Para sesepuh kerajaan Veilstead berkumpul. Ritual segera dimulai. Meletekan mutiara hitam ke sebuah bejana khusus. Menurut para leluhur hanya seorang Ratu yang boleh melakukannya. Karena ritual kali ini bisa mendatangkan harta karun yang melimpah Ratu Ireshi melakukannya di ruangan yang begitu besar. Atapnya berbentuk bulat. Dindingnya melingkar dihiasi puluhan kaca yang mengkilat. Di setiap sela-sela kaca terdapat lukisan para leleuhur Ratu Ireshi. Sudah sepantasnya Ratu Ireshi melakukannya di ruangan ini.
Ritual pun dimulai. Serentak semua kepala tertunduk. Sorot mata terpejam. Mutiara hitam sudah di atas bejana. Sesaat mutiara hitam mengeluarkan cahaya yang menyilaukan. Ratu Ireshi tak kuasa menahan sambaran cahaya itu. Kemudian ia menaikkan lengan melindungi matanya. Cahaya memantul kesana kemari menusuk ke sela-sela lukisan hingga masuk ke mata para leluhur yang terlihat menyala. Tidak lama kemudian cahaya putih itu perlahan meredup. Sorot mata semua tertuju pada mutiara hitam. Lalu dari bagian bawah mutiara hitam mengeluarkan sepucuk perkamen kecil. Dengan cepat Ratu Ireshi mengambilnya. Akhirnya petunjuk harta karun yang selama ini diidamkan datang. Ia membuka dengan tak sabar. Sesaat matanya terbelalak. Napasnya terasa berat. Ia membaca dengan seksama.
100 tahun yang lalu semua pulau-pulau kecil itu hanya milik kerajaan Azuretra. Dan beberapa orang itu memohon kiranya kerajaan Azuretra merelakan salah satu pulau itu untuk mereka tempati. Kerajaan Azuretra mengizinkan, sebab orang-orang itu selama ini punya andil penting dalam memajukan kerajaan Azuretra. Demi mendukung keberagaman, dipilihlah satu tokoh di antara orang-orang tersebut untuk mendirikan kerajaan. Kelak kerajaan itu diberi nama Veilstead. Para Penasehat Tertinggi dari kerajaan Azuretra yang memberi nama tersebut.
Ratu Ireshi tidak percaya. Kakek nenek buyutnya saat itu adalah seorang tokoh yang dipilih langsung dari kerajaan Azuretra untuk menjadi raja di kerajaan Veilstead.
"Begitulah ceritanya berakhir." Kata seorang kakek sembari mengelus-elus rambut cucunya.
"Nak!" panggil seorang ibu kepada anaknya.
"Kek! Ayo!" si cucu menarik tangan kakek untuk masuk rumah yang tak jauh dari gubuk reot itu.
Bapak dan ibu anak itu baru saja selesai berkemas. Mereka harus kembali ke kota, melanjutkan rutinitas.
"Oh ya Kek! Apakah Ratu Anandini dan Ratu Ireshi berteman lagi?"
"Mereka berdua akhirnya berkawan seumur hidup." Jelas kakek singkat kemudian memeluk cucunya. Melanjutkan, "Nih! Buat cucuku yang paling cantik!"
Sebuah mutiara hitam persis seperti yang diceritakan tadi.