kegagalan SS dalam skema bisnis tersebut tak membuatnya berhenti. Ia bergabung dengan Petrosea anak perusahaan dari Indika Energy sebagai direktur SDM. Indika Energy adalah perusahaan pemasok sumber daya energi. Pemiliknya ialah Agus Lasmono Sudwikatmono (Baca http://bisnis.tempo.co/read/news/2010/12/04/093296688/muka-muka-baru-di-daftar-orang-terkaya-indonesia). Beberapa waktu setelahnya, SS naik pangkat sebagai direktur SDM di Corporate Holding di Indika Energy.

Syafrie Syamsoeddin yang kala itu menjabat sebagai wakil menteri pertahanan merekomendasikan SS untuk menjadi dirut di PT Pindad. Syafrie sungguh sangat bodoh bila merekomendasikan SS yang tidak memiliki prestasi “bagus” tanpa menitipkan kepentingannya sendiri.

Sebelum SS, nama Ari Soemarno sebenarnya diajukan sebagai calon menteri (Baca http://news.okezone.com/read/2014/09/22/339/1042738/calon-menteri-esdm-disarankan-dari-kalangan-profesional). Namun Rini Soemarno–lah yang terpilih dalam jajaran kabinet. Namun Ari tak putus asa dan mendorong SS, koleganya, untuk maju dalam bursa pemilihan oleh Jokowi-JK. Sayangnya SS tidak mempunyai prestasi mumpuni sehingga Ari Soemarno mengambil jalan memutar.

Ari Soemarno membentuk koalisi bersama yang dipimpin oleh Jusuf Kalla (JK), Syarief, dan Said Didu. Mereka membangun koalisi juga dengan pertimbangan kekuatan bisnis Indika Energy Group untuk dirangkul. Padahal jelas Indika adalah sarang kekuasaan dari SS. Dari sinilah koalisi tersebut dapat menyorongkan nama SS menjadi kandidat berprestasi pada Jokowi. Hasilnya, BAM, SS terpilih sebagai menteri ESDM kabinet Jokowi dan JK.

Kedekatan prbadi dan kesamaan kepentingan antara SS dengan Jusuf Kalla terlihat. Seperti dilansir oleh situs intelijen.co.id (Baca: http://www.intelijen.co.id/ini-duet-maut-jusuf-kalla-suSS-said-melawan-rizal-ramli/), ada beberapa skema bisnis bersama antara SS dan Jusuf Kalla yaitu;

  • SS membela keras pembangunan proyek gas alam cair terminal penerima LNG di Bojanegara Jabar. Proyek tersebut memiliki nilai 6,8 triliun yang merupakan kerja sama antara Pertamina dan PT Bumi Sarana Migas milik Solihin Jusuf Kalla.
  • SS mengangkat Tanri Abeng sebagai pengganti komisaris utama Pertamina dengan memecat Sugiharto yang sebelumnya baru dilantik.
  • Kelompok-kelompok bisnis Jusuf Kalla seperti Bukaka, Bosowa, dan Intim milik Halim Kalla adalah perusahaan-perusahaan kontraktor kepunyaan grup Kalla. Mereka masuk dalam paket kontraktor pembangunan 19 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
  • Bosowa mendapat order pembangunan PLTU Jeneponto di Sulawesi Selatan tanpa melakukan mekanisme tender.

Pada kasus hari ini, SS pun belum mendapat restu dari Presiden Jokowi terkait pelaporan Setya Novanto ke MKD (Baca: http://nasional.kompas.com/read/2015/11/20/10454901/SuSS.Said.Bungkam.soal.Restu.Jokowi.Laporkan.Novanto.ke.MKD

). Namun JK pun malah sudah memberikan pembelaannya pada langkah SS tersebut (Baca: http://nasional.sindonews.com/read/1062052/12/soal-catut-nama-jk-bela-suSS-said-1447678235). Kondisi ini jelas saja karena SS adalah salah satu “pemasok” upeti pada lini-lini usaha JK seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun